12
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Tahap Perkembangan Anak
Usia 8 hingga 11 tahun adalah usia yang dapat digolongkan memasuki tahap
preadolescence atau
usia menjelang
remaja. Pada
usia ini,
perkembangan sosial anak disibukkan dengan aktifitas bermain dan bersekolah, sehingga disebut dengan anak usia sekolah dasar. Sekolah adalah
tempat pembentukan
pengalaman, diantaranya
adalah pembentukan
pengetahuan, keterampilan, kemampuan sosial, mengembangkan tubuh dan otak anak, serta mempersiapkan kehidupan remaja Papalia, 2006. Pada usia
ini waktu anak banyak dihabiskan bersama teman-teman bermain dan lingkungan sosial dibandingkan dengan keluarga, hal ini dapat dilihat
berdasarkan waktu interaksi anak dengan teman sebaya pada usia ini mencapai 40 dibandingkan usia ketika masa awal anak-anak Barker dan Weight,
dalam Santrock, 2002. Hurlock 1978 menjelaskan bahwa karakteristik utama perkembangan
anak pada usia sekolah dasar adalah berkelompok sehingga penerimaan dan penghargaan dari teman bermain menjadi hal penting bagi anak pada usia ini.
Anak cenderung mencari kepopuleran di lingkungan bermainnya, sehingga anak-anak sering memikirkan bagaimana cara menyesuaikan diri agar
mendapatkan teman yang banyak dan mendapatkan penghargaan tertinggi dari teman-teman bermainnya Hurlock, 1978. Anak yang mendapatkan teman
yang banyak adalah anak-anak yang cenderung disukai oleh komunitasnya, mereka adalah anak-anak yang popular. Anak yang tidak disukai adalah anak-
anak yang ditolak dan diabaikan oleh teman-temannya. Santrock 2005 menjelaskan anak popular adalah anak yang memiliki kepercayaan diri,
menarik perhatian dan pintar menjalin komunikasi dengan teman-temannya serta bersifat penolong dan pemberi semangat kepada teman-temannya. Anak
yang tidak popular adalah anak yang ditolak dan anak yang diabaikan dan sebagian dari mereka memiliki sifat agresif, anak-anak ini akan memiliki
gangguan penyesuaian diri dikemudian hari. Anak kemungkinan akan mencontoh dan melakukan evaluasi pada dirinya lalu menyesuaikan diri
dengan pola kelompok untuk tidak menjadi anak yang tidak populer anak. Santrock 2011 menjelaskan pada perubahan dan perkembangan emosi
anak, terjadi peningkatan pemahaman emosi yang kompleks seperti
kebanggaan dan rasa malu. Anak menjadi mampu mendeteksi bahwa lebih dari
satu emosi
dapat dialami
dalam situasi
tertentu dengan
mempertimbangkan keadaan yang mengarah ke reaksi emosional, peningkatan kemampuan untuk menekan dan menyembunyikan emosi negatif, dan
menggunakan strategi insisiatif diri untuk mengarahkan perasaan Santrock, 2011. Saat anak-anak yang lebih tua, mereka menggunakan lebih banyak
variasi strategi coping dan strategi kognitif yang beragam Santrock, 2011. Pada masa pertengahan dan akhir anak-anak, pemahaman diri anak
berubah secara pesat, menurut Harter, Livesly Bromley dalam Santrock, 2011, usia ini anak mulai membentuk identitas diri, yang dipengaruhi oleh
aspek sosial dan pendapat kelompok. Pada perkembangan kongitifnya, pemikiran anak usia sekolah dasar mulai mengarah kepada dirinya sendiri,
sehingga self esteem pada anak muncul dalam 3 bentuk yaitu fisik, akademis dan sosial yang diperoleh anak dari adanya proses evaluasi Santrock, 2011.
Anak-anak cenderung menilai diri dan mendefinisikan diri dari segi kepribadian dan anak-anak sekolah dasar juga cenderung mendefinisikan
dirinya sendiri berdasarkan karakterisik sosial dan social comparison Santrock, 2006. Anak-anak mampu mendefiniskan kemampuan mereka dan
menggambarkan karakteristik fisik mereka, apakah mereka menarik atau tidak menarik, popular atau tidak dilingkungan sosialnya Santrock, 2006.
Perkembangan kognitif
anak pada
usia ini
berada pada
tahap perkembangan kognitif Piaget yaitu operasional konkrit yang berada pada
rentang usia 7 hingga 11 tahun Nurishan dan Agustin, 2011. Tahap perkembangan kognitif ini terdiri dari operasi-operasi tindakan mental yang
memungkinkan anak melakukan secara mental apa yang telah dilakukan sebelumnya secara fisik. Tahap operasional konkrit memungkinkan anak
untuk mengkoordinasikan beberapa karakteristik dan bukan berfokus pada suatu properti tunggal suatu objek dengan kata lain, anak mampu
menggunakan logikanya secara lebih memadai Santrock, 2006. Pemikiran logis dan tindakan operatif menggantikan pemikian intuitif asalkan pemikiran
tersebut dapat di aplikasikan menjadi contoh-contoh yang konkrit dan spesifik Santrock, 2007.
Pada tahap perkembangan kognitif ini, anak lebih memahami konsep ruang dan sebab akibat. Secara khusus anak dapat memahami
1 keterhubungan antara kumpulan dan sub kumpulan, 2 seriation, dan 3
transitivity , yang akan membantu anak berfikir secara logika seperti
kemampuan mengurutkan sebuah dimensi ukuran seperti berat, dari ringan ke sangat berat, lalu kemampuan memahami hubungan antara dua objek atau tiga
objek. Anak memahami sesuatu dengan penalaran induktif, sehingga anak akan memahami setiap dimensi dan objek kehidupan melalui observasi, lalu
membuat gambaran kesimpulan secara umum tentang hal tersebut. Berkaitan dengan pola penyesuaian tersebut, Harter dalam Papalia, 2006
mengatakan bahwa pada usia 7-8 tahun anak memasuki tahap ketiga dari neo- Piagetian yaitu tahap representational systems. Neo-Piagetian merupakan
kolaborasi teori Piaget oleh para ahli perkembangan yang memiliki keyakinan bahwa dalam berbagai aspek perkembangan kognitif, perkembangan anak
lebih spesifik dari pada pemikiran Piaget Case, dalam Santrock, 2006. Tahap repretational systems
menjelaskan saat menilai diri anak akan lebih memiliki kesadaran yang tinggi, anak menjadi realistis, seimbang, dan konprehensif,
sebab anak telah menyadari bahwa dirinya lebih unggul dalam hal lain dan tidak unggul dalam hal lainnya, misalnya menjadi populer lebih penting dari
pada ahli matematika. Saat mendeskripsikan diri anak akan mampu melihat perbedaan antara real self dan ideal self, dan menilai kemampuannya dalam
mencapai standar sosial dengan melakukan perbandingan sosial dengan temannya, yang berkonstribusi pada self esteem anak. Papalia, 2006.
Pada masa inilah, kemungkinan anak akan memulai membentuk gambaran baru tentang ideal atau tidak idealnya diri mereka sendiri, dan aspek sikap dan
tampilan fisik. Anak-anak membedakan diri mereka dari orang lain secara komparatif daripada absolut Santrock, 2006, misalnya melihat kemampuan
dirinya yang menyamai kemampuan orang lain. Kecenderungan membanding- bandingkan
ini mengakibatkan
anak membentuk
perbedaan-perbedaan seseorang dengan orang lain.
Saat memahami diri, anak cenderung menyadari secara sadar terhadap perspektif orang lain yang mempengaruhi pandangan diri dan orang satu sama
lain, sehingga usia ini anak masuk dalam kategori pengambilan keputusan diri reflektif menurut pembagian Selman dalam Santrock, 2006. Pada masa ini,
anak akan menempatkan dirinnya sebagai orang lain, untuk menilai dan memahami maksud, tujuan, dan tindakan orang lain. Anak menggunakan
perspektif orang lain dalam menyesuaikan dirinya, sehingga anak yang berkompeten dalam pengambilan perspektif akan lebih mampu memahami
kebutuhan teman-temannya dan lebih mampu berkomunikasi dengan baik Santrock, 2006.
Menurut teori perkembangan sosioemosional Erikson dalam Papalia, 2006 pada usia ini anak memasuki tahap industry vs inferiority, anak
terdorong untuk bisa mempelajari nilai keterampilan yang berlaku di lingkungan sosialnya demi mendapatkan sebuah harga diri. Untuk itu anak
akan membutuhkan kepercayaan diri yang tinggi dalam menjalankan tugasnya. Kepercayaan diri yang tinggi tidak akan diperoleh jika anak tidak
mampu menerima keadaan dirinya, sehingga hal ini akan berakibat pada rasa rendah diri pada anak.
Perkembangan dan perubahan fisik pada anak akan mengalami perubahan yang cukup signifikan terhadap bentuk tubuhnya, terkait perubahan itu anak
menjadi peduli terhadap kemampuan fisik, dan membangun kemampuan kognitif yang baru Santrock, 2011. Saat memasuki usia tersebut, Santrock
2011 mengatakan bahwa anak-anak pada usia ini, akan mengalami pertambahan berat 5 hingga 7 pound dalam setahun kenaikan berat
dikarenakan peningkatan ukuran tulang, kenaikan masa otot dan beberapa organ lainnya. Santrock 2011 menambahkan bahwa perubahan fisik
biasanya sangat terlihat jelas pada usia ini, perubahan ukuran lingkar kepala, dan ukuran pinggang menjadi lebih kecil Hockenberry Wilson dalam
Santrock, 2011. Pada usia ini, anak laki-laki lebih kuat secara fisik dibandingkan anak perempuan Santrock, 2011, hal ini dikarenakan
perkembangan fisik anak laki-laki cenderung pada pertumbuhan otot sedangkan anak perempuan adalah bertambahnya masa lemak tubuhnya
McDermott dan Jaffa, 2006. Memasuki tahapan usia ini, Hurlock 1978 menjelaskan bahwa anak-anak
memiliki minat yang cukup besar terhadap tubuhnya karena anak mulai bermain dengan lingkungan sosialnya. Hurlock 1978 juga menjelaskan anak-
anak mulai perduli terhadap bentuk tubuh dan bagaimana bentuk tubuh mereka bisa berbeda dengan tubuh teman sebaya. Usia ini anak mulai
membandingkan tubuh gendut yang dinilai lambat dengan tubuh kurus yang
terlihat lincah. Anak-anakpun berminat mengetahui tentang perubahan fisik teman dan bagimana organ dalam mampu menciptakan air liur, darah dan
keringat Hurlock, 1978. Minat terhadap tubuh, juga berkaitan dengan minat anak terhadap
penampilan. Hurlock 1978 menjelaskan minat terhadap penampilan mulai muncul ketika anak memasuki usia akhir anak-anak dan menjadi obsesi ketika
memasuki remaja. Anak-anak mulai melihat apakah mereka rapih atau tidak dalam berpakaian, apakah gigi mereka bersih ketika mereka tersenyum. Minat
terhadap penampilan ini muncul karena beberapa faktor, diantaranya adalah kritik dan komentar positif atau negatif dari teman sebaya mengenai
penampilan menarik dan tidak menarik, kesadaran sikap lingkungan yang postif terhadap orang yang berpenampilan menarik, tekanan kelompok untuk
berpenampilan sesuai jenis kelamin, dan kesadaran terhadap fungsi pakaian sebagai identitas diri.
Bertambahnya usia membuat bertambahnya berat dan ukuran tubuh, untuk mengimbangi perubahan fisik dan tidak menimbulkan penyakit seperti
obesitas, olahraga adalah cara terbaik pada usia ini Fahey, Insel dan Roth dalam Santrock, 2011. Anak yang gemar menonton televisi dan bermain
game akan rentan mengalami obesitas pada usia ini Wells dkk dalam Santrock, 2011.
Untuk menghindari obesitas sejak dini pada anak, penelitian Fahey, Insel dan Roth dalam Santrock, 2011 menjelaskan orang tua dan sekolah memiliki
peran penting dalam tingkat latihan anak-anak. Orang tua yang rajin
berolahraga secara teratur mempengaruhi dan memberikan dampak positif pada anak-anaknya Crawford, dll dan Loprinzi dan Trost dalam Santrock,
2011. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Davis dkk dalam Santrock 2011 menemukan bahwa latihan pada anak-anak dapat meningkatkan
perkembangan kognitif anak. Penelitian Hilman, dkk dalam Santrock, 2011 menambahkan anak perempuan usia 9 tahun yang aktif berlatih fisik memiliki
kemampuan kognitif yang lebih baik dibandingkan dengan anak perempuan usia 9 tahun yang tidak berlatih fisik.
Pada usia pertengahan dan akhir masa anak-anak masalah kesehatan yang sangat sering dialami adalah obesitas, hal ini dikarenakan tubuh anak sedang
mengalami proses perkembangan dan anak dituntut untuk memiliki aktifitas yang tinggi pula untuk mereduksi terjadinya obesitas. Obesitas dapat terjadi
pada anak laki-laki ataupun anak perempuan. Penelitian yang dilakukan oleh Sweeting dalam Santrock, 2011 menemukan bahwa anak perempuan lebih
rentan obesitas dibandingkan anak laki-laki dan perbedaan gender terkait obesitas ini merata hingga diberbagai negara Santrock, 2011. Selain itu Griff
dalam Santrock, 2011 mengatakan bahwa obesitas dapat menyebabkan masalah psikologis dan kesehatan pada anak-anak yang mengalaminya,
masalah kesehatan terkait dengan diabetes, kolesterol dan tekanan darah tinggi, sedangkan masalah psikologis terkait masalah harga diri yang rendah
Amed dan Genovesi dalam Santrock, 2011.
Berdasarkan uraian teori diatas, disimpulkan bahwa anak usia 8-11 tahun adalah usia anak memasuki masa transisi menuju remaja. Usia ini didukung
oleh perubahan fisik, kognitif dan lingkup sosial anak.
B. KETIDAKPUASAN TUBUH 1. Citra Tubuh