Penelitian ini memberikan batasan pengukuran atribut perbandingan pada atribut fisik.
Tujuan dari individu melakukan social comparison adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti evaluasi diri, meningkatkan diri self
enchacement , dan perbaikan diri Kruglanski dan Mayseless dalam Corcoran
dkk, 2011. Selain itu, Diener dan Fujita dalam White dkk, 2006 menunjukkan bahwa social comparison tidak hanya sebagai strategi koping
atau menghindari dampak negatif, tetapi untuk meningkatkan kesejahteraan, seperti kebahagiaan dan merasakan kepuasan dengan hidupnya. Dengan
demikian, social comparison digambarkan sebagai proses strategis, yang digunakan untuk mencapai motif dan tujuan tertentu Taylor, dalam Corcoran
dkk, 2011. Akan tetapi Gilbert, Geister dan Morris dalam Guimond, 2006 mengatakan proses social comparison bersifat spontan, tanpa usaha, dan tidak
disengaja karena perbandingan pada saat saat tertentu datang secara spontan dan natural.
1. Social Comparison tubuh pada anak usia 8- 11 tahun
Social comparison bagi anak-anak adalah sesuatu yang penting sebagai
landasan evaluasi diri pada anak, untuk mengukur kemampuan inelektualnya di sekolah Dweek, Elliot dan Festinger, dalam Aboud, 1985. Ruble dan
Frey dalam Chayer dan Bouffard, 2010 mengatakan bahwa social comparison
sudah dimulai sejak usia pertengahan sekolah dasar, sekitar usia 8 tahun. Social comparison kemungkinan dapat membantu mereka
menentukan tujuan dan aspirasi terutama yang berhubungan dengan sekolah
karena dalam melakukan perbandingan anak akan memadukan norma dan ekspektasi dalam hal perilaku dan kemampuan Chayer dan Bouffard, 2010.
Penelitian yang dilakukan oleh Buunk dkk dalam Chayer dan Bouffard, 2010, menemukan bahwa anak usia 12 dan 13 tahun, membandingkan
kemampuanya menggunakan tipe perbandingan upward comparison untuk meningkatkan performansinya dan memiliki acuan untuk mencapai target
mereka. Upward comparison adalah perbandingan yang dilakukan oleh individu yang bertujuan untuk menaikan derajat diri dan memperbaiki diri,
agar menjadi unggul dibandingkan dengan rekan-rekan lain. Kegagalan dalam memperbaiki diri akan berdampak kepada gangguan harga diri
Blechert, dkk 2009. Buunk dalam Chayer dan Bouffard, 2010 juga menemukan bahwa banyak anak yang menggunakan tipe perbandingan
upward comparison yang mengalami frustasi, malu dan cemburu ketika
tidak mampu mencapai target mereka. Anak-anak tidak terus menggunakan upward comparison
, Buunk dan Ybema dalam Chayer dan Bouffard, 2010 juga menemukan, terkadang anak menggabungkan upward comparison dan
downward comparison dalam suatu social comparison. Sebagai contoh,
anak membandingkan kemampuannya dengan teman yang lebih pintar dikelas, sekaligus juga membandingkan dirinya dengan teman yang tidak
pintar dikelas. Will 1981 mengungkap downward comparison adalah ketika seseorang melihat orang lain atau kelompok yang dianggap lebih
buruk dari diri mereka dengan tujuan agar individu merasa lebih baik tentang dirinya . Blechert 2009 menjelaskan bahwa umumnya orang yang
menggunakan tipe downward comparison, memiliki tujuan melindungi diri, sebab downward dapat meningkatkan harga diri dan efek postif pada diri
individu. Wills 1981 menjelaskan kecenderungan membandingkan dengan “target” yang lebih buruk dari individu karena ada efek ketakutan, proyeksi,
permusuhan daya tarik terhadap orang lain, prasangka sosial, agresi bermusuhan dan humor sehingga cenderung mengkambing hitamkan dan
mencari rasa aman. Dampak dari downward comparison lebih banyak postif, sebab anak akan merasa bahagia dan bangga pada dirinya, tetapi juga bisa
berdampak negatif
seperti kekhawatirannya
menjadi seperti
target pembandingnya Buunk dan Ybema, dalam Chayer dan Bouffard, 2010.
Penelitian yang dilakukan oleh Santrock, Smith, dan Bourbeau dalam Santrock 2011 pada anak-anak berkulit hitam usia 4 dan 5 tahun,
mengungkap bahwa social comparison merupakan faktor yang menentukan perilaku agresi dan regresi pada anak.
Social comparison pada anak usia akhir masa anak-anak tidak selalu
mengenai kemampuan intelektual dikelas saja, tetapi juga terdapat pada kemampuan fisik dan penampilan fisiknya Smolak dalam Cash 2011.
Smolak dalam, Cash 2011 juga mengatakan bahwa kemampuan fisik dan penampilan fisik terkait dengan body image anak. Pada usia ini Smolak
dalam Cash 2011 menjelaskan bahwa bentuk kehawatiran anak terhadap tubuhnya, tidak terlalu terfokus soal berat dan bentuk tubuhnya, tetapi
terkait rambut dan penampilannya. Hal ini dipengaruhi oleh, perilaku anak yang membandingkan diri mereka dengan mainan seperti boneka Barbie dan
lainnya Smolak dalam Cash 2011. Selain itu, anak perempuan cenderung membandingkan dan menjadikan model peniruan bagi diri mereka dengan
karakter ditelevisi, teman, saudara, dan orang tua. Penelitian Jones 2002 mengungkap bahwa anak laki-laki dan perempuan usia 7 hingga 10 tahun
melakukan social comparison dengan selebriti untuk atribut fisik dan perbandingan atribut pribadi dan sosial kepada teman-teman. Perbandingan
kedua atribut pada anak laki-laki dan perempuan berkorelasi kepada ketidakpuasan tubuh. Jones 2002 juga melaporkan bahwa bentuk
perbandingan yang dilakukan oleh anak perempuan adalah perbandingan wajah dan anak perempuan lebih cenderung sering membandingkan atribut
wajah dan sosial dari pada anak laki-laki. Social comparison
terhadap tubuh merupakan proses membandingkan tubuhnya dengan tubuh orang lain Schutz, Paxton dan Wetheim dalam Berg
dkk, 2007. Social comparison terhadap tubuh body social comparison membuat individu memahami makna dari sebuah penampilan yang
mengharuskan mereka
berpenampilan, perilaku
membandingkan penampilan bertujuan untuk menyamai dirinya dengan lingkungannya.
Perbandingan penampilan fisik dan kemampuan fisik berkaitan dengan perbandingan bentuk dan fungsi tubuh. Sehingga, terlalu sering melakukan
social comparison terahadap tubuh akan berdampak kepada evaluasi diri
yang negatif yang memiliki kecenderungan kearah ketidakpuasan tubuh Jones, dalam Berg dkk, 2007.
Faktor-faktor yang mendorong individu melakukan perbandingan terhadap tubuh menurut Berg, Paxton, Keery, Wall, Guo dan Neumark
2007 adalah karena perilaku social comparison yang dilakukan individu sudah menjadi hakekat dan perilaku sosial setiap individu, selain itu terdapat
tekanan dari masyarakat tentang standar ideal tubuh dan adanya evaluasi dari lingkungan dan media. Sehingga, ada hubungan antara media, keluarga,
lingkungan dan ketidakpuasan tubuh yang dimediasi oleh kecenderungan perbandingan tubuh Thompson, Heinberg, Altabe dan Tantleff , Dunn
dalam Berg dkk 2007. Semakin berkembangnya zaman, tekanan terhadap kompetisi dan
prestasi membuat perilaku mengobeservasi dan membandingkan diri antar individu kemungkinan sudah terjadi sejak kecil. Pada saat membandingkan,
diperlukan target pembanding sebagai acuan. Jika dikaitkan dengan citra tubuh, individu biasanya memilih target perbandingan yang dekat dengan
dirinya, seperti teman sebaya atau individu yang memiliki standar ideal seperti yang ditawarkan media. Harter dalam Martin dan Gentry, 1997
mengatakan saat ini banyak tekanan yang dihadapi anak perempuan usia menjelang remaja dan remaja untuk fokus menyenangkan orang lain melalui
kecantikan fisik, sehingga self esteem yang rendah lebih banyak ditemukan pada anak perempuan menjelang usia remaja dan remaja dibandingkan laki-
laki. Dengan demikian, Martins dan Kennedy 2006 mengatakan untuk memenuhi tuntutan lingkungan, perempuan dewasa, remaja, dan perempuan
menjelang remaja membandingkan daya tarik fisik mereka dengan model di
iklan. Faktor-faktor pendorong seseorang melakukan social comparison, adalah karena adanya motivasi untuk mengevaluasi diri, adanya kebutuhan
mempertahankan citra diri yang positif dan adanya kebutuhan untuk meningkatkan diri Corcoran, Crusius, Mussweiler 2011.
Berdasarkan penjabaran diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa social comparison
tubuh adalah, kecenderungan individu untuk menggunakan orang lain sebagai objek pembanding untuk mengevaluasi kemampuan dan pendapat
individu terkait tubuhnya dengan tujuan mencapai dan memenuhi kebutuhan dasar seperti meningkatkan diri dan perbaikan diri terkait tubuhnya.
2. Aspek -aspek dari social comparison