Faktor-faktor pembentuk Hubungan antara social comparison tubuh dan kecenderungan ketidakpuasan tubuh pada anak perempuan usia 8 – 11 tahun.

bahwa 30 anak perempuan di Toronto melakukan diet pada usia 10 hingga 14 tahun. Penelitian McVey, Tweed dan Blackmore 2004 yang dilakukan di Kanada, juga mengungkap hal yang serupa, mereka menemukan bahwa perilaku diet tidak sehat sudah ditemukan pada anak perempuan usia 10 tahun dan memiliki kemungkinan mengalami gangguan makan ketika remaja. Berdasarkan uraian tentang akibat yang ditimbulkan oleh ketidakpuasan tubuh, dapat disimpulkan bahwa ketidakpuasan tubuh dapat menganggu fungsi kehidupan seseorang, seperti depresi, harga diri rendah, kesehatan mental dan gangguan makan.

5. Faktor-faktor pembentuk

ketidakpuasan tubuh pada anak perempuan adalah : a Faktor sosiokultural peran budaya Teori sosiokultural mengenai ketidakpuasan tubuh, berkaitan dengan hal-hal yang dianggap ideal yang mempengaruhi individu. Thompson 1996 mengatakan bahwa dampak terkuat dari berkembangnya ketidakpuasan citra tubuh dimasyarakat barat adalah faktor sosiokultural. Menurut Thompson 1996 masyarakat mengihlami suatu pernyataan terkait keindahan adalah sebuah kebaikan, dimana sinonim dari keindahan adalah kecantikan. Hal ini terbukti bahwa masyarakat lebih menghargai menjadi kurus dan menghindari menjadi gendut Thompson, 1996. Ketidakpuasan tubuh juga dipengaruhi faktor sosial masyarakat atau di konstruksikan oleh masyarakat. Matz , Foster , Faith Wadden, 2002 mengatakan bahwa kesadaran dan internalisasi dari standar kelompok berkontribusi terhadap ketidakpuasan tubuh. Grogan 2010 menjelaskan masyarakat menetapkan standar bentuk tubuh ideal bagi masing-masing jenis kelamin, karena terdapat stigma terkait bentuk tubuh ideal, yang selalu mencerminkan kebahagiaan, kesuksesan, awet muda dan penerimaan sosial yang baik b Media Masa Faktor media masa memiliki peranan yang penting dalam mengkomunikasikan standar berat tubuh kurus pada wanita Thompson, 1996. Morisson dan Hopkins dalam Maggie 2010 mengatakan bahwa media merupakan faktor kunci dalam pembentukan gambaran ketidakpuasan bentuk tubuh, karena media mengkonsepkan sebuah tampilan yang sempurna. Penelitian Hofschire dan Greenberg 2002 menjelaskan bahwa identifikasi anak terhadap karakter di televisi berkorelasi secara positif terhadap ketidakpuasan tubuh. Biasanya anak perempuan mengidentifikasi dengan model perempuan dan anak laki-laki mengidentifikasi bentuk tubuhnya dengan atlet. Untuk mendukung penjelasan terkait media yang berkorelasi dengan ketidakpuasan tubuh, Lakof dan Scherr dalam Kusumah 2007 mengatakan bahwa televisi dan majalah memiliki efek negatif karena model dalam media ini dilihat sebagai perwakilan realistis dari orang yang sebenarnya, bukan sebagai gambar yang sudah dimanipulasi dan dikembangkan secara hati-hati dan artifisial. hampir semua perempuan gagal untuk bisa melihat bahwa model dan perawatan rambut untuk sesi pemotretan juga melalu proses editing secara ketat, dan wanita selalu melihat tersebut sebagai suatu perbandingan yang realistis dan pantas untuk dijadikan perbandingan Thompson, 1996. Perubahan dan perkembangan mental ini didukung oleh media yang sering anak gunakan, selain televisi media lainnya adalah mainannya. Salah satu contohnya Barbie, anak perempuan lebih perduli dengan penampilan dibandingkan anak laki- laki karena mainan mereka, sehingga mereka memiliki keinginan untuk menyamai. Selain itu, anak perempuan memiliki banyak panutan seperti ibu, kakak, mainan, dan karakter idola di televisi. Selain itu Thompson 1996 menambahkan bahwa media memiliki peran yang besar dalam mengkomunikasikan harapan dari masyarakat. Teori Self Discrepancy menjelaskan bahwa individu memiliki kecenderungan untuk membandingkan persepsi mengenai penampilan mereka sendiri dengan bayangan ideal atau juga orang lain yang dianggap memiliki penampilan ideal Thompson, 1996. Diskrepansi antara persepsi mengenai diri dan diri yang dianggap ideal dan bisa menghasilkan sebuah ketidakpuasan dikarenakan proses perbandingan tadi. Semakin besar diskrepansi antara persepsi seseorag dan persepsi ideal, maka semakin besar ketidakpuasan yang dialami Thompson, 1996. Seiring berkembangnya zaman, media sosial anak mulai memberikan dampaknya kepada citra tubuh anak, seperti penggunaan facebook, Satu studi dari anak perempuan remaja menemukan bahwa pengguna Facebook yang secara signifikan lebih mungkin dibandingkan pengguna non-Facebook memiliki konsep tubuh ideal yang langsing dan untuk terlibat dalam pengawasan tubuh Tiggemann Slater, dalam Paid dan Schryver, 2015 c Gender Tingkat ketidakpuasan tubuh, yang diindikasi oleh tingkat perilaku diet dan laporan subyektif mengenai kehawatiran terhadap penampilan, juga dihasilkan oleh adanya perbedaan jenis kelamin. Penelitian yang dilakukan oleh Brennan, Lalonde dan Bain 2010 terhadap 98 laki-laki dan 98 perempuan usia 17-40 tahun, mengungkap bahwa kekhawatiran berat tubuh dan ketidakpuasan tubuh lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki, tetapi juga memiliki kecenderungan terjadi pada anak laki-laki. Penelitian yang dilakukan Phares, Steinberg, dan Thompson 2004 terhadap 141 anak perempuan dan laki-laki usia 8-11 tahun mengungkap bahwa anak perempuan lebih peduli pada berat tubuh dan perilaku diet, dari pada anak laki-laki. Kasus ketidakpusaan tubuh pada perempuan banyak terjadi dikarenakan faktor tekanan sosial budaya, dan lebih cenderung terjadi pada perempuan muda Esnola, Rodriguez dan Goni, 2010, sehingga ketidakpuasan tubuh cenderung berkembang sesuai dengan siklus hidup perempuan. Montepare JM, 1996. Atwater dan Duffy 1999 mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki konsep ideal yang berbeda terkait tubuhnya, sehingga terdapat diskrepansi pada masing-masing jenis kelamin. Perempuan memiliki anggapan bahwa laki-laki menginginkan perempuan yang memiliki tubuh yang kurus dan ukuran payudara yang besar, walaupun sebenarnya tidak demikian Atwater dan Duffy, 1999. d Teman sebaya Bagi anak-anak dan remaja, teman merupakan agen sosial yang penting. Melalui percakapan, bermaian, dan social comparison serta peilaku imitasi menjadi hal penting dalam pembentukan identitas Holmqvist dkk, 2014. Standar tentang penampilan, bentuk tubuh dan standar kecantikan ditularkan melalui perakapan, komentar tentang penampilan yang menarik, dan social comparison Holmqvist dkk, 2014. e Massa Tubuh Massa tubuh merupakan karakteristik biologis yang paling berhubungan dengan ketidakpuasan tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa individu dengan masa tubuh yang lebih besar menyatakan tingginya ketidakpuasan tubuh Jones, 2004. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Calzo, Sonneville, Haines, Blood, Field dan Austin 2012 pada subjek penelitian anak usia 9-18 tahun menemukan bahwa anak perempuan yang memiliki BMI diatas 50 memiliki ketidakpuasan tubuh yang lebih besar dari pada anak perempuan yang memiliki BMI dibawah 50. Individu yang memiliki kelebihan berat tubuh sering mengalamai pengalaman yang negatif pada interaksi sosialnya, seperti komentar yang menyakitkan atau ejekan yang sengaja diarahkan kepada invididu tersebut dan juga penghindaran sosial Thompson, Heinberg, Altabe dan Stacey, 1999.

C. Social Comparison

Social comparison adalah hakekat dan perilaku sosial Locke, 2014. Social comparison adalah kecenderungan umum individu untuk menggunakan orang lain sebagai sumber untuk evaluasi diri Festinger dalam Patrick dkk, 2004. Festinger 1954 mengatakan bahwa social comparison adalah sebuah proses evaluasi, yang mencangkup pencarian informasi dan melakukan penilaian tentang dirinya terhadap orang lain, untuk mengetahui standar dari luar diri mereka yang digunakan untuk menilai kemampuan dan pendapat mereka White, Langer, Yariv dan Welch, 2006. Festinger dalam Chardon, 2012 menjelaskan yang dievaluasi dalam social comparison adalah aribut. Atribut-atribut yang dibandingkan dapat berupa atribut fisik misalnya bentuk tubuh, wajah dan atribut abstrak misalnya kecerdasan, perilaku sosial. Penelitian ini memberikan batasan pengukuran atribut perbandingan pada atribut fisik. Tujuan dari individu melakukan social comparison adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti evaluasi diri, meningkatkan diri self enchacement , dan perbaikan diri Kruglanski dan Mayseless dalam Corcoran dkk, 2011. Selain itu, Diener dan Fujita dalam White dkk, 2006 menunjukkan bahwa social comparison tidak hanya sebagai strategi koping atau menghindari dampak negatif, tetapi untuk meningkatkan kesejahteraan, seperti kebahagiaan dan merasakan kepuasan dengan hidupnya. Dengan demikian, social comparison digambarkan sebagai proses strategis, yang digunakan untuk mencapai motif dan tujuan tertentu Taylor, dalam Corcoran dkk, 2011. Akan tetapi Gilbert, Geister dan Morris dalam Guimond, 2006 mengatakan proses social comparison bersifat spontan, tanpa usaha, dan tidak disengaja karena perbandingan pada saat saat tertentu datang secara spontan dan natural.

1. Social Comparison tubuh pada anak usia 8- 11 tahun