Peran farmasis dalam evaluasi pengobatan mutlak diperlukan, sesuai dengan kewajiban dan kewenangannya yang tercantum dalam Standar
Kompetensi Farmasi Indonesia 2004 yang dikeluarkan oleh ISFI Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia . Lima diantaranya mengatur tentang kewenangan farmasis
untuk mengkaji pengguanaan obat dalam proses terapi, kelima poin tersebut berbunyi:
1. mengkaji penggunaan obat melalui rekam medik pasien, resep dan atau rekam
farmasi lain. 2.
mengidentifikasi, memastikan kebenaran dan kebaikan suatu obat. 3.
menghitung dosis, menentukan sedian yang paling cocok. 4.
membuat keputusan profesional mengenai ada tidaknya atau kemungkinan terjadinya kesalahan dengan obat beserta penyelesaiannya.
5. memonitor penggunaan obat dan mengevaluasi pengguanaan obat.
Dalam mengevaluasi suatu penatalaksanaan pengobatan perlu diketahui gambaran umum pengobatan yang telah dilakukan. Gambran umum tersebut
meliputi :
A. Karakteristik Pasien
Karakteristik pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005 berdasarkan jenis kelamin pasien, umur
pasien dan diagnosis pasien.
1. Jenis kelamin
Perbandingan jumlah dan persentase dari pasien laki-laki dan perempuan pada pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Bangli-Bali tahun 2005 adalah 66,7 untuk jenis kelamin laki-laki dan 33,3 untuk jenis kelamin perempuan.
Tabel I. Distribusi pasien asma bronkial berdasarkan jenis kelamin di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun
2005.
No Jenis Kelamin
Jumlah Pasien
Persentase
1 Laki-laki
12 66,7
2 Perempuan
6 33,3
Jumlah 18
100
Data di atas menunjukan, bahwa pasien asma bronkial dengan jenis kelamin laki-laki jumlahnya lebih banyak bila dibandingkan dengan pasien asma
bronkial yang berkelamin perempuan hal ini dipengaruhi oleh pola hidup pasien. Pasien berjenis kelamin laki-laki memiliki kencenderungan lebih besar untuk
menjadi perokok aktif maupun pasif dibanding pasien perempuan, sehingga kemungkinan laki-laki untuk mengidap asma bronkial lebih besar dibandingkan
mereka yang berjenis kelamin perempuan.
2. Umur
Berdasarkan umurnya, pasien asma bronkial di Insatalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali pada tahun 2005 dikelompokan dalam 4
kelompok. Diantaranya kelompok Balita 0 sampai 5 tahun, anak-anak 5n≤12 tahun, dewasa 12n≤65 tahun, dan lanjut usia di atas 65 tahun. Dari penelitian
didapati terjadi 18 kasus asma bronkial, yang terdistribusi dalam persentase sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel II. Distribusi pasien asma bronkial berdasarkan Umur di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali tahun 2005
No. Umur
Jumlah Pasien
Persentase
1 0 sampai 5 tahun
6
33,3
2 5n≤12 tahun
1
5,6
3 12n≤65 tahun
7 38,9
4 di atas 65 tahun
4 22,2
Jumlah 18
100
Data penelitian di atas menunjukan bahwa pasien asma bronkial di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Bangli-Bali pada tahun 2005
didominasi oleh pasien balita dan dewasa, yakni masing-masing 33,3 dan 38,9 dari seluruh kasus yang ada. Sedangkan pasien lanjut usia sebesar 22,2 dari
seluruh kasus yang ada. Hal ini menunjukan bahwa pasien Balita dan dewasa cenderung lebih rentan terkena serangan asma bronkial dibandingkan pasien
lanjut usia, atau pasien asma bronkial memiliki kencenderungan untuk tidak dapat mencapai usia lanjut terapi gagal. Dugaan ini muncul karena pada penelitian-
penelitian terdahulu, kecenderungan asma bronkial menyerang justru pada usia balita, anak-anak dan lanjut usia. Hal ini disebabkan karena pada usia dewasa,
pasien sudah dapat mengenali dan menghindari faktor pencetus serangan asma pada dirinya, sehingga tindakan antisipasi sudah dapat disiapkan sebelum
serangan asma terjadi. Pada usia balita dan anak-anak serangan asma sangat sering diakibatkan
karena saluran napas yang mereka miliki masih sangat kecil, sehingga mudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sekali menyempit jika terinfeksi, sedangkan pada usia lanjut serangan diakibatkan karena fungsi organ tubuh sudah menurun.
3. Diagnosis