2.2 Waktu Pemberian Vitamin A
Kapsul Vitamin A merah 200.000 SI diberikan pada masa nifas sebanyak 2 kali yaitu :1 satu kapsul Vitamin A diminum segera setelah saat persalinan, 1 satu
kapsul Vitamin A kedua diminum 24 jam sesudah pemberian kapsul pertama. Tenaga yang memberikan suplementasi Vitamin A untuk ibu nifas yaitu Tenaga kesehatan
dokter, bidan, perawat, tenaga gizi dan lain-lain dan kader telah mendapat penjelasan terlebih dahulu dari petugas kesehatan Depkes, 2009.
Cara Pemberian vitamin A antara lain : sebelum dilakukan pemberian kapsul, tanyakan pada ibu apakah setelah melahirkan sudah menerima kapsul Vitamin A, jika
belum : Kapsul Vitamin A merah diberikan segera setelah melahirkan dengan cara meminum langsung 1 satu kapsul, kemudian minum 1satu kapsul lagi minimal 24
jam setelah pemberian kapsul pertama. Tempat pemberian vitamin A yaitu di sarana fasilitas kesehatan rumah sakit, puskesmas, pustu, poskesdespolindes, balai
pengobatan, praktek dokter, bidan praktek swasta, Posyandu Depkes, 2006. Pelaksanaan pemberian vitamin A pada ibu nifas bersamaaan dengan
pemberian imunisasi hepatitis B kepada bayi umur 0-7 hari pada kunjungan neonatal KN1. Apabila kapsul vitamin A tidak diberikan pada KN 1, maka dapat diberikan
pada kunjungan KN 2 8-28 hari atau pada KN 3 minggu ke 6 setelah persalinan. Untuk menghindari duplikasi pemberian kapsul vitamin A oleh petugas
kepada ibu nifas, setiap petugas yang akan memberikan kapsul harus memberitahukan dan menanyakan kepada ibu nifas tentang pemberian kapsul vitamin
A tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Perilaku Kesehatan 2.3.1 Konsep Prilaku
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari
maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa interaksi tersebut amat kompleks sehingga
kadang-kadang kita tidak sempat memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu. Karena itu amat penting untuk dapat menelaah alasan dibalik
perilaku individu, sebelum ia mampu mengubah perilaku tersebut Wawan, 2010. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut
dipengaruhi baik oleh faktor genetik keturunan dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan itu merupakan penentu dari perilaku
makhluk hidup termasuk perilaku manusia. Hereditas atau faktor keturunan adalah konsepsi dasar antara modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk
selanjutnya. Sedangkan lingkungan adalah kondisi atau lahan untuk perkembangan perilaku tersebut. Suatu mekanisme pertemuan antara kedua faktor dalam rangka
terbentuknya perilaku disebut proses belajar learning process Notoatmodjo, 2007. Skinner 1938 seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku
merupakan hasil hubungan antara perangsang stimulus dan tanggapan atau respon. Ia membedakan adanya dua respon, yaitu :
1. Responden respons atau reflexive repons, ialah respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan-rangsangan tertentu. Perangsangan-perangsangan semacam ini
Universitas Sumatera Utara
disebut eliciting stimulasi, karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap, misalnya makanan lezat menimbulkan air liur, cahaya yang kuat akan
menyebabkan mata tertutup dan sebagainya. Pada umumnya perangsangan – perangsangan yang demikian ini mendahului respon yang ditimbulkan.
Responden respon respondent behaviour ini emosi respon atau emotional behavior. Emosional respon ini timbul karena yang kurang mengenakkan
organisme yang bersangkutan, misalnya menangis karena sedih atau sakit. Sebaliknya hal yang mengenakkanpun dapat menimbulkan perilaku emosional
misalnya, tertawa berjingkat-jingkat karena senang dan sebagainya. 2.
Operant respont atau instrumental respon adalah respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsangan tertentu. Perangsang semacam ini
disebut reiforcing stimulus atau reinforcer, kerena perangsangan- perangsangan tersebut memperkuat respon yang telah dilakukan oleh organisme. Oleh sebab
itu perangsangan yang demikian itu mengikuti atau memperkuat suatu perilaku tertentu yang telah dilakukan. Apabila seorang anak belajar dan telah
melakukan perbuatan, kemudian memperoleh hadiah, maka ia menjadi lebih giat belajar atau akan lebih baik lagi melakukan perbuatan tersebut. Dengan
kata lain responnya akan lebih intensif atau lebih kuat lagi.
2.3.2 Prosedur Pembentukan Perilaku
Seperti telah disebutkan di atas, sebagian besar perilaku manusia adalah operant respon. Untuk membentuk jenis respon atau perilaku ini perlu diciptakan
Universitas Sumatera Utara
adanya suatu kondisi tertentu yang disebut operant conditioning. Prosedur pembentukan perilaku menurut Skinner sebagai berikut :
a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforcer
berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk. b.
Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen tersebut disusun
dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya perilaku yang dimaksud.
c. Dengan menggunakan secara urut komponen–komponen itu sebagai tujuan-tujuan
sementara, mengidentifikasi reinforcer atau hadiah untuk masing-masing komponen.
d. Melakukan pembentukan perilaku, dengan menggunakan urutan komponen yang
telah disusun itu. Apabila komponen pertama telah dilakukan, maka hadiahnya diberikan, hal ini akan mengakibatkan komponen atau perilaku tindakan tersebut
akan sering dilakukan.
2.3.3 Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang organisme terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan serta lingkungan. Perilaku kesehatan mencakup : 1.
Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia berespons, baik secara pasif mengetahui, bersikap dan mempersepsi penyakit
dan rasa sakit maupun aktif tindakan yang dilakukan sehubungan dengan
Universitas Sumatera Utara
penyakit dan sakit tersebut. Perilaku terhadap sakit dan penyakit ini dengan sendirinya sesuai dengan tingkatan pencegahan penyakit, yakni :
a Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan health
promotion behaviour, misalnya makan makanan bergizi, olah raga dan sebagainya.
b Perilaku pencegahan penyakit health prevention behaviour, adalah respon
untuk melakukan pencegahan penyakit, misalnya tidur memakai kelambu untuk mencegah gigitan nyamuk, imunisasi dan sebagainya.
c Perilaku sehubungan dengan pengobatan health seeking behaviour, yaitu
perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan, misalnya berusaha mengobati sendiri penyakitnya, atau mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas
kesehatan modern puskesmas, mantri, dokter praktek dan sebagainya, maupun ke fasilitas kesehatan tradisional dukun, sinshe dan sebagainya.
d Perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan health rehabilitation
behaviour, yaitu perilaku yang berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan kesehatan setelah sembuh dari suatu penyakit. Misalnya melakukan diet,
mematuhi anjuran dokter dalam rangka pemulihan kesehatannya. 2.
Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, adalah respons seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan, baik sistem kesehatan modern maupun
tradisional. Perilaku ini mencakup respon terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat-obatan yang terwujud dalam
pengetahuan, persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas, petugas dan obat-obatan.
Universitas Sumatera Utara
3. Perilaku terhadap makanan nutrition behaviour, yakni respon seseorang
terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek kita terhadap makanan serta
unsur-unsur yang terkandung di dalamnya zat gizi, pengolahan makanan, dan sebagainya.
4. Perilaku terhadap kesehatan lingkungan environmental health behaviour
adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri.
Perilaku ini mencakup perilaku sehubungan dengan air bersih, perilaku sehubungan dengan air kotor, perilaku sehubungan dengan limbah, perilaku
sehubungan dengan rumah yang sehat dan perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang nyamuk vektor dan sebagainya.
Robert Kwick 1974 menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku
tidak sama dengan sikap. Sikap adalah hanya suatu kecendrungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda -
tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi objek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia.
Becker 1979 dalam Notoatmodjo 2007, mengklasifikasikan perilaku yang berhubungan yang berhubungan dengan kesehatan health related behaviour sebagai
berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Perilaku kesehatan health behaviour, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan
tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk juga tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit,
memilih makanan, sanitasi dan sebagainya. b.
Perilaku sakit the sick role behaviour, yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang merasa sakit, untuk merasakan dan
mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit. Termasuk di sini juga kemampuan atau pengetahuan individu untuk mengidentifikasi penyakit,
penyebab penyakit, serta usaha-usaha mencegah penyakit tersebut. c.
Perilaku peran sakit the sidk role behaviour, yakni segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit untuk memperoleh
kesembuhan. Perilaku ini di samping berpengaruh terhadap kesehatankesakitannya sendiri, juga berpengaruh terhadap orang lain, terutama
kepada anak-anak yang belum mempunyai kesadaran dan tanggungjawab terhadap kesehatannya.
2.3.4 Domain Perilaku Kesehatan
Perilaku manusia itu sangat komplek dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Benyamin Bloom 1908 dalam Notoatmodjo 2007, membagi perilaku
itu ke dalam 3 domain ranahkawasan, meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini untuk kepentingan
tujuan pendidikan. Bahwa dalam tujuan suatu pendidikan adalah mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari : a ranah
Universitas Sumatera Utara
kognitif cognitif domain, b ranah afektif affective domain, c ranah psikomotor psychomotor domain.
Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang
berupa materi atau objek luarnya. Selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap terhadap objek yang diketahui. Akhirnya rangsangan yakni objek yang
telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan action terhadap atau sehubungan dengan stimulus atau
objek tadi. Namun demikian dalam kenyataan stimulus yang diterima oleh subjek dapat langsung menimbulkan tindakan. Artinya seseorang dapat bertindak atau
berespon baru tanpa mengetahui terlebih dahulu terhadap makna stimulus yang diterimanya. Dengan kata lain tindakan practice seseorang tidak harus disadari oleh
pengetahuan dan sikap.
2.3.5 Perubahan – Perubahan Perilaku
Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujun dari pendidikan atau
penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan yang lain. Banyak teori perubahan perilaku, antara lain :
a. Teori Stimulus-Organisme-Respon S-O-R
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung pada kualitas rangsangan stimulus yang berkomunikasi dengan
organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi sources, misalnya kredibilitas,
Universitas Sumatera Utara
kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau masyarakat.
Hosland,et al 1953 mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut
mengambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari : 1
Stimulus rangsangan yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak, berarti stimulus
itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu yang berhenti di sini. Bila stimulus diterima oleh organisme, berarti ada perhatian dari individu dan
stimulus tersebut efektif. 2
Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme diterima maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses selanjutnya.
3 Setelah organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk
bertindak, demi stimulus yang telah diterimanya bersikap. 4
Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan, maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut bersikap.
Selanjutnya teori ini mengartikan bahwa perilaku dapat berubah hanya apabila stimulus rangsangan yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula.
Stimulus yang dapat melebihi stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat meyakinkan organisme.
Universitas Sumatera Utara
Proses perubahan perilaku berdasarkan teori S – O – R ini dapat digambarkan seperti di bawah ini :
Teori S – O – R
Gambar 2.1 Teori S – O – R Stimulus – Organisme – Respon
Dari teori di atas dapat kita simpulkan bahwa bidan yang mendapat informasi yang cukup tentang pemberian vitamin A pada ibu nifas, akan mempunyai perhatian
yang besar akan program vitamin A tersebut yang selanjutkan akan memunculkan pengertian yang baik akan program tersebut sehingga sikap menerima program
tersebut akan menimbulkan reaksi terbuka berupa perubahan praktik, yaitu memberikan vitaminA sebanyak dua kali pada setiap ibu nifas.
Sikap merupakan pernyataan evaluatif, baik yang menguntungkan ataupun yang tidak menguntungkan objek, orang atau peristiwa, dan sikap merupakan cara
Stimulus
-
Perhatian -Pengertian
-Penerimaan
Reaksi tertutup perubahan
sikap
Reaksi terbuka perubahan
praktik
Universitas Sumatera Utara
pandang seseorang merasakan sesuatu, dengan demikian bidan akan mempunyai sikap positif dalam pemberian vitamin A, apabila faktor-faktor yang ada di sekitar
lingkungan pekerjaan mendukung, atau sesuai dengan kemampuan dan keinginan Yulianti, 2010.
b. Teori Festinger Dissonance Theory