Meskipun demikian berdasarkan nilai skor rata-rata kedua kelas, kreativitas siswa di kelas eksperimen lebih baik dan mengalami
kenaikkan yang lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hal ini membuktikan bahwa metode eksperimen bisa dikatakan berhasil
melatih psikomotorik siswa ketika mereka bekerja dengan objek-objek konkret. Ketika pelaksanaan eksperimen berlangsung, beberapa siswa
menggunakan cara-cara baru yang berasal dari ide dengan coba-coba. Selain itu juga terbukti secra statistik.
2. Kecerdasan Emosional
Hasil analisis data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen tidak meningkatkan kecerdasan emosional siswa
dan terbukti secara statiktik. Hal ini dibuktikan bahwa tidak ada perubahan yang signifikan antara
pretest
dan
post-test
kecerdasan emosional pada kelas eksperimen.
Hal tersebut disebabkan beberapa hal: 1 Beberapa siswa memiliki ketidakcocokan dengan teman kelompoknya, sehingga harus
dilakukan pergantian anggota kelompok, 2 Pada saat pelaksanaan kegiatan eksperimen, beberapa siswa tidak membangun hubungan
kerja sama dengan anggota kelompoknya, mereka lebih fokus pada kesibukkan dengan teman yang berbeda kelompok, dan 3 siswa belum
memiliki motivasi dalam mengerjakan tugas. Meskipun demikian berdasarkan nilai skor rata-rata kedua
kelas, kecerdasan emosional siswa di kelas eksperimen lebih baik dan
mengalami kenaikkan yang lebih tinggi dari pada kelas kontrol secara statistik. Hal ini membuktikan bahwa siswa telah melakukan
pengamatan, pengukuran dan analisis data dengan sabar, tekun, teliti, hati-hati dan jujur. Dengan demikian siswa terlatih untuk mengenali
emosi diri, mengungkapkan perasaan, memotivasi diri, serta dapat mengendalikan diri. Eksperimen yang telah dilakukan dalam kelompok
membuat siswa dapat membina hubungan kerja sama dengan orang lain. Sedangkan analisis data dan penarikan kesimpulan yang telah
dilakukan membuat siswa terlibat aktif dalam pembelajaran.
3. Pengetahuan
Hasil analisis menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan siswa saat mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode
eksperimen. Hal ini dibuktikan dengan perubahan yang signifikan antara
pretest
dan
post-test
pengetahuan pada kelas eksperimen. Sesuai dengan teori bahwa dengan menggunakan metode
eksperimen siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri dan mengikuti proses, sehingga siswa dapat mengamati, mengukur,
mengumpulkan data, menganalisa data, dan menyimpulkan sendiri tentang objek, keadaan atau suatu proses yang telah dilakukan.Dalam
metode eksperimen, siswa dituntut untuk membangun pemikirannya sendiri. Pada saat belajar siswa harus aktif mengolah, memikirkan,
menganalisis dan akhirnya merangkum menjadi suatu pengertian yang
utuh. Oleh karena itu, pengetahuan siswa lebih meningkat menggunakan metode eksperimen.
Meskipun demikian berdasarkan nilai skor rata-rata kedua kelas, peningkatan yang diperoleh oleh siswa di kelas eksperimen
tidak lebih tinggi daripada peningkatan yang diperoleh oleh siswa di kelas kontrol. Hal ini bisa disebabkan perbedaan jumlah siswa antara
kedua kelas yang berbeda. Dan berdasarkan analisa di dalam kelas, kelas kontrol saat pembelajaran lebih aktif jika dibandingkan dengan
kelas eksperimen. Kebanyakkan siswa di kelas kontrol lebih konsentrasi dan serius dalam menanggapi pembelajaran. Bahkan ketika
diberikan soal latihan, mereka dapat menjawab soal tersebut dengan baik dan benar. Demikian juga saat pelaksanaan test akhir
post-test
, siswa dikelas kontrol lebih antusias dan mengerjakan tes dengan baik
dan benar.
F. Keterbatasan Penelitian