Pengaruh Efisiensi Usaha dan Resiko Terhadap Return on Asset Pada PT. Bank Sumut

(1)

S E K

O L A

H P

A

S C

A S A R JA

N A

PENGARUH EFISIENSI USAHA DAN RISIKO TERHADAP

RETURN ON ASSET PADA PT. BANK SUMUT

TESIS

OLEH

ALFITRI PASARIBU 097019050/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

PENGARUH EFISIENSI USAHA DAN RISIKO TERHADAP

RETURN ON ASSET PADA PT. BANK SUMUT

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

ALFITRI PASARIBU 097019050/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(3)

Judul Tesis : PENGARUH EFISIENSI USAHA DAN RISIKO TERHADAP RETURN ON ASSET PADA PT. BANK SUMUT

Nama Mahasiswa : Alfitri Pasaribu Nomor Pokok : 097019050

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui, Komisi Pembimbing:

(Dr. Isfenti Sadalia, ME.) (Dr. Khaira Amalia Fachrudin, MBA, AK Ketua Anggota

)

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Paham Ginting, SE, MS.) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE.)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 30 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Dr. Isfenti Sadalia, ME.

Anggota : 1. Dr. Khaira Amalia Fachrudin, MBA,Ak. 2. Prof. Dr. Paham Ginting, SE, MS.

3. Dr. Muslich Lufti, MBA. 4. Drs. Syahyunan, M.Si.


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis saya yang berjudul:

“PENGARUH EFISIENSI USAHA DAN RISIKO TERHADAP RETURN

ON ASSET PADA PT. BANK SUMUT”.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun juga sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, 30 Agustus 2012 Yang membuat pernyataan,


(6)

PENGARUH EFISIENSI USAHA DAN RISIKO TERHADAP RETURN ON

ASSET PADA PT. BANK SUMUT

ABSTRAK

Tingkat kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan dapat diukur dengan melihat Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan menejemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Langkah-langkah yang harus dilakukan bank dalam mencapai ROA haruslah sesuai dengan harapan yaitu dengan memperhitungkan prinsip kehati-hatian (Prudential System) dalam pengunaan asset yang dimiliki karena setiap kegiatan usaha bank yang melibatkan penggunaan asset atau berorientasi keuntungan selalu dihadapkan pada risiko yang sering disebut risiko usaha. Risiko usaha bank adalah tingkat ketidakpastian mengenai suatu hasil yang diperkirakan atau diharapkan akan diterima. Perusahaan dapat dikatakan lebih efisien dibandingkan pesaingnya jika dengan input yang sama menghasilkan output lebih tinggi atau dapat menghasilkan output yang sama dengan input yang lebih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis efisiensi usaha yang terdiri dari BOPO, Cost EfficiencyRatio, Overhead Efficiency , dan resiko yang terdiri dari Liquidity Risk , Capital Risk , Deposit Risk terhadap

Return on Asset pada PT. Bank Sumut. Hasil penelitian berdasarkan hasil uji statistika pada alpha 5% ditemukan bahwa BOPO, Overhead Efficiency,Liquidity Risk dan Capital Risk memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Return on asset Pada PT. Bank Sumut, dimana Capital Risk merupakan variabel yang paling dominan. Sedangkan Cost Efficiency Ratio dan Deposit Risk tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return on asset Pada PT. Bank Sumut.


(7)

THE INFLUENCE OF BUSINESS EFFICIENCY AND RISK ON THE RETURN ON ASSET AT PT. BANK SUMUT

ABSTRACT

The degree of bank capability in gaining profit can be measured through Return On Asset (ROA) and it is a ratio used to measure the ability of bank management is gaining profit as a whole. The steps should be taken by the bank ing achieving ROA should meet the expectation by considering the Prudential System in the use of asset owned because business activity of the bank involving the use of asset or profit –oriented is always faced to the risk frequently called business risk. The business risk of bank is the degree of uncertainty about a result which will be expectedly received. The company can be said to be more efficient than its competitors if with the same input the company can produce higher output or can produce the same output with lower input. The purpose of this study was to find out and analyze the business efficiency comprising BOPO, Cost Efficiency Ratio, Overhead Efficiency, and the risks consisting of Liquidity Risk, Capital Risk, Deposit Risk on Return On Asset at PT. Bank Sumut. The result of this study through a statistic test with α = 5% showed that BOPO, Overhead Efficiency, Liquidity Risk and Capital Risk had a positive and significant influence on the Return On Asset at PT. Bank Sumut in which Capital Risk was the most dominant variable, while Cost Efficiency Ratio and Deposit Risk did not have any significant influence on the Return On Asset at PT. Bank Sumut.


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “Pengaruh Efisiensi Usaha dan Resiko Terhadap Return on Asset Pada PT. Bank Sumut”. Tesis ini merupakan tugas akhir dalam rangka memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) Pada Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syahril Pasaribu, Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS selaku Ketua Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA selaku sekretaris Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME selaku Pembimbing I yang telah memberikan dorongan dan bimbingan serta saran-saran dalam penyelesaian tesis ini.

6. Ibu Dr. Khaira Amalia Fachrudin, MBA Ak selaku Pembimbing II, yang juga telah memberikan dorongan dan bimbingan serta saran-saran dalam penyelesaian tesis ini.


(9)

7. Bapak Dr. Muslich Lutfi, MBA, Bapak Drs. Syahyunan, M.Si, dan Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS, selaku komisi pembanding, yang telah banyak memberikan masukan-masukan untuk perbaikan tesis ini.

8. Bapak H. Gus Irawan Pasaribu, SE.Ak, MM selaku Direktur Utama PT. Bank SUMUT.

9. Bapak Bahrein H. Siagian selaku Pemimpin Divisi Sumber Daya Manusia dan seluruh Pimpinan Divisi dan Staff PT. Bank SUMUT yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan data dan informasi dalam penyelesaian tesis ini.

10. Seluruh dosen-dosen pengajar yang telah memberikan ilmunya selama perkuliahan, yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam menambah ilmu pengetahuan.

11. Seluruh staff administrasi pascasarjana dan teman-teman angkatan 17 yang telah memberikan dukungan dan kerjasamanya sejak awal perkuliahan hingga selesai

12. Terkhusus kepada kedua orang tua penulis, yakni Ayahanda Ir. H. M. Syufrin Pasaribu, Med. dan Ibunda Hj. Hadisah Pohan, BA. yang telah memberikan dorongan, do’a serta kasih sayangnya kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

13. Buat saudara-saudariku Muhammad Al Amin Pasaribu, Muhammad

Immanuddin Pasaribu, Al Fitra Pasaribu dan Amanah Pasaribu terimakasih atas motvasi dan dukungannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini belumlah sempurma, mengingat keterbatasan waktu, tenaga dan kemampuan, sehingga segala kritik dan saran


(10)

yang bersifat membangun sangat diharapkan, demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis mengucapkan semoga Allah SWT akan membalas seluruh amal kita dan melimpahkan rahmatNya kepada kita semua. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Medan, Agustus 2012


(11)

RIWAYAT HIDUP

Alfitri Pasaribu, dilahirkan di Medan 7 Desember 1981 dari pasangan Ayahanda Ir. H. M. Syufrin Pasaribu,Med. dan Hj. Hadisah Pohan,BA. sebagai anak ketiga dari lima bersaudara.

Menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar di SD Swasta Tunas Kartika IV Medan, tamat dan lulus tahun 1993, kemudian melanjutkan Pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP Swasta Panca Budi Medan, tamat dan lulus tahun 1996. Selanjutnya meneruskan pendidikan ke Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 3 Medan, tamat dan lulus tahun 1999. Tahun 1999 melanjutkan ke jenjang pendidikan Diploma III Jurusan Keuangan dan Perbankan Politeknik Negeri Medan dan lulus tahun 2002, kemudian tahun 2002 melanjutkan Program Strata-1 Ekstensi Jurusan Manajemen Universitas Sumatera Utara dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2004 sampai dengan sekarang bekerja sebagai Officer di PT. Bank SUMUT.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ... 8

2.1. Penelitian Terdahulu ... 8

2.2. Laporan Keuangan... ... 10

2.3. Rasio Keuangan ... 14

2.3.1. Pengertian Rasio Keuangan ... 14

2.3.2. Keunggulan dan Kelemahan Rasio Keuangan ... 15

2.3.3. Jenis-jenis Rasio Keuangan ... 17

2.3.4. Rasio Profitabilitas ... 17

2.3.5. Analisis Rasio ... 19

2.4. Efisiensi Bank ... 21

2.4.1 Pengaruh Efisiensi Usaha Terhadap ROA ... 24

2.4.2 Pengaruh BOPO Terhadap Return on Asset (ROA) . 25 2.4.3 Pengaruh CER Terhadap Return on Asset (ROA) .... 25

2.5. Risiko ... 26

2.5.1 Pengertian Resiko ... 26

2.5.2 Jenis-jenis Resiko Perbankan ... 27

2.5.3 Resiko Usaha Perbankan ... 28

2.5.4 Pengaruh Resiko Usaha Terhadap ROA ... 30

2.6. Kerangka Konseptual ... 35

2.7. Hipotesis ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1. Jenis dan Sifat Penelitian ... 38

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 38


(13)

3.5. Identifikasi dan Operasional Variabel ... 39

3.6. Metode Analisis Data ... 41

3.7 Uji Asumsi Klasik ... 44

3.7.1. Uji Normalitas ... 45

3.7.2. Uji Multikolinieritas... 46

3.7.3. Uji Heterokedastisitas ... 46

3.7.4. Uji Autokorelasi ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

4.1. Hasil Penelitian ... 48

4.1.1. Gambaran Umum PT. Bank SUMUT ... 48

4.1.2. Sejarah singkat PT.Bank SUMUT ... 48

4.1.3. Visi, Misi dan Statemen Budaya PT. Bank SUMUT ... 50

4.1.4. Budaya Kerja PT. Bank SUMUT ... 52

4.1.5. Jenis usaha/Kegiatan PT. Bank SUMUT ... 54

4.1.6. Analisis Statistik Deskriptif ... 55

4.1.7. Pengujian Asumsi Klasik ... 56

4.1.8. Hasil Regresi berganda ... 61

4.1.8.1. Uji-F (Uji Serempak) ... 61

4.1.8.2. Uji –t (Uji Parsial) ... 62

4.2. Pembahasan ... 65

4.2.1. Pengaruh Variabel BOPO Terhadap Return on Asset Pada Bank SUMUT ... 65

4.2.2. Pengaruh Variabel Cost Efficiency Ratio Terhadap Return on Asset Pada Bank SUMUT ... 66

4.2.3. Pengaruh Variabel Overhead Afficiency Terhadap Return on Asset Pada Bank SUMUT ... 66

4.2.4. Pengaruh Variabel Liquidity Risk Terhadap Return on Asset on Asset Pada Bank SUMUT ... 67

4.2.5. Pengaruh Variabel Capital Risk Terhadap Return on Asset Pada Bank SUMUT ... 67

4.2.6. Pengaruh Variabel Deposit Risk Terhadap Return on Asset Pada Bank SUMUT ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 70

5.2. Saran ... 71


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Laporan Laba dan Rasio Keuangan PT.BANK SUMUT Periode

2004-2011... ... 4

2.1. Review Penelitian Terdahulu ... 8

3.1. Operasionalisasi Variabel, Definisi Variabel, Indikator Variabel, dan Skala Pengukuran ... 40

4.1 Jumlah unit kantor PT.Bank SUMUT ... 50

4.2. Analisis Deskriptif ... 55

4.3. Hasil Uji Kolmogrov-Sumirnov ... 58

4.4. Hasil Uji Multikolinearitas ... 59

4.5. Hasil Uji-Glejser ... 60

4.6. Hasil Uji Autokorelasi... 61

4.7. Hasil Uji-F ... 62


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Grafik Rasio Keuangan PT.BANK SUMUT Periode 2004-2011 .. 5 2.1. Kerangka Konseptual ... 36 4.1. Grafik Uji Normalitas ... 57 4.2. Grafik Uji Heteroskedastisitas ... 60


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Surat Izin Penelitian ... 75 2. Struktur Organisasi PT. Bank SUMUT ... 76 3. Laporan Keuangan Triwulanan 31 Maret 2005 & 31 Maret 2006 . 77 4. Hasil Perhitungan Ratio keuangan ... 83 5. Hasil Pengolahan Data dengan SPSS ... 85 6. Logo Perusahaan ... 90


(17)

PENGARUH EFISIENSI USAHA DAN RISIKO TERHADAP RETURN ON

ASSET PADA PT. BANK SUMUT

ABSTRAK

Tingkat kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan dapat diukur dengan melihat Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan menejemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Langkah-langkah yang harus dilakukan bank dalam mencapai ROA haruslah sesuai dengan harapan yaitu dengan memperhitungkan prinsip kehati-hatian (Prudential System) dalam pengunaan asset yang dimiliki karena setiap kegiatan usaha bank yang melibatkan penggunaan asset atau berorientasi keuntungan selalu dihadapkan pada risiko yang sering disebut risiko usaha. Risiko usaha bank adalah tingkat ketidakpastian mengenai suatu hasil yang diperkirakan atau diharapkan akan diterima. Perusahaan dapat dikatakan lebih efisien dibandingkan pesaingnya jika dengan input yang sama menghasilkan output lebih tinggi atau dapat menghasilkan output yang sama dengan input yang lebih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis efisiensi usaha yang terdiri dari BOPO, Cost EfficiencyRatio, Overhead Efficiency , dan resiko yang terdiri dari Liquidity Risk , Capital Risk , Deposit Risk terhadap

Return on Asset pada PT. Bank Sumut. Hasil penelitian berdasarkan hasil uji statistika pada alpha 5% ditemukan bahwa BOPO, Overhead Efficiency,Liquidity Risk dan Capital Risk memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Return on asset Pada PT. Bank Sumut, dimana Capital Risk merupakan variabel yang paling dominan. Sedangkan Cost Efficiency Ratio dan Deposit Risk tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return on asset Pada PT. Bank Sumut.


(18)

THE INFLUENCE OF BUSINESS EFFICIENCY AND RISK ON THE RETURN ON ASSET AT PT. BANK SUMUT

ABSTRACT

The degree of bank capability in gaining profit can be measured through Return On Asset (ROA) and it is a ratio used to measure the ability of bank management is gaining profit as a whole. The steps should be taken by the bank ing achieving ROA should meet the expectation by considering the Prudential System in the use of asset owned because business activity of the bank involving the use of asset or profit –oriented is always faced to the risk frequently called business risk. The business risk of bank is the degree of uncertainty about a result which will be expectedly received. The company can be said to be more efficient than its competitors if with the same input the company can produce higher output or can produce the same output with lower input. The purpose of this study was to find out and analyze the business efficiency comprising BOPO, Cost Efficiency Ratio, Overhead Efficiency, and the risks consisting of Liquidity Risk, Capital Risk, Deposit Risk on Return On Asset at PT. Bank Sumut. The result of this study through a statistic test with α = 5% showed that BOPO, Overhead Efficiency, Liquidity Risk and Capital Risk had a positive and significant influence on the Return On Asset at PT. Bank Sumut in which Capital Risk was the most dominant variable, while Cost Efficiency Ratio and Deposit Risk did not have any significant influence on the Return On Asset at PT. Bank Sumut.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri perbankan merupakan industri yang syarat dengan risiko, terutama karena melibatkan pengelolaan uang masyarakat dan diputar dalam bentuk berbagai investasi, seperti pemberian kredit, pembelian surat-surat berharga dan penanaman dana lainnya.

Kondisi perbankan di Indonesia selama tahun 2005-2007 merupakan periode yang penuh dinamika bagi industri perbankan nasional. Ditengah beratnya tantangan yang dihadapi, bank pada umumnya mampu mempertahankan kinerja yang positif. Profitabilitas, likuiditas dan solvabilitas bank stabil pada tingkat yang memadai. Namun demikian, fungsi intermediasi masih terkendala akibat perubahan kondisi perekonomian yang kurang menguntungkan (Laporan Tahunan Bank Indonesia, 2006).

Perusahaan perbankan sedang melakukan reformasi sistem melalui implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia (API) dimana secara bertahap dalam jangka waktu lima sampai dengan sepuluh tahun kedepan API akan diimplementasikan dengan visi yang jelas. Visi API adalah menciptakan sistem perbankan yang sehat, kuat dan efisien guna menciptakan kestabilan system keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Industri perbankan merupakan sektor penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial intermediary diantara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang memerlukan dana. Faktor-faktor yang


(20)

mempengaruhi profitabilitas bank dapat bersumber dari berbagai kinerja profitabilitas yang ditunjukkan beberapa indikator. Rasio profitabilitas yang penting bagi bank adalah Return on Asset (ROA).

Tingkat kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan dapat diukur dengan melihat Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan menejemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA yang dicapai bank, semakin baik posisi bank dari segi penggunaan asset (Dendiwijaya, 2001). Langkah-langkah yang harus dilakukan bank dalam mencapai ROA haruslah sesuai dengan harapan yaitu dengan memperhitungkan prinsip kehati-hatian (Prudential System) dalam penggunaan aset yang dimiliki karena setiap kegiatan usaha bank yang melibatkan penggunaan aset atau berorientasi keuntungan selalu dihadapkan pada risiko yang sering disebut risiko usaha. Risiko usaha bank adalah tingkat ketidakpastian mengenai suatu hasil yang diperkirakan atau diharapkan akan diterima.

Guna menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi, tuntutan nasabah yang meningkat dan pesatnya kemajuan teknologi informasi, maka pengelolaan bank secara efisien merupakan syarat mutlak untuk dapat terus bertahan. Umumnya perusahaan yang lebih efisien akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika dibandingkan dengan perusahaan yang kurang efisien. Efisiensi perusahaan bukan hanya merupakan ukuran perbandingan antara

output yang dihasilkan dengan input, tetapi bagaimana manajemen mengelola sumberdaya yang ada dengan segala keterbatasan untuk menghasilkan output yang optimal.


(21)

Perusahaan dapat dikatakan lebih efisien dibandingkan pesaingnya jika dengan input yang sama menghasilkan output lebih tinggi atau dapat menghasilkan output yang sama dengan input yang lebih rendah. Perusahaan go public dengan kinerja yang baik akan meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya. Harapan investor selain memperoleh dividen adalah kenaikan harga saham, karena dengan kenaikan harga saham maka investor akan mendapatkan keuntungan dari capital gain. Kinerja perusahaan go public dapat diukur dari kinerja harga sahamnya di lantai bursa, kinerja saham yang baik adalah jika kenaikan harganya di atas atau paling tidak sama dengan tingkat kenaikan indeks pasarnya. Dalam jangka panjang emiten yang dapat menunjukkan kinerja yang lebih efisien akan mendapatkan tanggapan positif dari investor.

Perusahaan yang efisien akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika dibandingkan dengan perusahaan yang kurang efisien. Identifikasi terhadap upaya-upaya manajemen bank didalam melakukan tindakan efisiensi sehingga dapat berpengaruh pada return saham bank, dapat dinilai melalui beberapa rasio efisiensi bank (Wardoyo, 2002), dalam penelitian ini yaitu Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Cost Efficiency Ratio (CER) dan

Overhead Efficiency. Setiap kegiatan penempatan dana yang dilakukan oleh bank, maka didalamnya melekat resiko yang harus di tanggung (Masyhud, 2004), Risiko usaha merupakan tingkat ketidak pastian mengenai pendapatan yang diperkirakan akan diterima. Pendapatan dalam hal ini adalah keuntungan bank. Semakin tinggi ketidak pastian pendapatan yang diterima suatu bank, semakin besar kemungkinan risiko yang dihadapi dan semakin tinggi pula premi risiko


(22)

atau bunga uang diinginkan ( Siamat, 2005). resiko yang ada didalam penelitian ini terdiri dari Liquidity Risk, Capital Risk dan Deposito Risk.

Hampir menjadi permasalahan atau kendala klasik bagi Bank Pembangunan Daerah (BPD) di seluruh Indonesia bahwa ekspansi usaha yang cukup pesat menjadikan ratio kecukupan modal mengalami kecenderungan menurun. PT. Bank SUMUT adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang perbankan dan merupakan salah satu bank milik pemerintah daerah, memiliki 24 kantor cabang konvensional dengan 68 kantor cabang pembantu dibawahnya yang tersebar di seluruh Sumatera Utara dan Jakarta, 3 kantor cabang syariah dengan 3 kantor cabang pembantu di bawahnya, 13 unit kantor payment point dan 4 unit kantor kas.

Dalam beberapa tahun terakhir kinerja keuangan PT. Bank SUMUT dapat terlihat sebagai berikut:

Tabel 1.1. Laporan Laba dan Rasio Keuangan PT.BANK SUMUT periode 2004-2011

Uraian 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Laba Thn Berjalan Stlh Pajak (dlm Miliar)

116 96 155 188 237 421 404 426

ROA (%) 4,37 3,55 3,43 3,39 4,11 5,47 4,55 3,26

BOPO (%) 70,75 79,38 78,83 76,09 74,02 62,62 68,65 75,99

NPL (%) 3,79 2,20 1,43 1,23 0,59 1,71 2,25 2,56

CAR (%) 31,07 28,74 25,97 20,95 16,48 10,77 13,06 14,66

LDR (%) 52,42 56,99 43,48 56,46 84,13 97,87 91,04 78,56


(23)

Gambar 1.1. Grafik RasioKeuangan PT.BANK SUMUT periode 2004-2011

Berdasarkan Tabel dan Gambar 1.1 dapat dilihat Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) yang merupakan salah satu indikator efisiensi mengalami kenaikan dari tahun 2004-2005, namun di tahun 2006-2009 BOPO mengalami penurunan namun kembali mengalami kenaikan dari tahun 2009-2011. Laba Tahun Berjalan mengalami kenaikan dari tahun 2006-2009 namun di tahun 2010 laba mengalami penurunan, kondisi tersebut menunjukkan adanya hubungan negatif antara Laba Tahun Berjalan dan BOPO sehingga berdasarkan data empiris perlu dilakukan penelitian lanjutan. Penurunan ratio BOPO pada periode 2006-2009 diikuti dengan kenaikan rasio Return On Asset (ROA) pada tahun 2006-2007 namun di tahun 2010 BOPO mengalami kenaikan dan ROA mengalami penurunan, sehingga BOPO menunjukkan pengaruh yang negatif terhadap ROA. NPL pada tahun 2004-2008 mengalami penurunan, namun


(24)

dari tahun 2008-2011 NPL mengalami kenaikan, diikuti dengan kenaikan ROA pada tahun 2006-2009 dan penurunan ROA ditahun 2010. CAR mengalami penurunan dari tahun 2004-2009 yang diikuti juga dengan penurunan ROA dari tahun 2004-2007 dan LDR mengalami kenaikan di tahun 2004-2009 sedangkan di tahun 2009-2011 mengalami penurunan.

Dari fenomena diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian bagaimana

Pengaruh Efisiensi Usaha dan Resiko terhadap Return on Asset pada PT. Bank Sumut”.

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana pengaruh rasio efisiensi usaha terdiri dari BOPO, Cost Efficiency ratio, Overhead Efficiency dan resiko yang terdiri dari Liquidity Risk, Capital Risk dan Deposit Risk terhadap return on asset Pada PT. Bank Sumut.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana pengaruh rasio efisiensi usaha terdiri dari BOPO, Cost Efficiency ratio, Overhead Efficiency dan resiko yang terdiri dari Liquidity Risk,


(25)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Sebagai bahan masukan bagi pimpinan PT. Bank Sumut mengenai

efisiensi usaha dan resiko berpengaruh terhadap return on asset.

b. Sebagai menambah khazanah dan memperkaya penelitian ilmiah di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, khususnya di Program Studi Magister Ilmu Manajemen.

c. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti dalam bidang Ilmu

Manajemen Keuangan, khususnya mengenai pengaruh efisiensi usaha dan resiko terhadap Return on Asset (ROA) Bank Sumut.

d. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji masalah yang sama di masa mendatang.


(26)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini penulis mengambil perbandingan dengan judul-judul tesis sebelumnya, yang mengupas hubungan BOPO, CER, Capital Risk dan

Deposit Risk terhadap ROA. Dari penelitian-penelitian sebelumnya tersebut penulis dapat melihat adanya kesamaan maupun perbedaan hasil, yang mana perbedaan dan kesamaan hasil tersebut dapat dijadikan bahan referensi bagi penulis dalam melengkapi literatur pembahasan penelitiannya, berikut review penelitian terdahulu yang disajikan dalam bentuk Tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1. Review Penelitian Terdahulu Nama

Peneliti

Judul Penelitian Hasil Penelitian

Sudiyatno Analisis Pengaruh Dana

Pihak Ketiga, BOPO, CAR dan LDR Terhadap Kinerja

Keuangan Pada Sektor

Perbankan yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia (BEI) (Periode 2005-2008)

Berdasarkan Hasil pengujian dapat ditarik kesimpulan bahwa dana pihak ketiga (DPK), biaya operasi (BOPO), dan Capital Adecuacy Ratio (CAR) berpengaruh signifikan terhadap kinerja bank (ROA). Sedangkan

Loan to Deposit Ratio (LDR), secara statistic tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja bank (ROA).

Azwir Analisis Pengaruh

Kecukupan Modal, Efisiensi, Likuiditas, NPL, dan PPAP Terhadap ROA Bank (Studi

Empiris: Pada Industri

Perbankan yang Listed Di BEJ (Periode Tahun 2001-2004)

Menunjukkan bahwa data CAR, BOPO, dan LDR secara parsial siginifikan terhadap ROA bank yang listed di BEJ untuk periode 2001-2004, sedangkan NPL dan PPAP tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Sementara secara bersama-sama (CAR, BOPO, LDR, NPL, dan PPAP) terbukti signifikan berpengaruh terhadap ROA pada tingkat signifikansi kurang dari 5% yaitu sebesar 0,01%


(27)

Puspitasari Analisis Pengaruh CAR, NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR, dan Suku Bunga SBI Terhadap ROA (Studi Pada Bank Devisa di Indonesia Periode 2003-2007)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel PDN dan Suku Bunga SBI tidak menunjukkan pengaruh signifikan terhadap ROA. Variabel CAR, NIM, dan LDR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA, sedangkan variabel NPL dan BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. Kemampuan prediksi dari ketujuh

variabel tersebut terhadap ROA dalam penelitian ini sebesar 72%, sedangkan sisanya 28% dipengarui oleh faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model penelitian.

Febriana Pengaruh Risiko Usaha

Terhadap ROA Pada Bank Perkreditan Rakyat Kabupaten Kediri.

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa Loan To Deposit (LDR), Cash Ratio (CR), Non Performing Loan (NPL), Loan To Asset Ratio (LAR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Aktiva Tetap Terhadap Modal (ATTM), dan BOPO secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return On Asset (ROA) Bank Perkreditan Rakyat Kabupaten Kediri. Hal ini menunjukan bahwa risiko likuiditas, risiko kredit, risiko modal, dan risiko operasional secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return On Asset (ROA) pada Bank Perkreditan Rakyat Kabupaten Kediri.

Nusantara Analisis Pengaruh NPL, CAR,

LDR, Dan BOPO Terhadap

Profitabilitas Bank (Perbandingan Bank Umum Go

Publik dan Bank Umum Non Go Publik Periode 2005-2007)

Dari hasil analisis menunjukkan bahwa data NPL, CAR, LDR, dan BOPO secara parsial signifikan terhadap ROA bank go publik pada level of signifikan kurang dari 5%.

Sedangkan pada bank non go public, hanya LDR yang berpengaruh signifikan.Pengujian menghasilkan nilai Chow test F sebesar 3,372. Nilai F table diperoleh sebesar 1,96, dgn demikian diperoleh nilai Chow test (3,372) > Ftabel

(1,96).terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan dari pengaruh 4 variabel bebas tersebut terhadap ROA pada bank go publik dan bank non go public.


(28)

2.2. Laporan Keuangan

Laporan keuangan bank menunjukkan kondisi keuangan bank secara keseluruhan. Dari laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi bank yang sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukkan kinerja manajemen bank selama satu periode. Keuntungan dengan membaca laporan ini pihak manajemen dapat memperbaiki kelemahan yang ada serta mempertahankan kekuatan yang dimilikinya.

Dalam laporan keuangan termuat informasi mengenai jumlah kekayaan (assets) dan jenis-jenis kekayaan yang dimiliki (di sisi Aktiva). Kemudian juga akan tergambar kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang serta ekuitas (modal sendiri) yang dimilikinya. Informasi ini tergambar dalam laporan keuangan Neraca.

Laporan keuangan juga memberikan informasi tentang hasil-hasil usaha yang di peroleh bank dalam suatu periode tertentu dan biaya-biaya atau beban yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil tersebut. Informasi ini akan termuat dalam laporan laba rugi. Laporan keuangan bank juga memberikan gambaran tentang arus kas suatu bank yang tergambar dalam laporan arus kas.

Laporan keuangan akan melaporkan posisi perusahaan pada satu titik waktu tertentu maupun operasinya selama satu periode di masa lalu. Akan tetapi, nilai sebenarnya dari laporan keuangan terletak pada kenyataan bahwa laporan tersebut dapat digunakan untuk membantu meramalkan keuntungan dan dividen di masa depan. Dari sudut pandang seorang investor, meramalkan masa depan adalah hakikat dari analisis laporan keuangan akan bermanfaat baik untuk membantu mengantisipasi kondisi-kondisi di masa depan maupun yang lebih


(29)

penting lagi sebagai titik awal untuk melakukan perencanaan langkah-langkah yang akan meningkatkan kinerja perusahaan di masa mendatang (Brigham, 2006). Rasio-rasio keuangan dirancang untuk membantu mengevaluasi suatu laporan keuangan

Laporan keuangan menggambarkan pos-pos keuangan perusahaan yang diperoleh dalam suatu periode. Dalam prakteknya dikenal beberapa macam laporan keuangan seperti:

1. Neraca;

2. Laporan laba rugi;

3. Laporan perubahan modal;

4. Laporan catatan atas laporan keuangan; dan 5. Laporan kas.

Masing-masing laporan memiliki komponen keuangan tersendiri, tujuan, dan maksud tersendiri.

Neraca merupakan laporan yang menunjukkan jumlah aktiva (harta), kewajiban (utang), dan modal perusahaan (ekuitas) perusahaan pada saat tertentu. Pembuatan neraca biasanya dibuat berdasarkan periode tertentu (tahunan). Akan tetapi, pemilik atau manajemen dapat pula meminta laporan neraca sesuai kebutuhan untuk mengetahui secara persis berapa harta, utang, dan modal yang dimilikinya pada saat tertentu.

Laporan laba rugi menunjukkan kondisi usaha dalam suatu periode tertentu. Artinya laporan laba rugi harus dibuat dalam suatu siklus operasi atau periode tertentu guna mengetahui jumlah perolehan pendapatan dan biaya yang telah


(30)

dikeluarkan sehingga dapat diketahui apakah perusahaan dalam keadaan laba atau rugi.

Laporan perusahaan modal menggambarkan jumlah modal yang dimiliki perusahaan saat ini. Kemudian, laporan ini juga menunjukkan perubahan modal serta sebab-sebab berubahnya modal.

Laporan catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang dibuat berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan. Laporan ini memberikan informasi tentang penjelasan yang dianggap perlu atas laporan keuangan yang ada sehingga menjadi jelas sebab penyebabnya. Tujuannya adalah agar pengguna laporan keuangan dapat memahami jelas data yang disajikan.

Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan arus kas masuk dan arus kas keluar di perusahaan. Arus kas masuk berupa pendapatan atau pinjaman dari pihak lain, sedangkan arus kas keluar merupakan biaya-biaya yang telah dikeluarkan perusahaan. Baik arus kas masuk maupun arus kas keluar dibuat untuk periode tertentu.

Menurut ketentuan Bank Indonesia (1997) setiap bank harus menyajikan laporan keuangan seperti disebut di atas, setiap bank diwajibkan menyampaikan beberapa jenis laporan lainnya untuk disampaikan kepada BI. Laporan lainnya tersebut antara lain :

1. Laporan Mingguan

a. Giro wajib minimum yang mencakup, dana pihak ketiga rupiah / valuta asing per bank danposisi pos-pos tertentu neraca rupiah dan valuta asing per bank. b. Laporan keuntungan / kerugian transaksi derivative


(31)

2. Laporan Bulanan

a. Laporan beserta lampiran per kantor (LBU)

b. Laporan perkreditan bank umum per kantor ( LPBU)

c. Laporan pelanggaran batas maksimal pemberian kredit (BMPK)

3. Laporan Triwulanan, berupa laporan realisasi perkreditan bank terhadap rencana kerja bank.

4. Laporan Semesteran

a. Laporan dewan komisaris terhadap pelaksanaan rencana kerja bank b. Laporan keuangan publikasi di surat kabar berbahasa Indonesia

c. Laporan dewan audit tentang hasil kinerja audit intern yang telah dilakukan. 5. Laporan Tahunan

a. Laporan tahunan yang diaudit oleh akuntan public yang terdaftar di BI yang disertai dengan surat komentar dari akuntan public.

b. Laporan realisasi rencana kerja bank 6. Laporan lainnya

a. Kerugian transaksi derivative yang melebihi 10 % dari modal bank beserta tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi selambat-lambatnya pada hari kerja berikutnya.

b. Laporan khusus mengenai setiap temuan audit yang diperkirakan dapat mengganggu kelangsungan usaha bank yang ditandatangani direktur utama dan ketua dewan audit selambat-lambatnya 15 hari kerja sejak adanya temuan audit.

c. Laporan atas setiap penyalahguanaan yang dilakukan melalui sarana teknologi sistem informasi.


(32)

d. Laporan pelaksanaan dan pokok-pokok hasil audit intern , ditanda tangani oleh direktur utama dan ketua dewan audit selambat-lambatnya 2 bulan setelah akhir Juni dan akhir Desember.

2.3. Rasio Keuangan

2.3.1. Pengertian Rasio Keuangan

Analisis laporan keuangan sangat bergantung pada informasi yang diberikan oleh laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan tidak akan bermakna jika tidak dilakukan analisis lebih jauh terhadap angka-angka yang terkandung didalamnya. Angka-angka itulah kemudian dapat membentuk rasio-rasio keuangan. Analisis rasio-rasio keuangan memungkinkan untuk mengindentifikasi, mengkaji dan merangkum hubunga-hubungan yang signifikan dari data keuangan perusahaan.

Analisis rasio keuangan merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengetahui atau menggambarkan posisi kinerja keuangan perusahaan, yang merupakan perbandingan dari dua unsur yang sistematis. Analisis dan interpetasi dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan prestasi perusahaan dibandingkan dengan analisis yang hanya didasarkan atas data keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio (Van Horne, 2005). Hasil analisis rasio, dapat diketahui posisi keuangan perusahaan yang berkaitan dengan masalah likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas perusahaan.


(33)

Pengertian rasio keuangan menurut Harahap (2006) adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Menurut Munawir (2001)menyatakan bahwa rasio menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisa dapat menjelaskan gambaran kepada baik dan buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar.

2.3.2. Keunggulan dan Kelemahan Rasio Keuangan a. Keunggulan Rasio Keuangan

Menurut Harahap (2006) rasio keuangan memiliki keunggulan antara lain adalah:

1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

3. Mengetahui posisi perusahaan ditengah industri lain

4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model

pengambilan keputusan.

5. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan

lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik.

6. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang.


(34)

b. Kelemahan Rasio Keuangan

Menurut Harahap (2006) rasio keuangan memiliki kelemahan antara lain adalah:

1. Kesulitan dalam mengindentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha.

2. Perbedaaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode penilaian persediaan

3. Rasio keuangan disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan bisa merupakan hasil manupulasi.

4. Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan perkiraan.

Menurut Kuswadi (2006)rasio keuangan memiliki kelemahan antara lain: a. Mutu analisis rasio akan bergantung pada akurasi dan validitas

angka-angka yang digunakan, sebagian besar diambil dari neraca dan laporan laba rugi perusahaan.

b. Biasanya, rasio terutama digunakan untuk memprediksikan masa depan serta mengindentifikasikan kekuatan dan kelemahan perusahaan, tetapi sering tidak mengungkap penyebab-penyebabnya. Hal itu terjadi karena data yang digunakan umumnya berasal dari data masa lalu.


(35)

d. Informasi-informasi penting justru sering kali tidak tercantum dalam laporan keuangan. Kebijakan pemerintah dan aktivitas serikat pekerja, perubahan manajemen, perubahan industri, perkembangan teknologi dan aktifitas para pesaing juga perlu dipertimbangkan dalam penilaian kinerja perusahaan, termasuk sumber daya manusianya.

e. Sulitnya mencapai komprabilitas yang tinggi diantara perusahaan-perusahaan dalam industri tertentu yang sedang diperbandingkan.

2.3.3. Jenis-jenis Rasio Keuangan

Menurut Hanafi (2004) ada 5 (lima) jenis rasio keuangan yakni:

a. Rasio likuiditas, yakni rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka pendek.

b. Rasio aktivitas, yakni rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menggunakan asetnya dengan efisien.

c. Rasio leverage, yakni rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi total kewajibannya.

d. Rasio profitabilitas, yakni rasio yang mengukur kemampuan perusahaan didalam menghasilkan laba.

e. Rasio pasar, yakni rasio yang mengukur prestasi pasar relatif terhadap nilai buku, pendapatan, atau dividen.

2.3.4. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas yang dipakai didalam penelitian ini adalah: Return on Asset (ROA) Return on asset menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap rupiah aset yang digunakan oleh perusahaan.


(36)

Dengan mengetahui rasio ini, kita dapat menilai apakah perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan.

Sedangkan menurut Bringham, ROA diartikan sebagai perbandingan antara keuntungan yang diperoleh dengan aset total dalam menjalankan usaha selama kurun waktu yang telah ditentukan. Ada tiga unsur pokok yaitu keuntungan, kekayaan dan waktu. Biasanya unsur waktu ini bias dihilangkan dengan anggapan bahwa kurn waktu yang dipakai satu tahun. Dari pengertian ini maka dapat dikatakan bahwa ROA adalah salah satu alat yang penting dalam menilai kinerja keuangan dari suatu lembaga keuangan.

Rumusnya untuk menghitung Return on Asset (ROA) adalah sebagai berikut (Darsono dan Ashari, 2005):

ROA =

Aktiva Total

Bersih Laba

x 100 %

ROA memberikan gambaran tentang kemampuan bank mengoperasikan harta bank yang dipercaya kepada mereka untuk mencari keuntungan selain itu juga dapat dijadikan indikator untuk mengukur efektivitas manajemen dalam mengelola asset dalam menghasilkan laba bagi bank. ROA dapat juga berguna bagi manajemen bank dalam menentukan langkah apa yang seharusnya diambil karena ROA menunjukkan bagaimana penggunaan asset bank untuk mendapat laba. Besar kecilnya rasio ini dipengaruhi oleh perubahan variabelnya, setiap perubahan asset maupun laba bersih dapat mengakibatkan perubahan terhadap modal. (Dendawijaya, 2001)

Dilihat dari rumus diatas maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi ROA yang diperoleh suatu perusahaan maka dapat diartikan lembaga keuangan tersebut memiliki kinerja keuangan yang baik. Adapun kriteria yang dikeluarkan


(37)

Bank Indonesia untuk sebuah bank bisa menjadi bank jangkar (anchor bank) adalah : (1) Rasio kecukupan modal (CAR) minimum 12% dengan rasio modal inti minimum 6%, (2) Rasio Return On Asset (ROA) minimal 1,5%, (3) Pertumbuhan kredit riil sedikitnya 22% dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) sedikitnya 50% dan rasio kredit bermasalah (NPL) dibawah 5%, (4) Merupakan perusahaan publik atau berencana dalam waktu dekat menjadi perusahaan publik dan (5) Memiliki kemampuan menjadi konsolidator.

2.3.5. Analisis Rasio

Analisis rasio keuangan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh gambaran perkembangan finansial dan posisi finansial perusahaan. Analisis rasio keuangan berguna sebagai analisis intern bagi manajemen perusahaan untuk mengetahui hasil finansial yang telah dicapai guna perencanaan yang akan datang dan juga untuk analisis intern bagi kreditor dan investor untuk menentukan kebijakan pemberian kredit dan penanaman modal suatu perusahaan (Bahtiar Usman,2003).

Analisis rasio merupakan salah satu alat analisis keuangan yang banyak digunakan. Rasio merupakan alat untuk menyediakan pandangan terhadap kondisi yang mendasari. Rasio merupakan salah satu titik awal, bukan titik akhir. Rasio yang diinterprestasikan dengan tepat mengidentifikasi area yang memerlukan investigasi lebih lanjut. Analisa rasio dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk rasio.


(38)

Seperti alat analisis lainnya, rasio paling bermanfaat bila berorientasi ke depan. Hal ini berarti kita sering menyesuaikan faktor-faktor yang mempengaruhi rasio untuk kemungkinan tren dan ukurannya di masa depan. Kita juga harus menilai faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi rasio di masa depan. Karenanya, kegunaan rasio tergantung pada keahlian penerapan dan interprestasinya dan inilah bagian yang paling menantang dari analisis rasio (Wild, Subramanyam, Halsey, 2005)

Pengertian Rasio keuangan menurut James C Van Horne (dalam Kashmir, 2008) merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan.

Dalam praktiknya, analisis rasio keuangan suatu perusahaan dapat digolongkan menjadi sebagai berikut:

1. Rasio neraca, yaitu membandingkan angka-angka yang hanya bersumber dari neraca.

2. Rasio laporan laba rugi, yaitu membandingkan angka-angka yang hanya bersumber dari laporan laba rugi.

3. Rasio antar laporan, yaitu membandingkan angka-angka dari dua sumber (data campuran), baik yang ada di neraca maupun di laporan laba rugi.


(39)

2.4. Efisiensi Bank

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, efisiensi didefinisikan sebagai hubungan antara barang dan jasa yang dihasilkan dengan sumber daya yang dipakai untuk memproduksi. Perusahaan dapat dikategorikan efisien tergantung dari cara manajemen memproses input menjadi output. Perusahaan yang efisien adalah perusahaan yang dapat memproduksi lebih banyak output dibandingkan dengan pesaingnya dengan sejumlah input yang sama atau mengkonsumsi input lebih rendah untuk menghasilkan sejumlah output yang sama.

Mengukur efisiensi suatu organisasi seperti bank bukanlah perkara yang mudah. Kendala dalam pengukuran efisiensi menurut Shafer dan Terry (2002) disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, organisasi bank merupakan suatu kumpulan berbagai ragam perilaku ataupun sumber daya yang kompleks. Oleh karena itu sulit untuk memperoleh ukuran efisiensi organisasi yang absolut. Kondisi ini akan mengarah penggunaan nilai efisiensi relatif (perbandingan atas penggunaan sumber daya/input untuk mendapatkan suatu hasil/output dari sebuah organisasi dibandingkan dengan nilai efisiensi relatif organisasi lain yang sejenis) mengantikan nilai absolut tersebut. Kedua, organisasi bank tersusun dari proses transformasi yang multi dimensional dimana selalu banyak input yang dimanfaatkan untuk menghasilkan banyak output pula. Untuk mendapatkan suatu nilai ukuran yang menunjukkan efisiensi suatu organisasi bank secara keseluruhan yang bersifat scalar, haruslah terlebih dahulu diperoleh suatu bobot organisasi bank tersebut. Bagaimanapun juga bobot input dan output yang dinyatakan sebelumnya ini selalu kurang dalam melingkupi seluruh nilai yang mempengaruhinya baik eksternal maupun internal.


(40)

Di dalam teori perusahaan dan analisis biaya dinyatakan bahwa perusahaan-perusahaan sejenis yang survive apabila mereka memiliki kiat produksi tersendiri dan manajemen yang efisien yang tidak dimiliki oleh perusahaan lain sejenis dengan pasar yang sama. Untuk menentukan apakah suatu kegiatan dalam organisasi itu termasuk efisien atau tidak maka prinsip-prinsip atau persyaratan efisiensi harus terpenuhi, yaitu sebagai berikut (Syamsi, 2004): (1) Efisiensi harus dapat diukur, (2) Efisiensi mengacu pada pertimbangan rasional, (3) Efisiensi tidak boleh mengorbankan kualitas, (4) Efisiensi merupakan teknis pelaksanaan (5) Pelaksanaan efisiensi harus disesuaikan dengan kemampuan organisasi yang bersangkutan, (6) Efisiensi itu ada tingkatannya, bisa dengan prosentase.

Untuk mengukur efisiensi suatu bank dapat dinilai melalui beberapa rasio efisiensi bank, penilaian efisiensi yang didasarkan pada Rentabilitas suatu bank didasarkan pada Beban operasional/Pendapatan Operasional (BOPO), Cost Efficiency Ratio (CER), Overhead Efficiency. (Kasmir,2008).

a. Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

BOPO =

l Operasiona Pendapatan

l Operasiona Beban

x 100 %

Besarnya jumlah beban operasional dalam laporan keuangan bank diperoleh melalui penjumlahan i) biaya bunga dan ii) biaya operasional lainnya yang terdiri dari biaya umum dan administrasi, biaya personalia dan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (kredit dan non kredit). Sedangkan pendapatan operasional diperoleh melalui penjumlahan i) pendapatan bunga dan ii) pendapatan operasional lainnya yang terdiri dari provisi dan komisi, pendapatan dari transaksi valuta asing.


(41)

b. Cost Efficiency Ratio CER = Lainnya l Operasiona Pendapatan Income Interest Net Lainnya l Operasiona Biaya

+ x 100 %

Rasio ini untuk mengukur seberapa besar biaya operasional lainnya memberikan kontribusi terhadap pendapatan bunga bersih ditambah dengan pendapatan operasional lainnya. Semakin kecil rasio ini, maka sebuah bank semakin efisien terutama ditinjau dari pengeluaran biaya operasional lainnya, yang terdiri dari biaya umum dan administrasi, biaya tenaga kerja dan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif. Dalam biaya umum dan administrasi, antara lain termasuk biaya telepon, listrik, sewa gedung/kantor, kendaraan, pemerliharaan dan lain-lain.

c. Overhead Efficiency

Overhead Efficiency merupakan rasio antara Other Operating Income/Pendapatan Operasional Lainnya dengan Overhead Cost/Biaya Overhead (Grier, 2001) yang dirumuskan sebagai berikut:

Overhead Efficiency =

Cost Overhead

Income Operating

Other

x 100 %

Rasio ini menunjukkan efisiensi bank dalam menghasilkan pendapatan operasional lainnya dengan sumber daya yang ada. Pendapatan operasional lainnya adalah pendapatan di luar pendapatan bunga kredit bank atau yang lebih dikenal sebagai Fee Based Income. Fee Based Income

merupakan salah satu alternatif bagi bank untuk menghasilkan keuntungan mengingat semakin tipisnya margin antara bunga pinjaman dan bunga dana. Dengan semakin tinggi tuntutan konsumen akan produk perbankan, pesatnya perkembangan teknologi informasi, maka peluang untuk


(42)

memperoleh keuntungan dari Fee Based Income menjadi besar. Selain produk yang beragam dan kompetitif, sumber daya manusia yang terampil dan sistem yang handal menjadi syarat utama keberhasilan memanfaatkan peluang tersebut. Komponen pendapatan operasional lainnya (Fee Based Income) terdiri dari provisi dan komisi non kredit, pendapatan transfer dan inkaso, pendapatan sewa safe deposit box serta pendapatan jasa bank lainnya diluar pendapatan sehubungan dengan pemberian kredit. Komponen

Overhead Cost terdiri dari biaya tenaga kerja dan tunjangan pegawai serta biaya administrasi dan umum. Data yang digunakan untuk menghitung

Overhead Efficiency diperoleh dari Laporan Rugi-Laba.

2.4.1. Pengaruh Efisiensi Usaha Terhadap ROA

Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) diukur dari perbandingan antara biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Setiap peningkatan biaya operasional akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya akan menurunkan laba atau profitabilitas (ROA) bank yang bersangkutan (Dendawijaya, 2003). Nilai Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang ideal agar suatu bank dapat dinyatakan efisien adalah 70%-80%. Bank Indonesia menetapkan angka terbaik untuk rasio Biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) adalah dibawah 90%, karena jika rasio Biaya


(43)

operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) melebihi 90% hingga mendekati angka 100% maka bank tersebut dapat dikategorikan tidak efisien dalam menjalankan operasinya.

2.4.2. Pengaruh BOPO Terhadap Return on Asset (ROA)

Azir (2006) dalam penelitiannya menunjukkan hasil bahwa tidak ada perbedaan rata-rata BOPO yang signifikan antara kinerja perusahaan pada bank yang sehat dan bank yang gagal. Hal ini bertentangan dengan penelitian Sugiyanto (Azir, 2006) yang menunjukkan hasil bahwa BOPO mampu memprediksi kebangkrutan bank. Suyono (Azir, 2006) dalam penelitiannya yang menguji pengaruh BOPO terhadap ROA pada bank umum di Indonesia periode tahun 2001-2003, menunjukkan bahwa BOPO mempunyai pengaruh yang negatif terhadap ROA pada level signifikansi 5% yaitu sebesar 0,1%.

2.4.3. Pengaruh CER Terhadap Return on Asset (ROA)

Timothy dan Scott (Azir, 2006) juga menyatakan bahwa rasio CER cukup efektif dalam menunjukkan sejauh mana pihak bank mampu menciptakan efisiensi, karena hanya fokus terhadap biaya-biaya overhead, seperti biaya umum (biaya listrik, air & pemeliharaan alat-alat kantor/inventaris), biaya tenaga kerja, dan biaya administrasi. Sehingga, dapat dikatakan bahwa perbedaan mendasar antara Operational Efficiency Ratio (OER) atau rasio BOPO dengan Cost Efficiency Ratio (CER) adalah OER (BOPO) menitikberatkan terhadap keseluruhan biaya operasional, yang didominasi oleh biaya bunga, sedangkan CER hanya fokus terhadap biaya lain-lain (biaya non-bunga atau biaya overhead). Namun demikian, menurut Riyadi (Azir, 2006), nilai dari kedua rasio ini sama-sama diharapkan kecil, karena semakin besar nilaidari kedua rasio ini, semakin tidak efisien pihak manajemen bank dalam menjalankan kegiatan


(44)

operasionalnya untuk memperoleh laba. Pentingnya mengendalikan biaya-biaya operasional yang tercermin dari OER dan CER menunjukkan bahwa jika suatu bank ingin agar kinerja perolehan laba yang tercermin dari PM meningkat secara berkesinambungan, maka bank tersebut harus seefektif mungkin dalam mengelola biaya-biaya operasional.

2.5. Risiko

2.5.1. Pengertian Risiko

Idroes (2008) risiko merupakan ancaman atau kemungkinan suatu tindakan atau kejadian yang menimbulkan dampak yang berlawanan dengan tujuan yang ingin dicapai. Resiko usaha (Business Risk) sebagai “ The threat that an event or action will adversely affect an organization’s ability to achieve its business objectives and execute its strategies successfully” (Ancaman bahwa suatu kejadian atau tindakan akan secara buruk mempengaruhi kemampuan organisasi untuk mencapai tujuan usaha dan melaksanakan strateginya secara berhasil).

Selain itu risiko usaha bank dapat juga diartikan sebagai tingkat ketidakpastian mengenai suatu hasil yang diperkirakan atau yang diharapkan akan diterima, hasil dalam hal ini merupakan keuntungan bank atau investor, semakin tidak pasti hasil yang akan diperoleh suatu bank. Semakin besar pula kemungkinan risiko yang dihadapi investor dan semakin tinggi pula premi risiko atau bunga yang diinginkan investor (Martono, 2002)


(45)

2.5.2. Jenis-jenis Risiko Perbankan

Menurut Idroes (2008) jenis-jenis risiko perbankan adalah sebagai berikut: a) Risiko Kredit

Sebagai risiko kerugian sehubungan dengan pihak peminjam tidak dapat dan atau tidak mau memenuhi kewajiban untuk membayar kembali dana yang dipinjamkan secara penuh pada saat jatuh tempo.

b) Risiko Pasar

Risiko kerugian pada posisi neraca serta pencatatan tagihan diluar neraca yang timbul dari pergerakan harga pasar.

c) Risiko Operasional

Risiko kerugian atau ketidakcukupan dari proses internal, sumber daya manusia, dan sistem yang gagal atau dari peristiwa eksternal.

d) Risiko Konsentrasi Kredit

Ketika penempatan aktiva produktif bank terkonsentrasi pada satu sektor atau kelompok tertentu. Apabila terjadi masalah pada sektor atau kelompok tersebut, maka aktiva produktif yang ditempatkan berada dalam keadaan bahaya.

e) Risiko Suku Bunga Pada Bank

Risiko kerugian yang disebabkan oleh perubahan dari suku bunga pada sktruktur yang mendasari yaitu pinjaman dan simpanan.

f) Risiko Bisnis

Risiko yang terkait dengan posisi persaingan bank dan prospek dari keberhasilan bank dalam perubahan pasar. Risiko bisnis berhubungan dengan keputusan bisnis yang diambil oleh dewan direksi bank dan


(46)

kaitannya dengan implikasi risiko yang mungkin timbul atas keputusan bisnis tersebut.

g) Risiko Strategik

Risiko yang terkait dengan keputusan bisnis jangka panjang yang dibuat oleh manajemen bank.

h) Risiko Reputasional

Risiko kerusakan potensial pada suatu perusahaan yang dihasilkan dari opini publik yang negatif.

2.5.3. Risiko Usaha Perbankan

Menurut Kasmir (2008), Risiko usaha perbankan dapat diukur melalui beberapa rasio keuangan bank, yaitu:

a. Investment Risk Ratio

Investment Risk Ratio merupakan rasio untuk mengukur risiko yang terjadi dalam investasi surat-surat berharga yaitu dengan membandingkan harga pasar surat berharga dengan harga nominalnya. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar kemampuan bank dalam menyediakan alat-alat likuid.

Untuk mengetahui rasio ini, harus diketahui terlebih dahulu harga pasar dari

securities yang dibeli serta harga nominalnya.

Rumus untuk mencari Investment Risk Ratio sebagai berikut:

Investment Risk Ratio =

Statement Value of Securities Market Value of Securities


(47)

b. Liquidity Risk

Liquidity Risk merupakan rasio untuk mengukur resiko yang akan dihadapi bank apabila gagal untuk memenuhi kewajiban terhadap para deposannya dengan harta likuid yang dimilikinya.

Rumus untuk mencari Liquidity Risk sebagai berikut:

Liquidity Risk =

Total Deposit

Liquid Assets – Shortterm Borrowing

c. Credit Risk Ratio

Credit Risk Ratio merupakan ratio untuk mengukur risiko terhadap kredit yang disalurkan dengan membandingkan kredit macet dengan jumlah kredit yang disalurkan.

Rumus untuk mencari Credit Risk Ratio sebagai berikut:

Credit Risk Ratio =

Total Loans Bad Debt

Atau Capital Risk

Capital Risk Ratio =

Risk Assets Equity Capital

Untuk perhitungan rasio ini diperlukan data tentang Bad Debts. d. Deposit Risk Ratio

Rasio ini digunakan untuk mengukur risiko kegagalan bank membayar kembali deposannya.

Rumus untuk Deposit Risk Ratio sebagai berikut:

Deposit Risk Ratio =

Total Deposit Equity Capital


(48)

2.5.4. Pengaruh Risiko Usaha Terhadap ROA

Sebelum menganalisa tentang profitabilitas sebuah bank, kiranya perlu diperhatikan bahwa tujuan analisis profitabilitas adalah mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitasnya yang dicapai oleh bank yang bersangkutan dengan rasio-rasio keuangan akan dapat dilihat posisi dan kondisi keuangan suatu bank diperoleh dengan analisis hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan. Rasio yang digunakan untuk mengukur dan membandingkan kinerja profitabilitas bank adalah ROE dan ROA. Karena penelitian ini membahas mengenai tingkat pengambilan asset maka alat ukur yang dipakai adalah ROA saja. ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola asset yang tersedia untuk mendapatkan Net Income. Semakin tinggi return berarti semakin baik karena deviden yang diberikan dan yang dibagikan besar. Sesuai yang telah dijelaskan bahwa antara risiko dan keuntungan memiliki hubungan. Maka risiko pun dapat mempengaruhi tingkat pengembalian asset (Kuncoro, 2002).

Menurut Kuncoro (2002), adapun pengaruh risiko usaha terhadap ROA sebagai berikut:

a. Pengaruh Risiko Likuiditas Terhadap Return On Asset

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa rasio yang digunakan untuk mengukur risiko likuiditas adalah loan to deposit ratio. Hubungan antara risiko likuiditas dengan LDR adalah berlawanan arah karena semakin rendah LDR berarti tingkat kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban segera rendah dan menunjukkan resiko likuiditasnya semakin tinggi. Hubungan antara LDR dan dengan ROA adalah searah karena semakin tinggi LDR dan berarti jumlah


(49)

kredit yang diberikan meningkat sehingga menyebabkan pendapatan yang diterima meningkat tingkat keuntungan yang diperoleh naik dan ROA ikut naik. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa hubungan antara risiko likuiditas dengan ROA adalah tidak searah (negatif).

b. Pengaruh Risiko Kredit Terhadap Return On Asset

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa rasio yang digunakan untuk

mengukur risiko kredit adalah Non Performing Loan (NPL) yang

membandingkan antar kredit yang diberikan bermasalah dengan total kredit yang diberikan. Hubungan risiko kredit dengan NPL adalah searah karena semakin tinggi NPL menunjukkan semakin besar jumlah kredit bermasalah maka akan menimbulkan risiko kegagalan akan pengambilan jumlah pinjaman semakin tinggi. Dilain pihak hubungan NPL dengan ROA adalah berbalik arah karena semakin besar jumlah kredit yang diperoleh semakin menurun sehingga keuntungan pun menurun dan ROA pun ikut turun. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa hubungan antara risiko kredit dengan ROA adalah berbalik arah (negatif).

c. Pengaruh Risiko tingkat suku bunga terhadap Return On Asset

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya untuk mengukur risiko tingkat bunga menggunakan Interest rate risk yang membandingkan antara Interest Sensitivity Asset dengan Interest Sensitivity Liability. Hubungan Interest rate risk dengan risiko tingkat suku bunga adalah searah (Positif) karena semakin tinggi Interest rate risk berarti semakin besar dana yang dialokasikan bank pada aktiva yang sensitive terhadap bunga berarti risiko tingkat bunga yang dihadapi bank juga meningkat. Pada sisi lain hubungan antara IRR dengan ROA juga searah karena


(50)

semakin tinggi IRR berarti semakin tinggi dana yang dialokasikan bank pada aktiva yang sensitif. Dengan asumsi aktiva tersebut tidak bermasalah maka pendapatan akan meningkat, laba juga akan meningkat maka semakin tinggi pula ROAnya. Artinya apabila resiko tingkat bunga meningkat maka ROA diharapkan akan meningkat pula dan sebaliknya. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Risiko tingkat suku bunga dapat dilihat melalui perbandingan antara asset yang sensitif terhadap bunga dengan sumber dana yang juga sensitif terhadap bunga.

2. Besar kecilnya risiko tingkat bunga tergantung fluktuasi situasi tingkat suku bunga dari sumber dana yang digunakan dengan tingkat suku bunga atas penempatan dana tersebut.

3. Dalam prakteknya Asset Sensitivity Bunga (ASB) dengan Pasiva Sensitivity Bunga (PSB) dapat terjadi kemungkinan risiko seperti dibawah ini:

a. Perbandingan positif = ASB>PSB pada saat ini dikatakan risiko tinggi karena bisa terjadi kerugian apabila terjadi penurunan bunga maka pendapatan bunga akan lebih kecil daripada biaya bunga, sehingga laba cenderung turun.

b. Perbandingan negatif =ASB<PSB pada kondisi seperti ini dapat dikatakan risiko kerugian sangat tinggi akan tetapi disaat bunga cenderung menurun bisa saja biaya bunga akan lebih kecil dari pada pendapatan bunga. Sehingga laba cenderung mengalami peningkatan.


(51)

Jadi semakin besar pendapatan bunga sisi aktiva dibandingkan pendapatan bunga sisi pasiva, maka keuntungan akan meningkat. Namun bila pendapatan bunga sisi aktiva kecil dibandingkan dengan biaya sisi bunga pasiva, maka keuntungan yang diperoleh akan menurun.

d. Pengaruh Risiko Modal Terhadap Return On Asset

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa rasio yang digunakan untuk mengukur risiko modal adalah capital adequacy ratio yang membandingkan antara modal dengan asset yang berisiko. Hubungan risiko modal dengan

capital adequacy ratio adalah berlawanan arah karena semakin tinggi CAR menunjukkan semakin besar modal akan semakin besar kemampuan bank tersebut dalam menyerap risiko kerugian karena adanya harta bermasalah sehingga risiko modal yang dihadapi pun menurun. Namun di lain pihak hubungan capital adequacy ratio dengan ROA adalah searah karena semakin tinggi modal maka dapat digunakan untuk menambah aktiva produktif maka pendapatan bank juga akan meningkat sehingga keuntungan yang diperoleh juga meningkat dan ROA pun ikut naik. Dengan demikian disimpulkan bahwa hubungan antara risiko modal dengan ROA adalah berlawanan arah (negatif).

e. Pengaruh Risiko Efisiensi Terhadap Return On Asset (ROA)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa risiko yang digunakan untuk mengukur risiko efisiensi adalah AU dan NPM yang membandingkan antara

Operating revenue dengan total asset hubungan rasio AU dan NPM dengan risiko efisiensi adalah berlawanan arah karena semakin tinggi AU dan NPM Ratio berarti tingkat efisiensinya semakin rendah karena kualitas manajemen bank dalam memanfaatkan asset bank yang dimiliki untuk memperoleh


(52)

pendapatan bank, baik pendapatan operasional maupun pendapatan non operasional lebih besar daripada pengalokasian asset bank yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional bank. Pada sisi lain hubungan Asset Utilization Ratio dan Net Profit Margin berarti semakin tinggi jumlah pendapatan operasional dan non operasional tetap atau menurun maka laba bank akan meningkat dan ROA pun meningkat. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa hubungan antara risiko efisiensi dengan ROA adalah berlawanan arah atau negatif.

f. Pengaruh risiko operasional terhadap Return On Asset

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya rasio yang digunakan untuk mengukur risiko operasional pada penelitian ini adalah rasio BOPO yang membandingkan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Hubungan rasio BOPO dengan risiko operasional adalah searah karena semakin tinggi rasio efisiensi berarti tingkat operasionalnya semakin besar. Karena peningkatan biaya operasionalnya mengalami kenaikan lebih besar dari pada peningkatan pendapatan operasionalnya. Dilain pihak hubungan rasio BOPO dengan ROA berlawanan arah karena semakin tinggi BOPO berarti peningkatan biaya operasionalnya semakin besar daripada peningkatan pendapatan operasional, dengan asumsi pendapatan operasional bank atau turun sehingga keuntungan yang diperoleh pun ikut turun dan akhirnya ROA pun menurun. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa hubungan antara risiko operasionalnya dengan ROA adalah berlawanan arah atau negatif.


(53)

2.6. Kerangka Konseptual

Umar (2002) menyatakan bahwa rasio risiko perbankan digunakan untuk mengukur sejauhmana kemampuan manajemen di bank yang bersangkutan dalam meminimalisir risiko yang mungkin terjadi dalam pengelolaan faktor-faktor produksi, sumber dana dan sumber daya yang dikelolanya.

Drucker (2002), menyatakan bahwa efisiensi adalah kemampuan menggunakan sumber daya yang tidak perlu. Efisiensi akan lebih jelas jika dikaitkan dengan konsep perbandingan output-input. Output merupakan hasil suatu organisasi, dan input merupakan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut. Dalam kasus perusahaan yang bergerak dibidang perbankan, efisiensi operasi dilakukan untuk mengetahui apakah bank dalam operasinya yang berhubungan usaha pokok bank, dilakukan dengan benar dalam arti sesuai yang diharapkan manajemen dan pemegang saham. Efisiensi operasi juga berpengaruh terhadap kinerja bank, yaitu untuk menunjukkan apakah bank telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna (Mawardi, 2005).

Teori yang dikemukakan oleh Modigliani dan Miller menyatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earnings power dari aset perusahaan. Hasil positif menunjukkan bahwa semakin tinggi earnings power semakin efisien perputaran aset dan atau semakin tinggi profit margin yang diperoleh perusahaan. Hal ini akan berdampak pada nilai perusahaan.

Weston dan Brigham mengatakan: “Analisa Du Pont System adalah analisa yang mencakup seluruh rasio aktifitas dan margin keuntungan atas penjualan untuk menunjukkan bagaimana rasio ini mempengaruhi profitabilitas”.


(54)

Bank dalam melaksanakan fungsi intermediasi yaitu menarik dana dari masyarakat (funding) dan menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya (lending) menghadapi risiko diantaranya adalah risiko kredit (lending) yang diproyeksi dengan Non Performing Loan atau Problem Loan (NPL). NPL ini sangat mempengaruhi kinerja bank terutama kualitas asset (Zimmerman, 1996) dan semakin tinggi NPL maka akan menurunkan pendapatan bank

ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola asset yang tersedia untuk mendapatkan Net Income. Semakin tinggi return berarti semakin baik karena deviden yang diberikan dan dibagikan besar. Sesuai yang telah dijelaskan bahwa antara risiko dan keuntungan memiliki hubungan. Maka risikopun dapat mempengaruhi tingkat pengembalian asset (Kuncoro, 2002).

(revenue).

Berdasarkan penjelasan diatas maka dirumuskan kerangka penelitian adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Efisiensi Usaha

1. BOPO 2. CER

3. Overhead

Efficiency

ROA Resiko

1. Liquidity risk 2. Capital risk 3. Deposit risk


(55)

2.7. Hipotesis

Dari kerangka berpikir diatas, dapat diketahui bahwa: Rasio efisiensi usaha terdiri dari BOPO, Cost Efficiency ratio, Overhead Efficiency dan resiko yang terdiri dari Liquidity Risk, Capital Risk, dan Deposit Risk berpengaruh terhadap


(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Arikunto (2007) penelitian deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menguraikan atau menggambarkan tentang sifat-sifat (karakteristik) dari suatu keadaan atau objek penelitian.

Penelitian ini bersifat deskriptif eksplanatory, menurut Arikunto (2007) deskriptif eksplanatory adalah penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara variabel dengan variabel yang lain.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di PT. Bank Sumut, yang beralamat Jl. Imam Bonjol No. 18 Medan. Sedangkan waktu penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Juni 2011 sampai dengan bulan Agustus 2012.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah:

a. Wawancara kepada pihak yang berhak dan berwenang memberikan data dan informasi sehubungan dengan penelitian ini.


(57)

b. Studi dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan dan mempelajari dokumen-dokumen yang relevan dan mendukung penelitian ini yakni sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi perusahaan.

3.4. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari PT. Bank Sumut dengan cara melakukan wawancara dengan pihak yang berwenang didalam penelitian ini.

b. Data sekunder yang merupakan data yang diperoleh dari situs internet. Adapun data yang diperoleh adalah :

a. Sejarah berdirinya PT. Bank Sumut b. Struktur organisasi PT. Bank Sumut

c. Laporan keuangan PT. Bank Sumut yang terdiri dari :

1. Laporan neraca publikasi triwulan PT. Bank Sumut dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2011.

2. Laporan laba-rugi publikasi triwulan PT. Bank Sumut dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2011.

3.5. Identifikasi dan Operasionalisasi Variabel

Identifikasi dan Operasionalisasi Variabel adalah:

a. Variabel bebas (X) yakni efisiensi usaha yang terdiri dari efisiensi usaha yang terdiri dari BOPO (X1), Cost Efficiency ratio (X2), Overhead


(58)

Efficiency (X3) dan resiko yang terdiri dari Liquidity Risk (X4), Capital Risk (X5), Deposit Risk (X6).

b. Variabel terikat (Y) yakni Return on Asset (Y)

Tabel 3.1. Operasionalisasi Variabel, Definisi Variabel, Indikator Variabel, dan Skala Pengukuran

Variabel Definisi Indikator Skala

BOPO (X1

Besarnya jumlah beban operasional dalam laporan keuangan bank diperoleh melalui penjumlahan biaya bunga dan biaya operasional lainnya yang terdiri dari biaya umum dan administrasi, biaya personalia dan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (kredit dan non kredit). Sedangkan pendapatan operasional diperoleh melalui penjumlahan pendapatan bunga dan pendapatan operasional lainnya yang terdiri dari provisi dan komisi, pendapatan dari transaksi valuta asing

) l Operasiona Pendapatan l Operasiona Beban x100% Rasio CER (X2)

Rasio ini untuk mengukur seberapa besar biaya operasional lainnya memberikan kontribusi terhadap pendapatan bunga bersih ditambah dengan pendapatan operasional lainnya. Semakin kecil rasio ini, maka sebuah bank semakin efisien terutama ditinjau dari pengeluaran biaya operasional lainnya, yang terdiri dari biaya umum dan administrasi, biaya tenaga kerja dan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif. Dalam biaya umum dan administrasi, antara lain termasuk biaya telepon,

listrik,sewa gedung/kantor,

kendaraan, pemerliharaan dan lain-lain. Lainnya l Operasiona Pendapatan Income Interest Net Lainnya l Operasiona Biaya + Rasio


(59)

Overhead Efficiency

(X3)

Overhead Efficiency merupakan

rasio antara Other Operating

Income/Pendapatan Operasional

Lainnya dengan Overhead

Cost/Biaya Overhead

Cost Overhead Income Operating Other Rasio Liquidity Risk (X4)

Mengukur resiko yang akan dihadapi bank apabila gagal untuk memenuhi kewajiban terhadap para deposannya dengan harta likuid yang dimilikinya

it TotalDepos orrowing Shorttermb ts LiquidAsse − Rasio Capital Risk (X5)

penurunan kualitas aset, karena

adanya yang

memaksa bank untuk

menerbitkan

penambahan setoranoleh

pemilik, atau mencari investor baru untuk memperbaiki kondisi permodalannya sehingga sesuai dengan ketentuan permodalan.

RiskAsset tal EquityCapi Rasio Deposit Risk (X6)

Rasio ini digunakan untuk mengukur risiko kegagalan bank

membayar kembali deposannya TotalDeposit

tal

EquityCapi Rasio

ROA (Y)

Menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola asset yang tersedia

untuk mendapatkan Net Income.

ROA =

Aktiva Total

Bersih Laba

x 100 %

Rasio

3.6. Metode Analisis Data

Analisis Regresi Linier Berganda

Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda (multiple linier regression method) dengan pengolahan data melalui SPSS (Statistical Package for Social Science). Dengan demikian model analisis adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3+ b4X4 + b5X5 + b6X6 Dimana:

+ e

Y = Return on Asset (ROA)

a = Konstanta


(60)

b1,..b6 X

= Kofisien Regresi 1

X

= BOPO

2 X

= CER

3 = Overhead Efficiency X4

X

= Liquidity Risk

5 X

= Capital Risk

6

e = Eror of term

= Deposit Risk

Parameter persamaan regresi linier berganda tersebut dapat menunjukkan koefisien regresi atas setiap variabel bebas (independent variable), positif atau negatif. Koefisien regresi b akan bernilai positif jika menunjukkan hubungan searah anatar variabel bebas (independent variable) dengan variabel terikat (dependent variable). Artinya kenaikan variabel bebas akan mengakibatkan kenaikan variabel terikat dan sebaliknya, penuruan variabel bebas akan menurunkan variabel terikat. Koefisien regresi b akan bernilai negatif jika menunjukkan hubungan yang berlawanan arah antara variabel bebas dengan variabel terikat. Artinya kenaikan variabel bebas akan mengakibatkan penurunan variabel terikat dan sebaliknya, penurunan variabel bebas akan menaikkan variabel terikat.

Pengujian Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Uji Serempak (Uji-F)

Pengujian hipotesis untuk uji F (uji serempak) dilakukan untuk melihat signifikansi secara serempak variabel terikat terhadap variabel bebas.


(61)

H0 : b1,b2,b3,b4,b5, b6 = 0(Rasio efisiensi usaha terdiri dari BOPO (X1), Cost

Efficiency ratio (X2), Overhead Efficiency (X3) dan resiko yang terdiri dari Liquidity Risk (X4), Capital Risk (X5

H

), dan Deposit Risk (X6), secara serempak atau simultan tidak memiliki pengaruh terhadap

return on asset Pada PT. Bank Sumut. a : tidak semua bi (b1,b2,b3,b4,b5, b6)

Pengaruh variabel independen terhadap dependen di uji dengan tingkat kepercayaan 95% atau pada alpha 5%. Untuk menguji apakah hipotesis ditolak digunakan statistik F(F-test) jika F

sama dengan nol maka dianggap variabel independen telah memenuhi model penelitian terhadap return on asset Pada PT. Bank Sumut.

hitung ≤ Ftabel, maka H0 tidak ditolak dan Jika Fhitung > Ftabel

b. Uji Parsial (Uji-t)

, maka H0 ditolak.

Uji parsial atau uji-t adalah untuk menguji apakah suatu variabel bebas berpengaruh secara individu terhadap variabel terikatnya. Hipotesis yang akan diuji penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0 : bi = 0, (Rasio efisiensi usaha terdiri dari BOPO (X1), Cost Efficiency

ratio (X2), Overhead Efficiency (X3) dan resiko yang terdiri dari

Liquidity Risk (X4), Capital Risk (X5), Deposit Risk (X6), secara parsial tidak memiliki pengaruh terhadap return on asset Pada PT. Bank Sumut.


(62)

Ha : bi = 0, (Rasio efisiensi usaha terdiri dari BOPO (X1), Cost Efficiency

ratio (X2), Overhead Efficiency (X3) dan resiko yang terdiri dari

Liquidity Risk (X4), Capital Risk (X5

Selanjutnya akan dilakukan uji signifikansi dengan membandingkan tingkat signifikansi (alpha) 5% dan derajat kebebasan (n-k) dengan t

), Deposit Risk (X6), secara parsial memiliki pengaruh terhadap return on asset Pada PT. Bank Sumut.

hitung

Terima H

yang diperoleh dengan kriteria uji yang digunakan adalah :

0 bila ttabel ≤ thitung ≤ ttabel Tolak H

0 (Terima Ha) bila thitung > ttabel atau thitung < ttabel

3.7. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang ditetapkan telah dapat dilakukan analisis dan melihat apakah model prediksi yang dirancang telah dapat dimasukkan ke dalam serangkaian data, maka perlu dilakukan pengujian data.Untuk mendapatkan model regresi yang baik harus terbebas dari penyimpangan data yang terdiri dari multikolonieritas, heteroskedastisitas, dan normalitas. Cara yang digunakan untuk menguji penyimpangan asumsi klasik adalah sebagai berikut (Ghozali, 2006):


(63)

3.7.1. Uji Normalitas

Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov (K-S), dimana jika angka signifikansi yang di tunjukkan dalam tabel lebih kecil dari pada alpha 5%, maka dapat dikatakan data tidak memenuhi asumsi normalitas, sedangkan sebaliknya apabila angka signifikansi didalam tabel lebih besar dari alpha 5% maka data telah memenuhi uji normalitas (Ghozali, 2006).

Cara untuk melihat normalitas residual adalah melalui grafik (Histogram dan Normal P-Plot) dan analisis statistik yakni:

1) Analisis grafik, yaitu dengan melihat grafik histogram dan grafik Normal P-Plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Dasar pengambilan keputusannya adalah:

a) Jika data menyebar disekitar garis normal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram nya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan garis miring atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

2) Analisis statistik, yakni dengan melihat uji statistik Non-Parametrik Kolmogrov-Smirnov S). Apabila hasil atau nilai Kolmogrov-Smirnov (K-S) dan nilai Asymp.sig (2-tailed) atau probabilitasnya di atas 0,05, maka data telah memenuhi asumsi normalitas.


(1)

Lampiran 5. Hasil Pengolahan Data dengan SPSS

1.

Hasil Pengujian Asumsi Klasik

a.

Uji Normalitas


(2)

Unstandardized Residual

N 32

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 27.83383782

Most Extreme Differences Absolute .086

Positive .086

Negative -.080

Kolmogorov-Smirnov Z .485

Asymp. Sig. (2-tailed) .973

a. Test distribution is Normal.

b.

Uji Multikolinieritas

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Toleran ce VIF

1 (Constant) 1506.142 60.147 25.041 .000

Biaya Operasional -.180 .012 -1.030 -15.472 .000 .344 2.910

Cost Efficiency Ratio .011 .010 .088 1.078 .291 .228 4.395

Overhead Efficiency .013 .004 .197 3.443 .002 .466 2.146

Liquidty Risk -.013 .005 -.198 -2.769 .010 .298 3.352

Capital Risk .117 .030 .382 3.914 .001 .160 6.255

Deposit Risk -.063 .033 -.213 -1.942 .063 .127 7.898


(3)

(4)

efficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 10.582 32.979 .321 .751

Biaya Operasional .003 .006 .151 .488 .630

Cost Efficiency Ratio .000 .006 -.043 -.114 .910

Overhead Efficiency .000 .002 -.038 -.143 .888

Liquidty Risk -.003 .002 -.347 -1.043 .307

Capital Risk .014 .016 .376 .826 .416

Deposit Risk -.026 .018 -.750 -1.469 .154

a. Dependent Variable: Absut

d.

Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .981a .962 .953 30.994 1.270

a. Predictors: (Constant), Deposit Risk, Cost Efficiency Ratio, Liquidty Risk, Overhead Efficiency, Biaya Operasional, Capital Risk

b. Dependent Variable: Return on Asset

2. Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .981a .962 .953 30.994

a. Predictors: (Constant), Deposit Risk, Cost Efficiency Ratio, Liquidty Risk, Overhead Efficiency, Biaya Operasional, Capital Risk


(5)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 606942.320 6 101157.053 105.300 .000a

Residual 24016.398 25 960.656

Total 630958.719 31

a. Predictors: (Constant), Deposit Risk, Cost Efficiency Ratio, Liquidty Risk, Overhead Efficiency, Biaya Operasional, Capital Risk

b. Dependent Variable: Return on Asset

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1506.142 60.147 25.041 .000

Biaya Operasional -.180 .012 -1.030 -15.472 .000

Cost Efficiency Ratio .011 .010 .088 1.078 .291

Overhead Efficiency .013 .004 .197 3.443 .002

Liquidty Risk -.013 .005 -.198 -2.769 .010

Capital Risk .117 .030 .382 3.914 .001

Deposit Risk -.063 .033 -.213 -1.942 .063

a. Dependent Variable: Return on Asset

3.

Hasil Analisis Deskriptif

Descriptive Statistics

32 .56 .81 .7028 .08170

32 .19 .63 .4763 .11179

32 .13 1.22 .3318 .21147

32 -1.29 .04 -.3676 .22395

32 .06 .24 .1297 .04658

32 .05 .24 .1277 .04787

32 .03 .08 .0457 .01427

Biaya Operasional Cost Efficiency Ratio Overhead Efficiency Liquidity Ris k Capital Ris k Depos it Ris k Return on Asset


(6)