memperoleh keuntungan dari Fee Based Income menjadi besar. Selain produk yang beragam dan kompetitif, sumber daya manusia yang terampil
dan sistem yang handal menjadi syarat utama keberhasilan memanfaatkan peluang tersebut. Komponen pendapatan operasional lainnya Fee Based
Income terdiri dari provisi dan komisi non kredit, pendapatan transfer dan inkaso, pendapatan sewa safe deposit box serta pendapatan jasa bank
lainnya diluar pendapatan sehubungan dengan pemberian kredit. Komponen Overhead Cost terdiri dari biaya tenaga kerja dan tunjangan pegawai serta
biaya administrasi dan umum. Data yang digunakan untuk menghitung Overhead Efficiency diperoleh dari Laporan Rugi-Laba.
2.4.1. Pengaruh Efisiensi Usaha Terhadap ROA
Biaya operasional terhadap pendapatan operasional BOPO diukur dari perbandingan antara biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Rasio
yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan
operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank
dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Setiap peningkatan biaya operasional akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya akan
menurunkan laba atau profitabilitas ROA bank yang bersangkutan Dendawijaya, 2003. Nilai Biaya operasional terhadap pendapatan operasional
BOPO yang ideal agar suatu bank dapat dinyatakan efisien adalah 70-80. Bank Indonesia menetapkan angka terbaik untuk rasio Biaya operasional terhadap
pendapatan operasional BOPO adalah dibawah 90, karena jika rasio Biaya
Universitas Sumatera Utara
operasional terhadap pendapatan operasional BOPO melebihi 90 hingga mendekati angka 100 maka bank tersebut dapat dikategorikan tidak efisien
dalam menjalankan operasinya.
2.4.2. Pengaruh BOPO Terhadap Return on Asset ROA
Azir 2006 dalam penelitiannya menunjukkan hasil bahwa tidak ada perbedaan rata-rata BOPO yang signifikan antara kinerja perusahaan pada bank
yang sehat dan bank yang gagal. Hal ini bertentangan dengan penelitian Sugiyanto Azir, 2006 yang menunjukkan hasil bahwa BOPO mampu
memprediksi kebangkrutan bank. Suyono Azir, 2006 dalam penelitiannya yang menguji pengaruh BOPO terhadap ROA pada bank umum di Indonesia periode
tahun 2001-2003, menunjukkan bahwa BOPO mempunyai pengaruh yang negatif terhadap ROA pada level signifikansi 5 yaitu sebesar 0,1.
2.4.3. Pengaruh CER Terhadap Return on Asset ROA
Timothy dan Scott Azir, 2006 juga menyatakan bahwa rasio CER cukup efektif dalam menunjukkan sejauh mana pihak bank mampu menciptakan efisiensi, karena
hanya fokus terhadap biaya-biaya overhead, seperti biaya umum biaya listrik, air pemeliharaan alat-alat kantorinventaris, biaya tenaga kerja, dan biaya
administrasi. Sehingga, dapat dikatakan bahwa perbedaan mendasar antara Operational Efficiency Ratio OER atau rasio BOPO dengan Cost Efficiency Ratio CER
adalah OER BOPO menitikberatkan terhadap keseluruhan biaya operasional, yang didominasi oleh biaya bunga, sedangkan CER hanya fokus terhadap biaya lain-lain biaya non-
bunga atau biaya overhead. Namun demikian, menurut Riyadi Azir, 2006, nilai dari kedua rasio ini sama-sama diharapkan kecil, karena semakin besar nilaidari kedua
rasio ini, semakin tidak efisien pihak manajemen bank dalam menjalankan kegiatan
Universitas Sumatera Utara
operasionalnya untuk memperoleh laba. Pentingnya mengendalikan biaya-biaya operasional yang
tercermin dari OER dan CER menunjukkan bahwa jika suatu bank ingin agar kinerja perolehan laba yang tercermin dari PM meningkat secara berkesinambungan, maka bank tersebut harus seefektif
mungkin dalam mengelola biaya-biaya operasional.
2.5. Risiko 2.5.1. Pengertian Risiko