tamunya tersebut. Acara ini memiliki suasana yang nyaman, cerita dan biaanya disiarkan pada malam hari. Pertunjukkan lain yang tergolong pada acara ini
menitik beratkan pada unsur sensasi dan drama. Bahkan acara ini lebih spesifik jika ditinjau dari materinya. Isinya berkonsentrasi pada topik khusus di bidang
politik atau social, atau seseorang yang menjadi incaran berita pada waktu itu. sekarang ini, acara seperti ini sudah sangat muncul, karena trend beralih pada
acara yang banyak memiliki unsur hiburan. Jane Schattuc 2001 mengatakan bahwa berdasarkan materi acaranya, talk
show dapat dibedakan menjadi 2 kategori utama yaitu the celebrity talk show dan the confessional talk show. The celebrity talk show adalah acara yang diformat
setting tempat menyerupai ruang tamu dengan sebuah meja, sofa, dan suasana yang penuh kelucuan dengan perbincangan ringan pemandu acara dengan sang
tamu. Host dan bandleader merupakan teamwork yang menghidupkan acara melalui humor mereka. Fokus acara ini adalah bintang tamu mereka. Sedangkan
the confessional talk show adalah aara yang memiliki karakteristik pembicaraan yang isinya berupa pengakuan, menampilkan subjek kontroversial dan perasaan
pribadi dari tokoh yang ditampilkan. Acara ini biasanya dinikmati kalangan televisi, terutama wanita Lusia, 2006 : 102-108.
II.7 Kepuasan
Di dalam suatu proses keputusan, konsumen atau pengguna produk atau jasa tidak akan berhenti hanya sampai proses konsumsi. Konsumen akan
melakukan proses evaluasi alternatif pasca pembelian atau proses konsumsi. Proses ini juga disebut alternatif tahap kedua. Hasil dari pasca konsumsi adalah
konsumen merasa puas atau tidak puas. Para khyalak menjadi perhatian baik dari prilaku, kebutuhan, sistem nilai, dan gaya hidupnya. London dan Della Bitta
1993 menjelaskan kepuasan sebagai hasil proses kognitif yang berbentuk disonansi positif atau negatif atau negative Brotoharsojo, 2005:167. Beberapa
arti kepuasan lainnya adalah dari Engel, Blackwell, dan Miniard 1995, mendefenisikan kepuasan sebagai “Satisgaction is definied here as a post-
consumtion evaluation that a chosen alternative at least meets exceeds satisfaction”. Secara harafiah dapat diartikan sebagai evaluasi pasca-konsumsi
dimana alternatif pilihannya adalah sesuai dengan kenyataan atau kepuasan, atau melebihi kepuasan. Yang kedua adalah Mowen dan Minor 1998 yang
menyebutkan “consumer satisfaction is defined as the overall attitude consumers have toward, a good orang lain service after they have acquared and used it. It’s
post-choise evaluative judgement resulting form a specific purchase slection and the experience of usingsonsuming”. Teori yang menjelaskan bagaimana
kepuasanketidakpuasan konsumen terbentuk yakni the expectancy dan disconfirmation model. Bahwa kepuasanketidakpuasan konsumen merupakan
dampak dari perbandingan antara harapan konsumen sebelum penggunaan dengan yang sesungguhnya diperoleh konsumen dari produk yang dikonsumsi tersebut
Sumarwan, 2003 : 321. Khayalak merasa puas bila nilai harapannya sama dengan kenyataan yang
didapatkan dari mengkonsumsi suatu produk media masaa. Harapan ini merupakan perpanjangan dari kebutuhan khayalak. Khayalak selalu mencari
media masaa yang mampu memenuhi kebutuhannya. Namun, tidak semua media massa, khususnya televisi, mampu memenuhinya karena televisi memiliki
kelebihan tesendiri, yang membuat khayalak betah untuk bertahan lama di depan televisi. Untuk itu, khayalak akan menilai harapannya akan produk media massa
itu. Apabila sesuai positif, maka kebutuhannya dapat terpenuhi dan khayalak dapat merasa puas, begitu sebaliknya. Maka, dapat disimpulkan kebutuhan
merupakan faktor yang menentukan kepuasan seseorang. Katz, Gurevitch, dan Hass membuat daftar 35 kebutuhan yang diambil dari
literatur tentang fungsi-fungsi sosial dan psikologis media massa kemudian menggolongkan ke dalam lima kategori :
- Kebutuhan kognitif
- Kebutuhan afektif
- Kebutuhan integratif personal
- Kebutuhan integrasi sosial
- Kebutuhan pelepasan ketegangan Severin, 2007:357.
BAB II LANDASAN TEORI
II.1. Teori Penggunaan dan Kepuasan Uses And Gratification Theory