tahap ini manajer perlu memperhatikan berbagai resiko dan ketidakpastian sebagai konsekuensi keputusan yang telah dibuat, karena dengan
mengambil langkah tersebut manajer dapat menentukan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk menanggulangi hambatan dan tantangan yang akan
terjadi Handoko, 2009.
2. Kecerdasan Emosional
2.1 Pengertian Emosi
Sebelum menguraikan pengertian kecerdasan emosional, peneliti akan sedikit membahas tentang emosi. Secara etimologi asal kata, emosi
berasal dari bahasa Prancis émotion, yang berasal dari kata émouvoir, excite, yang berdasarkan kata latin emovere,yang terdiri dari kata-kata e- variant
atau ex-, artinya keluar dan movere artinya bergerak. Dengan demikian secara etimologi emosi berarti “bergerak keluar” Sarwono, 2012.
Emosi merupakan reaksi penilaian positif atau negatif yang kompleks dari sistem syaraf seseorang terhadap rangsangan dari luar atau
dari dalam dirinya sendiri Sarwono, 2012. Emosi juga didefinisikan sebagai keadaan yang ditimbulkan oleh situasi tertentu khusus, dan emosi
cenderung terjadi dan memiliki kaitan dengan perilaku yang mengarah approach atau menyingkiri avoidance terhadap sesuatu, dan perilaku
tersebut pada umumnya disertai dengan adanya ekspresi kejasmanian, sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa seseorang sedang mengalami
emosi Walgito, 2010 .
Menurut Atkinson, dkk dalam Sunaryo 2004, komponen emosi terdiri dari: a Respon atau reaksi tubuh internal, terutama yang melibatkan
sistem otomatik, misalnya bila marah suara menjadi tinggi dan gemetar; b Keyakianan atau penilaian kognitif bahwa telah terjadi keadaan positif atau
negatif, misalnya saya gembira sekali dapat diterima di Fakultas Keperawatan; c Ekspresi Wajah. Apabila Anda merasa benci pada
seseorang, mungkin akan menerutkan dahi atau kelopak mata menutup sedikit; d Reaksi terhadap emosi, misalnya marah-marah menjadi agresi
atau gembira hingga meneteskan air mata.
2.2 Pengertian Kecerdasan Emosional
Istilah kecerdasan emosional pertama kali diperkenalkan oleh Peter Salovey dari Harvard University dan John Meyer dari University of New
Hampshire pada tahun 1990 Goleman, 2006. Menurut Nazriani 2009 gagasan kecerdasan emosional yang muncul dalam beberapa dekade
belakangan ini mungkin berakar dari gagasan E. L. Thorndike tahun1920 tentang social intelligence kecerdasan sosial. Gagasan kecerdasan sosial
tersebut mengacu pada kemampuan memahami dan mengelola orang lain dan bertindak bijaksana dalam hubungan interpersonal. Selain gagasan
tersebut, gagasan Gardner tahun 1983 tentang kecerdasan pribadi juga menjadi akar dari kecerdasan emosional. Gagasan kecerdasan pribadi ini
merujuk kepada kemampuan memahami emosi dan keadaan mental pada diri sendiri Van Rooy, Viswesvaran, Pluta, 2005.
Kecerdasan emosional diartikan sebagai kemampuan individu untuk memahami, menerima dan mengendalikan emosi yang dialami,
memotivasi diri dan berhubungan dengan orang lain Goleman, 2006. Kemampuan mengelola emosi dipandang sebagai suatu aspek psikis yang
sangat menentukan reaksi individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Mengukur kemampuan hanya dari segi inteligensi tidak
memadai, melainkan dibutuhkan adanya kemampuan mengelola emosi untuk keberhasilan individu didalam hidupnya Goleman, 2006; Wendorf,
2001. Kecerdasan emosional memiliki peran penting dalam kehidupan
seseorang. Goleman 2006 mengatakan bahwa kecerdasan intelektual bila tidak disertai dengan pengelolaan emosi yang baik, tidak akan menghasilkan
kesuksesan dalam hidup seseorang. Selanjutnya dikatakan bahwa peranan kecerdasan akademik hanya sekitar 20 untuk memegang kesuksesan
hidup, sedangkan 80 ditentukan oleh faktor-faktor lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional.
Cooper dan Sawaf 2002 mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai suatu kemampuan untuk mengindera, memahami diri dan dengan
efektif menerapkan kekuatan dan ketajaman emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi. Mayer dan Salovey
Caruso, Mayer, Salovey, 2002 mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan
kemampuan dalam memantau perasaan dan emosi; baik pada diri sendiri
maupun orang lain, memilah semuanya dan kemudian menggunakan informasi tersebut untuk menimbang pikiran dan tindakan.
Kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan
menghadapi frustasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, mengatur suasana hati dan menjaga agar stres tidak melumpuhkan
kemampuan berpikir, kemampuan untuk menyelesaikan konflik dan memimpin Cooper, dalam Risnawati, 2005.
Goleman 2006 mengatakan bahwa koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan
diri dengan suasana hati individu lain atau dapat berempati, maka orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih
mudah menyesuaikan diri dalam lingkungannya.
2.3 Komponen Kecerdasan Emosional