Pembahasan Kecerdasan Emosional Pembahasan

Tabel 10 Hasil Analisa Chi-square Kecerdasan Emosional dan Kemampuan Pengambilan Keputusan Kepala Ruangan di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2014 Nilai Derajat Bebas Signifikansi Signifikansi dua sisi Chi-Square .559 a 1 .455 Fisher Exact .690 Jumlah Sampel 40 Tabel diatas memaparkan informasi uji Fisher Exact dengan tingkat signifikansi 0,05 dan nilai derajat bebas 1 db= k-1 x b-1, didapatkan nilai P Value sebesar 0,690. Untuk mengambil kesimpulan maka nilai P value dibandingkan dengan nilai �, dan diketahui bahwa nilai P value � maka Ho gagal ditolak, atau hipotesis penelitian ditolak dengan kata lain tidak ada pengaruh antara kecerdasan emosional dengan kemampuan pengambilan keputusan kepala ruangan.

2. Pembahasan

2.1 Pembahasan Kecerdasan Emosional

Pada variabel kecerdasan emosional, hasil penelitian menunjukkan 87,5 kepala ruangan berada pada rentang usia dewasa madya dan sebanyak 67,5 kepala ruangan di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan yang memiliki kecerdasan emosional dengan kategori kurang baik. Menurut teori yang disampaikan oleh Charles Carstensen dalam King, 2010 individu pada usia dewasa madya memiliki aspek kecerdasan emosional yang masuk dalam kategori baik yaitu: mampu memaksimalkan pengalaman emosional yang positif dan meminimalkan resiko emosional, dan juga memiliki kendali yang baik atas emosi mereka. Teori tersebut sesuai dengan pernyataan Hurlock dalam Laksono, 2012 yang mengatakan bahwa pada masa dewasa madya individu melakukan penyesuaian diri secara mandiri terhadap kehidupan dan harapan sosial. Kebanyakan orang telah mampu menentukan masalah-masalah mereka dengan cukup baik sehingga menjadi cukup stabil dan matang secara emosi, bila hal ini belum tercapai maka merupakan tanda individu belum matang secara emosional. Walgito dalam Laksono, 2012 mengatakan Individu yang telah mencapai kematangan emosi mampu mengontrol dan mengendalikan emosinya, dapat berpikir secara baik dengan melihat persoalan secara objektif dan mampu mengambil sikap serta keputusan yang tepat. Penelitian yang telah dilakukan ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara teori dengan hasil penelitian yang didapatkan. Hal ini dapat terjadi, karena menurut Young dalam Laksono, 2012 ada beberapa faktor yang mempengaruhi kematangan emosi, antara lain: faktor lingkungan, faktor individu, dan faktor pengalaman. Mayoritas 90 kepala ruangan di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan adalah wanita. Kebanyakan wanita yang berada pada rentang usia dewasa madya telah menikah dan memiliki keturunan. Walgito dalam Laksono, 2012 menyatakan pada usia dewasa madya banyak terjadi permasalahan dalam rumah tangga, baik yang berhubungan dengan masalah ekonomi, masalah mendidik anak, masalah hubungan antar tetangga, termasuk juga masalah pekerjaan. Menurut asumsi peneliti adanya persoalan yang dihadapi oleh wanita pada rentang usia dewasa madya yang berprofesi sebagai kepala ruangan di rumah sakit, membuat kematangan emosi yang dimiliki menjadi bervariasi. Namun, jika hal ini terus menerus dibiarkan dapat mengganggu kinerja kepala ruangan. Maka dari itu sebaiknya kepala ruangan khususnya wanita dapat bekerja secara professional dengan tidak mencampurkan antara masalah pribadi dengan urusan pekerjaan. Berdasarkan observasi yang ditemukan peneliti saat melakukan pengumpulan data pada penelitian ini, khususnya variabel kecerdasan emosional, ada kemungkinan kepala ruangan kurang paham dengan butir- butir pernyataan yang diberikan. Ini terjadi karena kesibukan responden yang terbagi antara mengisi kuisioner yang diberikan dengan menjalankan tugasnya sebagai kepala ruangan.

2.2 Pembahasan Kemampuan Pengambilan Keputusan