Komponen Kecerdasan Emosional Kecerdasan Emosional

maupun orang lain, memilah semuanya dan kemudian menggunakan informasi tersebut untuk menimbang pikiran dan tindakan. Kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, mengatur suasana hati dan menjaga agar stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, kemampuan untuk menyelesaikan konflik dan memimpin Cooper, dalam Risnawati, 2005. Goleman 2006 mengatakan bahwa koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu lain atau dapat berempati, maka orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam lingkungannya.

2.3 Komponen Kecerdasan Emosional

Salovey Goleman, 2006; Risnawati, 2005 menempatkan kecerdasan pribadi dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang dicetuskan dan membagi kemampuan ini menjadi lima bagian, yaitu: a Mengenali emosi diri. Kesadaran diri mengenali perasaan merupakan dasar kecerdasan emosional. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan sendiri yang sesungguhnya membuat seseorang berada dalam kekuasaan perasaan. Orang yang memahami perasaannya mempunyai kepekaan yang lebih tinggi akan perasaan mereka dan pengambilan keputusan yang mereka buat. b Mengelola emosi. Menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan pas adalah kecakapan yang bergantung pada kesadaran diri. Individu yang buruk kemampuannya dalam ketrampilan ini akan terus- menerus bertarung melawan perasaan murung, sementara mereka yang pintar dapat bangkit kembali dengan lebih cepat dari kemerosotan dan kejatuhan dalam kehidupan. c Memotivasi diri sendiri. Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan adalah hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri untuk berkreasi. Orang-orang yang memiliki ketrampilan untuk ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan. d Mengenali emosi orang lain. Empati, kemampuan yang juga bergantung pada kesadaran diri emosional merupakan ketrampilan bergaul. Orang yang empatik akan lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan atau dikehendaki orang lain. Orang-orang seperti ini cocok untuk pekerjaan- pekerjaan seperti: mengajar, penjualan, keperawatan, dan manajemen. e Membina hubungan. Seni membina hubungan sebagian besar merupakan keterampilan mengelola emosi orang lain. Ini merupakan ketrampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antar pribadi. Orang-orang yang hebat dalam ketrampilan ini akan sukses dalam bidang apapun yang mengandalkan pergaulan yang mulus dengan orang lain. Pernyataan Salovey serupa dengan penguraian Sarwono 2012 yang menyebutkan orang yang dikatakan memiliki EQ kecerdasan emosional yang tinggi adalah jika memenuhi lima kriteria berikut, yaitu: a mampu mengendalikan emosinya sendiri; b mampu mengendalikan emosi sesuai dengan situasi dan kondisi; c mampu menggunakan emosinya untuk meningkatkan motivasinya sendiri bukan malah membuat diri putus asa atau bersikap negatif pada orang lain; d mampu mengenali emosi orang lain; e mampu berinteraksi positif dengan orang lain.

2.4 Pengertian Trait Emotional Intelligence