PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI
3.6. PENGELOLAAN MANAJEMEN INVESTASI
Investasi Pemerintah Pusat di Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari dua jenis yaitu penerusan pinjaman dan kredit program. Kedua investasi tersebut ditata usahakan oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau.
3.6.1. Penerusan Pinjaman
Penerusan pinjaman (Subsidiary Loan Agreement-SLA) merupakan pinjaman yang bersumber dari pinjaman luar negeri dan diteruspinjamkan oleh Pemerintah kepada BUMN/ Pemerindah Daerah/BUMD. Skema penerusan pinjaman dapat dilihat pada bagan:
Gambar III-2 Skema Penerusan Pinjaman
Sumber: Dit..SMI Ditjen Perbendaharaan
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau
29
Pelaksanaan SLA dimulai saat terjadi penandatanganan perjanjian pinjaman luar negeri (Loan Agreement-LA) antara Pemerintah Republik Indonesia diwakili Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (Sekarang Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Resiko/DJPPR) Kementerian Keuangan dengan Lender (negara donor). Pinjaman tersebut diteruspinjamkan kepada BUMN/BUMD/Pemerindah Daerah melalui Direktorat Sistem Manajemen Investasi (Dit.SMI) Direktorat Jenderal Perbendaharaan ke debitur dengan Naskah Perjanjian Penerusan Pinjaman atau Subsidiary Loan Agreement (SLA) yang berisi ketentuan dan persyaratan pinjaman. Kemudian Dit.SMI menganggarkan dalam DIPA Penerusan Pinjaman seluruh rencana penarikan dana SLA dalam satu tahun dan dilaporkan di Laporan Keuangan Kuasa Pengguna Anggaran/Pembantu Bendahara Umum Negara BA 999.04. Berdasar alokasi anggaran dalam DIPA tersebut, debitur dapat membuat perikatan dengan pihak ketiga pelaksana proyek-proyek yang dibiayai SLA. Dit.SMI membuat Surat Permintaan Membayar (SPM) kepada KPPN Khusus Pinjaman dan Hibah berdasarkan tagihan debitur dengan dokumen debitur sesuai progres pekerjaan.
Penatausahaan pinjaman Pemerintah kepada Pemda/BUMN/BUMD terdiri dari dua yaitu penerusan pinjaman luar negeri (SLA) dan penerusan pinjaman dalam negeri (RDI/RPD). SLA adalah penerusan pinjaman yang berasal dari pinjaman/hibah dari dalam/luar negeri kepada BUMN/PDAM/Pemda dan penerima lainnya. RDI/RPD adalah rekening Pemerintah di Bank Indonesia untuk penampungan hasil pengembalian pinjaman dari Pemda/BUMN/BUMD yang tidak disetorkan ke Kas Negara namun dapat dipinjamkan kembali kepada debitur untuk keperluan pembiayaan investasi dan tujuan lain dalam rangka memenuhi kebutuhan pemerintah. Namun sejak 2007, semua pengeluaran Negara harus melalui mekanisme APBN, oleh karenanya Pemerintah tidak menggunakan mekanisme RDI/RPD, sehingga pinjaman dalam negeri yang ada sekarang adalah pinjaman yang diberikan sebelum tahun 2007.
Hanya terdapat satu Penerusan Pinjaman Dalam Negeri di Provinsi Kepulauan Riau yang sumber dananya berasal dari Rekening Pembangunan Daerah (RPD).
Tabel III-14 Profil Penerusan Pinjaman di Provinsi Kepulauan Riau
Loan ID Nomor Pinjaman
Debitur
Jumlah Pinjaman Tk.Bunga
2071501 RDA-259/DP3/1996 (23 Mei 1996) PDAM Tirta Janggi 15,71 miliar rupiah 11,50 %
Sumber: Aplikasi SLIM, Direktorat SMI, DJPBN
PDAM Tirta Janggi sejak diserahkan kepada Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau dari Provinsi Riau berganti nama menjadi PDAM Tirta Kepri pada 12 Agustus 2008. Penerusan pinjaman tersebut ditujukan untuk pembangunan sistem penyediaan air bersih dengan bank penata usaha Kementerian Keuangan. Pembayaran kewajiban PDAM Tirta Kepri dilakukan melalui rekening nomor 519.000.102.980 Bank Indonesia.
Bidang Pembinaan Pelaksanaan Anggaran II
Tingkat bunga sebesar 11,5 persen, denda pokok 6,5 persen, dan denda bunga 18 persen bersifat fixed.
Tabel III-15 Penerusan Pinjaman di Provinsi Kepulauan Riau hingga 31 Desember 2015
(dalam jutaan Rupiah)
Saldo setelah Pembayaran
Pokok
Biaya
Hak Tagih
Denda
cut off Pinjaman
Sumber: Aplikasi SLIM, Direktorat SMI, DJPBN
Pada akhir tahun 2015, hak tagih pemerintah terhadap PDAM Tirta Kepri mencapai Rp.22,33 miliar. Hak tagih tersebut terdiri dari jumlah saldo setelah restrukturisasi pada 2008 (PMK 120/PMK.05/2008) dan kewajiban debitur yang terdiri dari kewajiban pokok, biaya administrasi, dan denda. Besarnya hak tagih pemerintah tersebut karena PDAM selama kurun waktu pembayaran hutang baru sekali melakukan pembayaran hutang sebesar Rp.2,42 miliar sebelum restrukturisasi sehingga kewajiban terus membesar.
Adapun jumlah hak tagih sebesar Rp.22,33 miliar tersebut tidak bertambah dari semester I 2015 karena kebijakan pemerintah pusat untuk menghentikan penambahan denda. Kebijakan tersebut sebagai awal dari pelaksanaan rencana penghapusan tunggakan non pokok PDAM Tirta Kepri yang mungkin akan dilanjutkan dengan penghapusan tunggakan pokok dengan pertimbangan kesehatan keuangan PDAM sangat krusial bagi peningkatan pelayanan penyediaan air bersih untuk masyarakat.
3.6.2. Kredit Program
Kredit program merupakan kredit yang disediakan pemerintah dalam rangka membiayai berbagai program dengan memberikan fasilitas pemerintah berupa subsidi sebagai pembiayaan UMKM. Hal ini dilatarbelakangi bahwa ketika krisis ekonomi 1998 usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) tetap resilien dan menjadi penyokong perekonomian.
Kredit program terdiri dari dua penyaluran dana yakni melalui dana bank dan dana pemerintah. Fasilitas pemerintah dalam kredit program melalui dana bank berupa subsidi bunga, subsidi imbal jasa, dan risk sharing. Subsidi bunga adalah subsidi yang diberikan kepada pelaku usaha untuk menutup selisih antara bunga komersil dengan bunga lebih rendah yang ditetapkan pemerintah atau disebut kredit lunak bersubsidi, dengan tujuan mendorong debitur secara bertahap hingga akhirnya dapat mengakses kredit komersial. Subsidi imbal jasa penjaminan adalah subsidi berupa keringanan agunan antara 70-80 persen atau disebut kredit komersil berpenjaminan, dengan tujuan mendorong debitur hingga akhirnya dapat mengakses kredit komersial penuh. Risk sharing adalah pemisahan resiko atau pembagian resiko.
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau
Terdapat 7 Skema kredit program dengan subsidi bunga di Indonesia yang meliputi Subsidi Resi Gudang (SSRG), Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS), Kredit Pengembangan Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RP), Kredit Pemberdayaan Pengusaha NAD dan Nias, Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE), dan Kredit Usaha Mikro dan Kecil (KUMK). Untuk lingkup Provinsi Kepulauan Riau, hanya terdapat penyaluran KKPE yang disalurkan melalui penyalur tunggal yaitu Bank Riau Kepri. Jumlah penyaluran sebesar Rp.1.890 juta dilakukan oleh empat kantor
Kantor Cabang (KC) Bank Riau Kepri yakni Gambar III-3 Penyaluran KKP-E di
Provinsi Kepulauan Riau hingga 2015
KC Kijang sebesar Rp.1.225 juta, KC
(dalam ribuan rupiah)
Tanjungpinang Rp.145 juta, KC Bintan Center Rp. 270 juta, dan KC Ranai Rp. 250 juta.. KKPE di Kepulauan Riau disalurkan dalam empat komoditi dengan perikanan memperoleh bagian terbesar mencapai 43,92%
pengembangan tanaman pangan 25,93%, pengembangan
tanaman
hortikultura
19,58% dan peternakan 10,58%. Jumlah Sumber: Dit.SMI Ditjen Perbendaharaan penyaluran kredit KKPE hingga 2015
sebagai berikut: (1) dalam penyaluran KKPE di Provinsi Kepulauan Riau yang mencapai Rp.1,89 miliar sebanyak 53,30% telah dibayar kembali dan sisanya sebesar 46,70% masih outstanding; (2) berdasarkan kantor cabangnya, pengembalian KKP-E di KC
Ranai tergolong tinggi mencapai 89,74% sedangkan pada KC Bintan Center baru mencapai 17,95%.
Tabel III-16 Penyaluran KKP-E Provinsi Kepulauan Riau hingga 2015 (dalam ribuan Rupiah)
Bank Penyalur
Komoditi
Debet