Peluang (Opportunities) Provinsi Kepulauan Riau
5.2.3. Peluang (Opportunities) Provinsi Kepulauan Riau
Menurut
The
Gambar V-8 Jalur Perdagangan Selat Malaka
World Economic Forum, perairan Selat Malaka merupakan
Jalur
perdagangan tersibuk kedua di dunia. Kondisi tersebut
membuka peluang bagi Provinsi Kepulauan Riau untuk mengambil bagian dalam industri jasa perkapalan,
industri Sumber: marinevesseltrafic (diolah) pelabuhan transhipment, dan rantai produksi manufaktur. Berdasarkan penelitian dari Deutsche
Bank Research tentang Container Shipping, Pelabuhan Singapura di Negara Singapura, Pelabuhan Tanjung Pelepas dan Pelabuhan Kelang di Malaysia merupakan pelabuhan transhipment tersibuk nomor 1, 6, dan 13 di dunia. Ketiga pelabuhan tersebut terletak di jalur perdagangan Selat Malaka dan sangat berdekatan dengan wilayah Provinsi Kepulauan Riau. Hal tersebut menggambarkan kepadatan lalu lintas perdagangan dan potensi yang dapat dimanfaatkan oleh Provinsi Kepulauan Riau dari jalur perdagangan tersebut. Namun, sampai dengan saat ini Provinsi Kepulauan Riau masih belum dapat memanfaatkan peluang tersebut dengan baik. Bahkan pelabuhan- pelabuhan di Kota Batam yang diandalkan sebagai alternatif dari pelabuhan-pelabuhan di Singapura dan Malaysia pun belum ada yang termasuk dalam pelabuhan transhipment tersibuk di dunia. Pada satu sisi, kondisi tersebut dapat diartikan bahwa Provinsi Kepulauan Riau masih memiliki peluang besar untuk memanfaatkan potensi perekonomian dari jalur perdagangan internasional Selat Malaka.
Segitiga SIJORI (Singapura,
Tabel V-2 Wilayah Segitiga Sijori/IMS-GT
Johor, Riau yang dalam hal ini adalah
Wilayah Administrasi
Wilayah 2 (km Populasi )
sebagian wilayah dari Provinsi Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia
3.386,43 1.696.080
Kepulauan Riau) yang telah dimulai Kota Tanjungpinang
144,60 187.359
Kota Batam
1.010,88 1.153.860
sebagai Segitiga
Pertumbuhan Kabupaten Bintan
1.318,20 142.300
SIJORI pada tahun 1989, dan 212.561
Kabupaten Karimun
ditetapkan dengan MoU IMS-GT Negara Bagian Johor Bahru, Malaysia 1.822,00 1.638.219
(Indonesia – Malaysia - Singapore Distrik Johor Bahru
1.066,00 1.386.569
Distrik Kulaijaya
757,00 251.650
Growth Triangle) pada 18 Desember
SIJORI
6.891,00 8.733.299
1994 oleh ketiga negara. Sebagai Sumber: BPS, Department of Statistics Malaysia, Statistics Singapore
Bidang Pembinaan Pelaksanaan Anggaran II
66
bagian dari Provinsi Kepulauan Riau memiliki ikatan ekonomi dan hubungi saling melengkapi di antara ketiga wilayah tersebut. Singapura sebagai salah satu negara industri dihadapkan pada ekonomi biaya tinggi, akibat adanya peningkatan upah tenaga kerja dan sewa lahan. Dengan pertimbangan keunggulan komparatif, secara logis Johor dan Kepulauan Riau muncul sebagai lokasi yang paling ekonomis untuk dijadikan mitra Singapura. Kemitraan tersebut sejalan dengan skema regionalisasi Singapura untuk melakukan relokasi industri padat karya ke wilayah sekitar yang tergabung di dalam Segitiga SIJORI atau IMS-GT. Perkembangan penerapan IMS-GT telah menjadi motor percepatan pertumbuhan ekonomi di ketiga wilayah selama bertahun-tahun. Dewasa ini, Negara Bagian Johor Bahru telah menjadi wilayah yang paling diuntungkan karena adanya Johor-Singapore Causeway yang membuka akses darat di antara kedua wilayah sehingga Johor Bahru, selain mendapat limpahan industri padat karya dan limpahan perdagangan juga bisa berfungsi sebagai kota satelit. Di sisi lain, Provinsi Kepulauan Riau yang masih tertinggal
Gambar V-9 Perbandingan PDB/PDRB per
dalam konteks rata-rata penghasilan
Kapita SIJORI Tahun 2013 (dalam USD)
masyarakat yang tinggi (PDB/PDRB per Kapita) dibandingkan Malaysia dan Singapura, memiliki peluang besar untuk mendapatkan limpahan lebih banyak dari Singapura. Namun, Provinsi Kepulauan Riau perlu dukungan infrastruktur yang dapat bersaing dengan Distrik Johor Bahru dalam kemudahan aksesnya ke Singapura untuk mencapai tujuan tersebut.
Dari sisi regulasi, Undang Undang
Sumber: BPS Pusat, BPS Provinsi Kepulauan Riau, BPS Kota Batam, World Bank, Department of Statistics
Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan
Malaysia (diolah)
Batu Bara dan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015- 2035 turut membuka kesempatan berkembang bagi Provinsi Kepulauan Riau. UU Nomor 4 Tahun 2009 yang mulai diterapkan pada tahun 2014 mewajibkan industri pertambangan untuk memproses mineral mentah sebelum diekspor. Provinsi Kepulauan Riau yang terletak di pintu gerbang perdagangan internasional menawarkan keuntungan dalam biaya logistik apabila industri-industri pemrosesan tersebut dibangun di Provinsi Kepulauan Riau sehingga hasil pertambangan yang dikumpulkan di Provinsi Kepulauan Riau dapat segera diekspor setelah diproses. Di sisi lain, apabila industri-
Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau
Gambar V-10 Industri Prioritas dalam PP 14/2015
Provinsi Kepulauan
Riau,
keuntungan insentif fiskal dan kedekatan
dengan
jalur
perdagangan internasional dapat membantu
industri-
industri tersebut
untuk
berkembang pesat. Pada PP tersebut juga, Batam dan Bintan telah ditetapkan sebagai Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI) yang akan berperan sebagai penggerak
utama (prime mover) ekonomi
Sumber: Kementerian Perindustrian
dalam Wilayah Pengembangan Industri (WPI) Sumatera Bagian Utara. Selain itu, target program pemerintah untuk menciptakan 35.000 MW bagi Indonesia turut membuka peluang khususnya di bidang ketenagalistrikan di Provinsi Kepulauan Riau karena dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau, kebutuhan listrik di masa depan akan mengikuti.