SUB SEKTOR POTENSIAL DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

5.4. SUB SEKTOR POTENSIAL DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Berdasarkan analisis overlay pada sub bab 5.1. beberapa sub sektor potensial di Provinsi Kepulauan Riau yang memiliki keunggulan komparatif, keunggulan kompetitif, spesialisasi, dan pertumbuhan menonjol sebagai berikut:

1. Sub sektor industri logam dasar dari sektor industri pengolahan. Industri yang memproduksi komoditas hasil pemrosesan seperti besi baja, alumunium, tembaga, nikel, dan lain sebagainya ini merupakan industri yang sangat berpotensi untuk ditingkatkan nilai tambahnya mengingat Indonesia saat ini masih banyak mengekspor bahan mineral mentah untuk industri tersebut.

Dikaitkan dengan analisis SWOT pada sub bab 5.2, industri logam dasar didukung oleh regulasi UU Nomor 4/2009 yang sejak penerapannya di tahun 2014 melarang ekspor mineral mentah dan PP 45/2015 yang memasukkan industri logam dasar sebagai prioritas. Dengan mempertimbangkan keadaan sumber daya mineral di Indonesia yang berlimpah dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan pemanfaatannya selama ini masih dalam ekspor bahan mentah, letak Provinsi Kepulauan Riau yang berada di pintu gerbang perdagangan internasional dapat dimanfaatkan untuk dijadikan pusat industri logam dasar. Dengan pemusatan industri logam dasar di Provinsi Kepulauan Riau, sumber daya mineral akan dikumpulkan, diproses, dan dapat segera diekspor sehingga biaya logistik dapat ditekan dan hasil produksi semakin kompetitif. Pemerintah dapat membantu pembentukan pusat industri logam dasar tersebut dengan memberikan fasilitas tax holiday khusus untuk perusahaan yang bergerak di bidang industri logam dasar

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau

2. Sub sektor industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik dari sektor industri pengolahan.

Sub sektor dengan tingkat teknologi menengah-tinggi ini berpotensi untuk menciptakan nilai tambah yang besar dan transfer knowledge yang signifikan apabila pemrosesan dari hulu ke hilir dapat dilakukan di Indonesia. Dikaitkan dengan analisis SWOT pada sub bab 5.2, industri barang dari logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik juga termasuk industri prioritas dalam PP 14/2015 (industri elektronika dan telematika/ICT). Adanya kawasan-kawasan yang ditetapkan sebagai Free Trade Zone apabila didukung dengan pasokan sumber daya manusia dengan keahlian yang cukup memadai dan promosi yang terarah dari pemerintah berpotensi besar untuk mengembangkan industri tersebut di Provinsi Kepulauan Riau menjadi jauh lebih besar lagi.

Industri yang berkaitan dengan Information and Communication Technology (ICT) memiliki urgensi tersendiri untuk lebih diprioritaskan dibandingkan industri- industri lainnya karena Indonesia belum memiliki basis industri ICT yang baik sementara tren penggunaan barang-barang berteknologi tinggi terus meningkat. Sebagaimana tercermin dari data perbandingan ekspor/impor ICT terhadap total ekspor/impor dimana tren perbandingan ekspor ICT terhadap total ekspor dalam tren menurun sedangkan tren perbandingan impor ICT terhadap total impor dalan tren menaik. Hal tersebut menyebabkan Indonesia menjadi ketergantungan pada pasokan impor barang-barang berteknologi tinggi.

Guna

mendorong pertumbuhan

Gambar V-14 Perbandingan Ekspor/Impor

industri ICT di Provinsi Kepulauan Riau,

ICT terhadap total Ekspor/Impor

pemerintah dapat melakukan hal serupa dengan memberikan tax holiday dan menyediakan kawasan industri khusus untuk industri ICT. Karena karakteristik industri ICT yang membutuhkan teknologi tingkat menengah-tinggi, pemerintah juga perlu membangun basis sumber daya

Sumber: World Bank (diolah)

manusia yang memiliki kemampuan

Bidang Pembinaan Pelaksanaan Anggaran II

Adapun industri berteknologi cenderung lebih resilien karena karakteristiknya yang mengikuti perkembangan teknologi. Oleh karena itu, prospek jangka panjang dari industri ICT sangat baik khususnya bila dibandingkan industri-industri lain seperti industri berbasis komoditas yang rawan terkena dampak perubahan teknologi.

3. Sub sektor industri alat angkutan dari sektor industri pengolahan.

Sebagai provinsi yang memiliki 2.408 pulau dan 95% lautan dalam wilayahnya, Provinsi Kepulauan Riau mengandalkan moda transportasi laut sebagai sarana utama dalam meningkatkan interkonektivitas wilayah. Bertumbuhnya industri alat angkutan di Provinsi Kepulauan Riau didorong oleh tingginya kebutuhan terhadap produk industri alat angkutan laut seperti kapal dan perahu. Sebagaimana dua sub sektor sebelumnya, sub sektor alat angkutan juga termasuk industri prioritas dalam PP Nomor 14/2015. Pemenuhan kebutuhan alat angkutan laut selama ini masih banyak didatangkan dari luar negeri, dukungan terhadap sub sektor ini di Provinsi Kepulauan Riau akan mengurangi ketergantungan impor alat transportasi laut bagi Provinsi Kepulauan Riau yang bercirikan kepulauan.

4. Sub sektor ketenagalistrikan dari sektor listrik dan gas.

Sub sektor ketenagalistrikan yang mencakup kegiatan pembangkitan, transmisi dan pendistribusian energi listrik kepada konsumen akhir telah menjadi industri prioritas pemerintah sesuai amanat PP Nomor 14/2015 (Industri Pembangkit Energi) dan target peningkatan kapasitas listrik sebesar 35.000 MW.

Hasil analisis sub bab 5.1. menunjukkan bahwa ketenagalistrikan merupakan sektor unggulan dan potensial dari sudut pandang pertumbuhan dan kontribusinya. Namun, terlepas dari kinerja yang baik, sektor ketenagalistrikan di Provinsi Kepulauan Riau belum dapat memenuhi kebutuhan listrik masyarakatnya sebagaimana terlihat dari frekuensi pemadaman listrik dan data neraca daya dari PLN dimana pada kondisi beban puncak, Provinsi Kepulauan Riau dapat

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau

(dalam MW)

Daya Beban

Satuan PLN

kapasitas terpasang di PLN.

Terpasang *)

Mampu Puncak

PLN Wilayah Riau

Pada satu sisi, hal tersebut 53,12 (Bagian Kepulauan Riau)

PLN Batam

menunjukkan bahwa sub Total

sektor ini memiliki ruang yang *belum termasuk kapasitas yang dihasilkan selain PLN Sumber: PLN, Statistik PLN 2014 sangat

luas

untuk

berkembang karena masih banyak permintaan yang belum terpenuhi. Di sisi lain, hal tersebut dapat diartikan bahwa masih banyak industri di Provinsi Kepulauan Riau yang belum terpenuhi kebutuhan listriknya, hal tersebut dapat mengurangi daya saing dalam menarik investasi.

Provinsi Kepulauan Riau masih banyak menggunakan pembangkit listrik yang menggunakan mesin diesel atau batu bara dalam memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Padahal berdasarkan analisis SWOT, Provinsi Kepulauan Riau memiliki dua jenis sumber daya alam lokal yang dapat menjadi alternatif.

Alternatif yang pertama adalah gas dimana hampir setengah dari cadangan gas yang sudah ditemukan di Indonesia berada di di Kabupaten Natuna. Selama ini, sebagian besar pemanfaatan gas di Natuna baru berupa ekspor. Apabila pemerintah memilih pembangkit listrik tenaga gas untuk pengembangan berikutnya, Provinsi Kepulauan Riau dapat mengurangi ketergantungan akan pasokan sumber energi dari wilayah lain dan berpotensi untuk meningkatkan efisiensi. Selain itu, apabila pasokan energi melimpah, maka perencanaan pembangunan pembangkit listrik barupun akan lebih fesibel. Tentunya pemerintah harus terlebih dahulu bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan yang mengekstraksi gas untuk dapat memanfaatkan keberlimpahan gas tersebut. Alternatif kedua adalah pemanfaatan tenaga surya karena lokasi yang berdekatan dengan garis khatulistiwa. Pemilihan tenaga surya sebagai pembangkit listrik tentunya jauh lebih baik dibandingkan sumber-sumber lainnya yang berbahan dasar fosil dalam konteks berkelanjutan (sustainability) dan polusi yang ditimbulkan. Selain itu, penggunaan tenaga surya sebagai sumber utama listrik di Provinsi Kepulauan Riau juga akan membantu pemerintah mencapai target pengurangan emisi gas efek rumah kaca dan target diversifikasi sumber daya listrik. Potensi yang lebih besar lagi timbul dari kemungkinan efisiensi biaya yang dapat diciptakan dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) apabila dikaitkan dengan konteks ciri kepulauan yang dimiliki. Dengan kondisi geografis kepulauan yang terpisah lautan satu sama lainnya, pembangkit listrik yang memiliki dasar economies of scale membutuhkan biaya pembangunan jaringan listrik untuk

Bidang Pembinaan Pelaksanaan Anggaran II

Gambar V-15 Target Diversifikasi Sumber Energi Listrik Indonesia

menyambungkan antar pulau. Di sisi lain, PLTS dapat dibangun secara kecil-kecilan dan tidak perlu tersambung ke jaringan luas, sehingga PLTS sebagai alternatif akan memotong biaya pembangunan jaringan yang

membebani daerah

kepulauan. Dalam skala nasional,

Sumber: Dewan Energi Nasional (DEN)

pemilihan PLTS

sebagai alternatif juga dapat membantu negara Indonesia dalam mencapai target diversifikasi sumber energi listrik dimana porsi New and Renewable Energy (NRE) atau energi baru dan terbarukan harus mencapai 25,9% pada tahun 2025, 30,9% pada tahun 2030, dan 39,5% pada tahun 2050.

5. Sub sektor perdagangan mobil, sepeda motor dan reparasinya dari sektor perdagangan dan reparasi.

Sub sektor perdagangan mobil, sepeda motor dan reparasinya dari sektor perdagangan dan reparasi mencakup seluruh kegiatan (kecuali industri dan penyewaan) yang berhubungan dengan mobil dan sepeda motor.

Dikaitkan dengan analisis SWOT, pertumbuhan pesat sub sektor ini didorong oleh adanya pembebasan PPN, PPNBM, dan Bea Masuk atas kendaraan di wilayah FTZ BBK. Dalam konteks ekonomi, kinerja tersebut turut berkontribusi terhadap kekuatan perekonomian Provinsi Kepulauan Riau. Namun, sub sektor perekonomian yang cenderung konsumtif ini membawa resiko dimana volume impor akan meningkat dan tidak diimbangi oleh volume ekspor sehingga tujuan awal untuk membangun export-oriented zone menjadi melenceng.

6. Sub sektor angkutan laut dari sektor transportasi dan pergudangan Sub sektor angkutan laut meliputi usaha pengangkutan atau barang pada kapal yang beroperasi pada perairan laut atau pesisir. Termasuk didalamnya adalah penarik atau pendorong tongkang (tug and barge), kapal minyak dan lain sebagainya, kecuali pengoperasian bangunan struktur terapung, kegiatan rumah

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau

Pada dasarnya, pertumbuhan di sub sektor angkutan laut bergantung dari arus barang dan penumpang antar atau di dalam wilayah Provinsi Kepulauan Riau. Arus barang dan penumpang sendiri lebih banyak ditentukan oleh kinerja dari sektor atau sub sektor lainnya sedangkan fungsi dari sub sektor angkutan laut adalah sebagai pendukung dari sektor atau sub sektor lain tersebut. Sektor atau sub sektor yang sangat mempengaruhi sub sektor angkutan lautnya diantaranya, namun tidak terbatas pada sektor industri pengolahan, sektor pariwisata dan penyediaan infrastruktur pelabuhan.

Dikaitkan dengan analisis SWOT di sub bab 5.2, Provinsi Kepulauan Riau yang bercirikan kepulauan, berada di jalur perdagangan internasional, memiliki pariwisata yang potensial, dan merupakan wilayah industri pengolahan seyogyanya memiliki sub sektor angkutan laut yang kuat. Namun, RPs sub sektor angkutan laut di Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan bahwa pertumbuhannya hanya lebih cepat 1,06 kali dibandingkan pertumbuhan nasional. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih banyak sekali potensi yang belum digali dari sub sektor angkutan laut di Provinsi Kepulauan Riau. Akan tetapi, untuk mengoptimalkan potensi tersebut, pemerintah sebaiknya berfokus pada hal-hal di luar industri angkutan laut itu sendiri yakni penguatan industri pengolahan dan pariwisata di Provinsi Kepulauan Riau, serta pembangunan infrastruktur pelabuhan yang kompetitif. Sedangkan untuk sub sektor angkutan laut sendiri, pemberlakuan kebijakan cabotage yang mengharuskan pengangkutan jalur laut domestik untuk dikerjakan perusahaan pelayaran Indonesia sudah cukup membantu pertumbuhannya.

7. Sub sektor penyediaan akomodasi dari sektor akomodasi dan restoran Sub sektor penyediaan akomodasi mencakup akomodasi jangka pendek untuk pengunjung dan pelancong (berkaitan dengan pariwisata) seperti perhotelan, home stay, youth hostel, guesthouse, bumi perkemahan, persinggahan karavan, dan apartemen hotel. Selain itu, sub sektor ini juga mencakup penyediaan akomodasi yang lebih lama untuk pelajar, pekerja dan sejenisnya seperti tempat tinggal pelajar, asrama sekolah, asrama atau pondok kerja dan rumah kost. Penyediaan akomodasi sebagaimana dimaksud juga dapat disertai penyediaan makanan dan minuman dan/atau fasilitas rekreasi.

Sebagaimana telah dibahas pada analisis SWOT di sub bab 5.2, pariwisata di Provinsi Kepulauan Riau didukung oleh kekayaan dan keindahan alam yang dimiliki seperti pantai yang indah dan alami di semua kabupaten/kota. Tidak hanya pantai

Bidang Pembinaan Pelaksanaan Anggaran II

Gambar V-16 Kunjungan Wisman di

Provinsi Kepulauan Riau

keanekaragaman seni dan budaya yang

(dalam jutaan)

didominasi kekayaan budaya leluhur bangsa

melayu

serta bangunan

peninggalan sejarah juga memiliki daya tarik yang sangat besar.

Sejalan dengan pertumbuhan pesat

Dokumen yang terkait

Kajian Karakteristik Fisik, Kimia dan Mikrobiologis Edible Film dari Tiga Jenis Pati (Kimpul, Ubi Jalar Putih dan Singkong) dengan Penambahan Filtrat Kunyit (Curcuma longa Linn.) Sebagai Penghambat Bakteri Salmonella.

16 119 21

Pemanfaatan Media Peta Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Dengan Pokok Bahasan Mengenal Peta Provinsi (Ptk Pada Siswa Kelas Iv Mis Al-Husna Kota Tangerang)

1 36 118

Kajian administrasi, farmasetik dan klinis resep pasien rawat jalan di Rumkital Dr. Mintohardjo pada bulan Januari 2015

19 169 0

Strategi Komunikasi Bigreds Regional Bandung Melalui Kegiatan "Off Season" Dalam Mempererat Solidaritas Antar Pendukung Liverpool Football Club Di Kota Bandung

1 29 135

Prosedur Verifikasi Internal Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat

2 110 1

Sistem Informasi Pengolahan Data Pinjaman Pada Koperasi Serba Usaha Bersama di Ciroyom Provinsi Jawa Barat

4 39 117

Kajian Visualisasi Motif Batik priangan Berdasarkan Estetika Sunda Pada kelom Geulis Sagitria Tasikmalaya

10 104 59

Kajian pemilihan warna dan kualitas karya pada ilustrasi manual penyandang buta warna total : (studi kasus : ilustrasi manual berwarna karya Rukmnunal Hakim)

1 36 86

Prosedur pengelolaan Anggaran Belanja Langsung Pada Dinas tenaga kerja Dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat

1 7 58

Sistem informasi cuti tahunan pegawai berbasis website di Divisi Regional III PT.Telkom Jl.Supratman No.66 Bandung : laporan hasil praktek kerja lapangan

2 28 106