Kajian Fiskal Regional Provinsi Kepulaua

Kata Pengantar

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, kita panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kita dapat menyelesaikan Kajian Fiskal Regional Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015 dengan baik.

Kajian Fiskal Regional diterbitkan oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Nomor 30/PB/2013 tanggal 1 Agustus 2013 dan Surat Edaran Direktorat Jenderal Perbendaharaan Nomor SE-43/PB/2014 sebagai sarana untuk membangun komunikasi dua arah dalam pertukaran data dan informasi baik dengan stakeholders internal maupun eksternal. Dengan demikian para pemangku kepentingan dalam hal ini satuan-satuan kerja, pelaku usaha di Provinsi Kepulauan Riau dan terutama Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau diharapkan dapat memperoleh masukan dalam merumuskan kebijakan pengembangan ekonomi daerah, sehingga bisa memberikan manfaat untuk pembangunan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di masa mendatang.

Adapun beberapa aspek yang menjadi bahasan utama dalam kajian adalah perkembangan ekonomi regional, perkembangan keuangan baik pusat maupun daerah, keunggulan dan potensi daerah, dan tantangan fiskal yang dihadapi daerah.

Dalam penyusunan Kajian Fiskal Regional Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2015 ini kami banyak memperoleh dukungan dari instansi-instansi pemerintah pusat, khususnya BPS, Pemerintah Daerah, Bank Indonesia, Regional Economist Kementerian Keuangan, serta satuan kerja BLU/BLUD di Provinsi Kepulauan Riau. Oleh karena itu, kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak, semoga kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat lebih ditingkatkan di masa yang akan datang.

Kami menyadari penyusunan Kajian Fiskal Regional ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dalam meningkatkan kualitas Kajian Fiskal Regional ini agar dapat memberikan manfaat yang optimal, terutama untuk kemakmuran masyarakat Kepulauan Riau.

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau i

TIM PENYUSUN

KAJIAN FISKAL REGIONAL TAHUN 2015 KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI

KEPULAUAN RIAU

Penanggungjawab:

Kepala Kanwil DItjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau

Didyk Choiroel

Ketua Tim Kepala Bidang PPA II

Taufiq Widyantoro

Wakil Ketua:

Haryando Anil

Penulis:

Muhamad Ameer Noor Didi Setyopurwanto

Desain Cover dan Layout:

Dhika Habibi Zakaria

Kontributor:

Suprapto Jaruli Simanullang

Bidang Pembinaan Pelaksanaan Anggaran II ii

Ringkasan Eksekutif

Kajian Fiskal Regional (KFR) digunakan untuk melihat keterkaitan antara kondisi ekonomi dengan kebijakan fiskal pemerintah berdasarkan potensi ekonomi regional dan tantangan fiskal daerah. Oleh karena itu harus dapat menggambarkan kondisi fiskal regional, kesinambungan fiskal, dan resiko fiskal yang terjadi di Provinsi Kepulauan Riau. KFR menggunakan metode analisis deskriptif dengan data sekunder yang berasal dari Pemerintah Daerah di Provinsi Kepulauan Riau, Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan, dan sumber lainnya.

Perekonomian Provinsi Kepulauan Riau memiliki karakteristik pertumbuhan ekonomi yang digerakkan lapangan usaha industri dari free trade zone Batam, Bintan, Karimun (FTZ BBK) dan kebijakan fiskal pemerintah yang diprioritaskan pada pembangunan infrastruktur. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi mendorong pendapatan masyarakat yang besar dengan pendapatan per kapita di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2015 lebih dari dua kali lipat nasional. Didukung oleh perkembangan tingkat suku bunga yang stabil, tingkat inflasi daerah yang rendah, dan nilai tukar rupiah yang relatif stabil semakin mendorong perekonomian Kepulauan Riau. Pembangunan di Kepulauan Riau telah mendorong peningkatan pembangunan manusia hingga di atas nasional, semakin menurunnya tingkat kemiskinan, dan relatif stabilnya ketimpangan pendapatan dan turut meningkatkan penyerapan tenaga kerja.

Tabel Indikator Makroekonomi dan Pembangunan Kepulauan Riau

2014 2015 Indikator Makro & Pembangunan Pertumbuhan Ekonomi (yoy)

PDRB ADHK 2010 (Rp.triliun)

Share PDRB: Industri Pengolahan

Share PDRB: Konstruksi

Share PDRB: Pertambangan & Penggalian

Tingkat Pengangguran

Kebijakan Fiskal Daerah Penerimaan Pajak Daerah (Rp.miliar)

Penerimaan Retribusi Daerah(Rp. miliar)

n/a 5.856,81 6.039,56 6.141,22 Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, pemda lingkup Provinsi Kepulauan Riau, Monev PA DJPBN,

Penerimaan Perpajakan Pusat (Rp. miliar)

n/a

Kebijakan APBN di Provinsi Kepulauan Riau lebih memprioritaskan fungsi ekonomi dan pelayanan umum serta didukung belanja barang dan belanja modal untuk mendorong perekonomian. APBD pemerintah daerah di Provinsi Kepulauan Riau lebih

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau iii Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau iii

Tabel Realisasi Kebijakan Fiskal Kepulauan Riau 2015 (dalam miliar rupiah)

Pem. Pusat Pemerintah Total Porsi Belanja Pegawai

Jenis Belanja

Pem. Daerah

Belanja Barang

Belanja Modal

Bantuan Sosial

Belanja Lain-lain

Total Belanja

Porsi Belanja

Pem. Pusat Pemerintah Total Porsi Pelayanan Umum

Fungsi

Pem. Daerah

Ketertiban dan Keamanan

Lingkungan Hidup

Perumahan dan Fasilitas Umum

Pariwisata dan Budaya

Perlindungan Sosial

Sumber: PA Perbendaharaan, Pemerintah Daerah. (diolah)

Analisis SWOT terhadap kondisi Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan bahwa Provinsi Kepulauan Riau yang terletak di perbatasan dan di tengah-tengah jalur perdagangan sangat terekspos terhadap kondisi perekonomian global sebagaimana tercermin dalam perlambatan pertumbuhan yang lebih dalam dibandingkan dengan perlambatan pertumbuhan nasional, penurunan signifikan pada PPN Impor, dan penurunan kapasitas fiskal

Gambar Jalur Perdagangan Selat Malaka

pemerintah daerah pada tahun 2015. Namun, kondisi tersebut juga menyimpan potensi besar yang masih belum tergali secara optimal.

Dikaitkan

dengan

analisis sektor, terdapat satu sektor dan lima subsektor yang layak menjadi prioritas pengembangan yakni sektor

konstruksi (khususnya

Sumber: marinevesseltrafic (diolah)

Bidang Pembinaan Pelaksanaan Anggaran II iv Bidang Pembinaan Pelaksanaan Anggaran II iv

Gambar Matriks SWOT Provinsi Kepulauan Riau

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau (diolah)

Adapun untuk mengembangkan sektor dan subsektor tersebut pemerintah dapat memberikan insentif fiskal untuk perusahan perintis dan/atau yang membangun proses produksi dari hulu ke hilir, mendesain wilayah industri bertema, mendorong Kementerian Ketenagakerjaan atau instansi setempat lainnya untuk memprioritaskan pelatihan terkait industri tersebut, Mendorong BKPM atau instansi serupa untuk bertindak proaktif dalam menggandeng kerjasama perusahaan-perusahan yang terdepan di industri tersebut, mendorong Kementerian ESDM atau instansi terkait untuk melakukan feasibility study tentang pengembangan tenaga surya di provinsi bercirikan kepulauan, menciptakan promosi pariwisata yang tepat sasaran, menggandeng negara tetangga untuk konservasi wilayah perairan selat malaka yang keindahan alamnya rawan tercemar lalu lintas kapal, serta meningkatkan belanja modal pemerintah dengan fokus pembangunan pada infrastruktur FTZ Tanjungpinang, Bintan, dan Karimun yang masih kurang kompetitif dibandingkan infrastruktur FTZ Batam dan pembangunan infrastruktur untuk membuka wilayah pariwisata baru.

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau v

Terkait dengan pengembangan infrastruktur, kebijakan pemerintah pusat untuk meningkatkan belanja modal secara signifikan di tahun 2015 sudah sejalan dengan urgensi pembangunan infrastruktur, namun eksekusi atas kebijakan tersebut masih terhambat di tahun 2015. Pemerintah dapat mengoptimalkan fungsi pendampingan dari TP4D dan BPKP serta melakukan sosialisasi tentang urgensi pembangunan infrastruktur untuk menyamakan visi para eksekutor anggaran di Provinsi Kepulauan Riau.

Selain itu, untuk mendorong pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Provinsi Kepulauan Riau, pemerintah perlu mendorong penyerapan anggaran yang ideal (proporsional dan countercyclical). Pola penyerapan yang ideal berpotensi untuk meningkatkan efek multiplier dari belanja pemerintah terhadap pertumbuhan perekonomian sehingga manfaat yang akan dirasakan masyarakat akan semakin besar.

Gambar Potensi Penerapan Pola Penyerapan Anggaran yang Ideal

terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Penerapan

Lebih Belanja pe-

banyak PDRB nyerapan terserap

pola pe- merintah

pekerjaan

kat cepat

kat cepat

transaksi anggaran

dalam meningkat lebih awal

lebih cepat

konsumsi

yang ideal

hasilan

setahun

Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau, Kajian Pengaruh Belanja Pemerintah Terhadap Perekonomian Regional Provinsi Kepulauan Riau

Terkait dengan implementasi perdana Dana Desa di tahun 2015, sebaiknya dilakukan pengkategorian ulang Provinsi Kepulauan Riau ke wilayah delapan yang bernuansa kelautan. Saat ini Provinsi Kepulauan Riau dikategorikan ke dalam wilayah tiga (Sumatera) dengan persyaratan pembentukan desa sebesar 4.000 orang penduduk atau 800 kepala keluarga sehingga banyak desa-desa di kepulauan yang tidak terakomodir karena jumlah penduduk/kepala keluarganya kurang. Selain itu, sebaiknya Kementerian Keuangan, Kemendes PDTT, dan Kemendagri meningkatkan intensitas pendampingan Pemerintah Daerah untuk menghindari keterlambatan penyaluran yang terus terjadi di tahun 2015 dan mengoptimalkan manfaat Dana Desa secara umum. Implementasi Dana Desa yang lebih efektif juga diharapkan dapat mengurangi kesenjangan pendapatan (Gini Ratio) yang terus meningkat hingga hanya terpaut 1 basis poin dengan tingkat nasional di tahun 2015, khususnya karena penduduk miskin lebih terkonsentrasi di daerah perdesaan.

Bidang Pembinaan Pelaksanaan Anggaran II vi

BAB I Pendahuluan

Kajian Fiskal Regional digunakan untuk melihat keterkaitan

kondisi ekonomi dengan kebijakan fiskal

pemerintah berdasarkan potensi ekonomi regional dan tantangan fiskal daerah.

1.1. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai macam keragaman budaya dan keragaman potensi di setiap pulaunya. Berdasarkan amanat UUD 1945, Negara bertanggung jawab mensejahterakan seluruh warganya. Untuk menuju masyarakat yang sejahtera diperlukan perekonomian yang baik sebagai dasar untuk menyokong aspek-aspek sosial politik yang menjadi prasyarat kesejahteraan masyarakat. Pemerintah melaksanakan kebijakan publik untuk membantu mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi.

Kebijakan publik dengan instrumen fiskal dilakukan dengan mempengaruhi penerimaan dan belanja negara. Penerimaan dapat ditingkatkan dengan memaksimalkan potensi yang dimiliki sedangkan belanja akan sangat bermanfaat bila dilakukan untuk menunjang potensi yang dimiliki. Karena adanya keberagaman antar daerah di Indonesia maka kebijakan akan lebih tepat jika berdasarkan kekhasan dan potensi daerah masing-masing. Dan untuk membantu melihat potensi yang dimiliki tiap daerah diperlukan suatu kajian yang dapat memberikan gambaran daerah tersebut baik dari sisi perkembangan ekonomi regional, perkembangan pelaksanaan kebijakan fiskal regional, keunggulan dan potensi ekonomi regional, serta tantangan fiskal daerah. Dengan demikian, kajian fiskal regional ini diharapkan dapat memberikan masukan yang komprehensif untuk dan feedback atas pengambilan kebijakan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah khususnya di lingkup Provinsi Kepulauan Riau.

Selain itu, dalam rangka pelaksanaan tugas pembinaan pelaksanaan anggaran daerah oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Bidang Pembinaan Pelaksanaan Anggaran II, sebagai realisasi dari fungsi pembinaan, koordinasi, dan supervisi, serta sebagai representasi Kementerian Keuangan di daerah

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau

1.2. TUJUAN

Kajian Fiskal Regional diarahkan pada analisis fiskal dan makroekonomi untuk pencapaian tujuan kebijakan fiskal. Kajian Fiskal Regional memiliki tujuan antara lain:

1. Mendukung pencapaian tujuan kebijakan fiskal dengan pencapaian tujuan makroekonomi seperti:

a. Mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan;

b. Mencapai keseimbangan internal yaitu tingkat permintaan agregat sama dengan tingkat penawaran agregat;

c. Menekan angka pengangguran;

d. Menjaga agar angka inflasi sesuai dengan target;

e. Mengentaskan kemiskinan;

f. Mengurangi kesenjangan pendapatan;

g. Mendorong pengelolaan fiskal pemerintah yang berkesinambungan;

h. Mencapai keseimbangan eksternal dimana terjadi kesinambungan neraca transaksi berjalan.

2. Mendukung pencapaian fungsi APBN terkait alokasi, distribusi, dan stabilisasi seperti:

a. Menyediakan informasi untuk penyusunan kerangka ekonomi makro yang menjadi dasar penyusunan kebijakan fiskal/penyusunan APBN/APBD;

b. Sebagai alat analisis dan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana kebijakan fiskal telah sesuai dengan tujuan makroekonomi yang telah ditetapkan;

c. Menjadi bahan masukkan terkait kesesuaian antara alokasi anggaran yang telah dilakukan dengan karakteristik dan kebutuhan pembangunan di tingkat regional Provinsi Kepulauan Riau.

3. Agar informasi yang terkandung dalam KFR dapat dimanfaatkan oleh para pemangku kepentingan seperti penyusun dan pelaksana kebijakan baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, akademisi, mahasiswa, investor dan masyarakat pada umumnya.

Bidang Pembinaan Pelaksanaan Anggaran II

1.3. RUANG LINGKUP

Kajian Fiskal Regional digunakan untuk menggambarkan interaksi antara fiskal dengan perekonomian. Oleh karena itu kajian harus dapat menggambarkan kondisi fiskal regional, kesinambungan fiskal, dan resiko fiskal yang terjadi di Provinsi Kepulauan Riau.

1.4. METODE PENELITIAN

Penulisan menggunakan pendekatan kuantitatif dalam menggambarkan keterkaitan antara kondisi fiskal dan makroekonomi terhadap kebijakan fiskal di Provinsi Kepulauan Riau. Pengumpulan data menggunakan jenis data sekunder yang bersumber dari Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Pemerintah Daerah lingkup Provinsi Kepulauan Riau, Bank Indonesia, dan Badan Pusat Statistik. Metode penelitian menggunakan penelitian deskriptif sehingga gambaran informasi dijelaskan secara sistematis.

1.5. SISTEMATIKA PENULISAN

Kajian ini menggambarkan interaksi antara fiskal dengan ekonomi. Fiskal dii Provinsi Kepulauan Riau merupakan dampak pelaksanaan kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah yang tentunya direncanakan berdasarkan kondisi makro ekonominya. Melihat interaksi keduanya, dapat kita lihat potensi ekonomi yang terdapat di Provinsi Kepulauan Riau dan juga tantangan yang dihadapi pemerintah di daerah Provinsi Kepulauan Riau itu sendiri.

Gambar I-1 Hubungan antara Ekonomi dengan Fiskal

PEREKONOMIAN REGIONAL

Daerah Regional

Sumber: 7seasons.wordpress.com (diolah)

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau

Kajian disajikan dalam tujuh bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan sebagai acuan pelaksanaan kajian. Bab ini berisi mekanisme

penelitian secara berurutan dari latar belakang, tujuan, ruang lingkup, metode penelitian, dan ditutup dengan sistematika penulisan.

Bab II Perkembangan dan Analisis Ekonomi Regional menjelaskan perkembangan ekonomi terkini Provinsi Kepulauan Riau yang mencakup indikator makroekonomii fundamental (PDRB, pertumbuhan ekonomi dan ekspor-impor, suku bunga, inflasi, serta nilai tukar Rupiah) dan indikator pembangunan (Indeks pembangunan manusia atau human development index, tingkat kemiskinan, ketimpangan pendapatan, dan ketenagakerjaan).

Bab III Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBN di Provinsi Kepulauan

Riau memaparkan gambaran fiskal di Provinsi Kepulauan Riau yang bersumber dari APBN. Gambaran tersebut berupa APBN dalam bentuk I account, pendapatan dan belanja pemerintah pusat di Kepulauan Riau, dana transfer ke Provinsi Kepulauan Riau, satker-satker PNBP, pengelolaan Badan Layanan Umum, dan pengelolaan manajemen investasi pusat.

Bab IV Perkembangan dan Analisis Pelaksanaan APBD di Provinsi Kepulauan

Riau memaparkan gambaran fiskal di Provinsi Kepulauan Riau yang bersumber dari APBD. Gambaran tersebut berupa APBD dalam bentuk I account, pendapatan dan belanja pemerintah daerah di Provinsi Kepulauan Riau, pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), pengelolaan investasi daerah, SILPA dan pembiayaan, dan analisis keuangan daerah.

Bab V Keunggulan dan Potensi Ekonomi Regional menggambarkan keunggulan yang dimiliki Provinsi Kepulauan Riau. Keunggulan tersebut dijelaskan dalam

gambaran sektor dan sub sektor ekonomi unggulan, analisis SWOT, dan keterkaitannya dengan kebijakan fiskal yang digunakan dalam pembangunan Provinsi Kepulauan Riau.

Bab VI Analisis Tantangan Fiskal Daerah/Regional menganalisa tantangan yang dihadapi dengan memperlihatkan perkembangan cashflow, analisis pengaruh belanja pemerintah terhadap perekonomian regional Provinsi Kepulauan Riau, analisis perkembangan dana desa, dan posisi Provinsi Kepulauan Riau di era persaingan negara-negara ASEAN.

Bab VII Penutup memberikan kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya.

Bidang Pembinaan Pelaksanaan Anggaran II

BAB II Perkembangan DAN

ANALISIS Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Riau

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau masih berada di atas Nasional dan tertinggi di Sumatera, namun perlambatan pertumbuhan ekonomi yang diakibatkan ketidakstabilan ekonomi global lebih terasa di Provinsi Kepulauan Riau karena letak geografisnya yang berada di tengah-tengah jalur perdagangan

internasional .

2.1. INDIKATOR MAKROEKONOMI FUNDAMENTAL

Indikator ekonomi fundamental merupakan indikator yang bersifat dasar (pokok/ utama) dalam perekonomian. Perubahan indikator tersebut menandakan terjadinya pergeseran dalam kondisi perekonomian.

2.1.1. Produk Domestik Regional

Gambar II-1 Pertumbuhan PDRB Kepulauan Riau dan Indonesia (yoy)

Bruto (PDRB)

PDRB adalah jumlah nilai tambah barang jasa dari seluruh kegiatan pekonomian di daerah dalam periode tertentu. Terdapat 2 metode penghitungan PDRB, yaitu

harga berlaku (ADHB) dan harga

Sumber: BPS Pusat dan BPS Provinsi Kepulauan Riau

konstan (ADHK). PDRB ADHB menghitung nilai tambah barang dan jasa menggunakan harga yang pada tahun tersebut, sementara PDRB ADHK dihitung berdasarkan harga pada tahun dasar. PDRB ADHB digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi sedangkan PDRB ADHK digunakan untuk mengetahui prestasi pertumbuhan ekonomi tiap tahunnya. Pada tahun 2015, PDRB ADHK Kepulauan Riau mencapai Rp.155,16 triliun dan PDRB ADHB mencapai Rp.203,28 triliun atau Rp.103,03 juta per kapita. PDRB tersebut menyumbang sebesar 1,76% terhadap PDB Indonesia (kenaikan 3 basis poin).

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau

Pertumbuhan perekonomian Kepulauan Riau lebih baik dibanding nasional. Hal tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan ekonominya yang selalu di atas nasional dalam kurun waktu enam tahun terakhir. Namun demikian, ekspos terhadap jalur perdagangan internasional juga menjadikan Provinsi Kepulauan Riau lebih rentan terhadap pengaruh perekonomian global, hal tersebut terlihat dari perlambatan pertumbuhan yang lebih dalam di tahun 2015, yakni sebesar 130 basis poin dibandingkan perlambatan di tingkat nasional sebesar 23 basis poin dari pertumbuhan tahun sebelumnya.

2.1.1.1. PDRB Sisi Penawaran

PDRB sisi penawaran disusun melalui pendekatan produksi yang menjelaskan bagaimana PDRB dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi dalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu berdasarkan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi. PDRB sisi penawaran digunakan untuk mengetahui peranan sektor tertentu dalam mendorong pertumbuhan ekonomi regional.

Tabel II-1 PDRB ADHK Menurut Lapangan Usaha Provinsi Kepulauan Riau Tahun Dasar 2010

Lapangan Usaha

Porsi dalam Struktur Ekonomi (%)

Pertumbuhan (yoy,%)

2. Pertambangan dan

3. Industri Pengolahan

4. Pengadaan Listrik, Gas

5. Pengadaan Air

8. Transportasi dan

9. Penyedia Akomodasi

10. Informasi dan Komunikasi 1,84

11. Jasa Keuangan 2,71

12. Real Estate 1,49

13. Jasa Perusahaan 0,00

14. Adm.Pemerintahan, dan 2,20

4,72 6,98 11,37 Jaminan Sosial

15. Jasa Pendidikan 1,35

16. Jasa Kesehatan dan 0,90

1,68 4,84 7,15 Kegiatan Sosial

17. Jasa Lainnya 0,44

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau

Sumber utama pertumbuhan di Provinsi Kepulauan Riau pada 2015 sama dengan sumber utama pertumbuhan di tingkat Nasional yakni pertumbuhan usaha industri pengolahan. Pertumbuhan ekonomi yang mengalami naik turun didukung oleh perubahan di semua lapangan usaha. Pada tahun 2015, laju pertumbuhan terbesar terjadi pada lapangan usaha penyedia akomodasi dan makan minum yang mencapai 13,56%, sedangkan perlambatan terbesar terjadi pada lapangan usaha konstruksi yang

Bidang Pembinaan Pelaksanaan Anggaran II Bidang Pembinaan Pelaksanaan Anggaran II

Kepulauan Riau (PDRB ADHB sisi Penawaran)

pertumbuhan yang

selalu

meningkat pada periode tahun 2012-2015

adalah

pertanian,

kehutanan, dan

perikanan

sedangkan selain lapangan usaha tersebut pertumbuhannya fluktuatif bahkan menurun. Dilihat dari struktur perekonomian lapangan usaha yang mendominasi, sektor

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau

Industri Pengolahan, Konstruksi, dan Pertambangan dan Penggalian merupakan tiga sektor terbesar sejak tahun 2011. Namun demikian, porsi sektor Pertambangan dan Penggalian terus menurun di saat porsi sektor industri pengolahan, konstruksi, dan perdagangan meningkat.

2.1.1.2. PDRB Sisi Permintaan

PDRB sisi permintaan disusun melalui pendekatan pengeluaran yang menjelaskan bagaimana PDRB suatu wilayah digunakan baik untuk memenuhi kebutuhan permintaan di dalam wilayah maupun untuk memenuhi kebutuhan di luar wilayah. PDRB sisi permintaan digunakan untuk mengetahui peran atau kontribusi sumber pengeluaran/penggunaan terhadap pertumbuhan ekonomi regional.

Tabel II-2 Pertumbuhan PDRB Menurut Penggunaan Provinsi Kepulauan Riau Tahun Dasar 2010

Pertumbuhan Pertumbuhan Distribusi Pertumbuhan Sumber Sumber Penggunaan/Pengeluaran

Tw. IV 2015

Tw IV 2015

(c-to-c) an 2015

1. Konsumsi Rumah Tangga

7,09% 2,58% 2. Konsumsi LNPRT

7,44% 0,02% 3. Konsumsi Pemerintah

3,25% 0,18% 4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto

3,25% 1,30% 5. Perubahan Inventori

-72,85% -1,28% 6. Ekspor Barang dan Jasa Luar Negeri

7. Impor Barang dan Jasa Luar Negeri

-2,40% -1,82% 8. Net Ekspor Antar Wilayah

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau (data diolah)

Ketidakstabilan perekonomian global di tahun 2015 telah berdampak signifikan terhadap penurunan komponen ekspor, impor, perubahan inventori, dan net ekspor antar wilayah dari PDRB sisi pengeluaran di Provinsi Kepulauan Riau. Efek neto dari kondisi itu terlihat dari distribusi keempat komponen yang menurun 141 basis poin dari 16,88% di tahun 2014. Di sisi lain, empat komponen PDRB sisi pengeluaran lainnya

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau

Kepulauan Riau dalam PDRB ADHB sisi

oleh komponen konsumsi LNPRT sebagai

Permintaan Tahun 2015

dampak konsumsi partai politik pada pilkada serentak di tahun 2015. Komponen sumber pengeluaran terbesar adalah pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTB) dengan porsi 41,69%, disusul oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga dengan porsi sebesar 36,50%. Konsumsi Rumah Tangga

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau

menjadi sumber pertumbuhan ekonomi

yang paling dominan di Provinsi Kepulauan Riau maupun di tingkat Nasional.

2.1.1.3. PDRB Per Kapita Gambar II-4 Perkembangan PDRB Per Kapita

PDRB Kepulauan Riau (Jutaan Rupiah) per kapita menggambarkan rata-rata pendapatan

penduduk suatu daerah selama satu tahun. PDRB per kapita diperoleh berdasarkan

pembagian

PDRB

terhadap jumlah penduduknya. PDRB per kapita menggambarkan ukuran tingkat kemakmuran suatu daerah.

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau, (data diolah)

PDRB per kapita Kepulauan Riau menunjukkan tingkat kemakmuran Kepulauan Riau jauh di atas tingkat kemakmuran nasional. Dukungan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan PDRB per kapita yang besar menunjukkan keberhasilan pembangunan di Provinsi Kepulauan Riau dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Namun untuk menyingkirkan bias kesimpulan maka perlu dilihat indikator lain seperti distribusi pendapatan di Provinsi Kepulauan Riau.

2.1.2 Suku Bunga

Gambar II-5 Perkembangan Suku Bunga Kredit

Suku bunga merupakan bagian yang berdasarkan pokok hutang yang dibayarkan sebagai imbal jasa selama periode tertentu. Perubahan tingkat suku bunga memiliki keterkaitan dengan laju inflasi dan kondisi

*Suku Bunga Bank Umum

perekonomian. Suku bunga kredit pada Sumber: BPS Pusat dan Bank Indonesia

Bidang Pembinaan Pelaksanaan Anggaran II Bidang Pembinaan Pelaksanaan Anggaran II

2.1.3 Inflasi

Inflasi merupakan kenaikan harga secara umum dan terus menerus sejumlah barang jasa yang merupakan kebutuhan pokok rumah tangga. Inflasi menyebabkan penurunan daya beli masyarakat dan penurunan nilai uang secara riil. Inflasi dihitung berdasarkan perubahan indeks harga konsumen (IHK) yang merupakan data harga konsumen yang diperoleh dari 82 kota mencakup 225-462 barang jasa yang dikelompokkan dalam tujuh kelompok pengeluaran pada 33 ibukota provinsi dan 49 kota besar di seluruh Indonesia. Inflasi Provinsi Kepulauan Riau merupakan gabungan inflasi Kota Batam dengan inflasi Kota Tanjungpinang berdasarkan IHK masing-masing kota. Adapun mengacu pada perhitungan yang dibuat oleh Bank Indonesia, pembobotan inflasi kota untuk membentuk inflasi provinsi adalah 86% untuk Kota Batam dan 14% untuk Kota Tanjungpinang sehingga inflasi Provinsi Kepulauan Riau cenderung sejalan dengan inflasi Kota Batam.

Gambar II-6 Inflasi di Provinsi Kepulauan Riau dan Nasional, 2014-2015 (yoy )

Sumber: BPS Pusat, BPS Provinsi Kepulauan Riau, dan BI (diolah)

Tren inflasi di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2015 berkebalikan dengan tahun 2014. Pada periode tahun 2014, inflasi di Provinsi Kepulauan Riau hampir selalu di bawah tingkat inflasi nasional (Indonesia). Namun, sampai dengan akhir tahun 2015 inflasi di Provinsi Kepulauan Riau lebih sering berada di atas rata-rata nasional. Pada akhir tahun 2015, inflasi di Provinsi Kepulauan Riau mencapai 4,41% sedangkan inflasi

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau

Kelompok komoditas dengan tingkat inflasi tertinggi di Provinsi Kepulauan Riau selama tahun 2015 adalah kelompok bahan makanan dengan tingkat inflasi 9,47% disusul oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dengan tingkat inflasi 6,07%. Penyebab utama inflasi di kedua kelompok tersebut adalah ketergantungan Provinsi Kepulauan Riau akan pasokan bahan makanan dari provinsi lain atau dari negara lain sedangkan impor bahan-bahan makanan tersebut sempat dihentikan pada tahun 2015. Sementara itu, penurunan harga minyak dunia pada umumnya dan harga BBM di Indonesia pada khususnya membantu mengurangi tekanan inflasi di Provinsi Kepulauan Riau sehingga target inflasi dapat tercapai.

2.1.4 Nilai Tukar

Nilai tukar adalah nilai suatu mata uang yang dipertukarkan dengan mata uang negara lain. Nilai tukar dalam hal ini Rupiah selalu berfluktuasi tiap periodenya. Ketidakstabilan nilai tukar tersebut mempengaruhi perdagangan internasional dan arus modal investasi Indonesia. Negara Singapura, Malaysia, China, Australia, Amerika Serikat, dan Jepang secara berturut-turut adalah negara yang memiliki nilai perdagangan dengan Provinsi Kepulauan Riau tertinggi. Nilai perdagangan Singapura dengan Provinsi Kepulauan Riau mencapai 9.561 juta Dollar AS atau 47,43% dari seluruh nilai perdagangan internasional Provinsi Kepulauan Riau di tahun 2015. Sementara itu, apabila negara-negara eropa yang tergabung dalam Uni Eropa dihitung sebagai satu entitas, maka persatuan tersebut menduduki peringkat kedua dalam nilai perdagangannya dengan Provinsi Kepulauan Riau. Pergerakan nilai tukar dari ketujuh mata uang negara/wilayah tersebut terhadap Indonesia dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar II-7 Pergerakan Nilai Tukar Mata Uang Asing terhadap Rupiah Tahun 2015

Rp15.000 Rp6.000

Rp13.000 Rp4.000

Rp11.000 Rp2.000

Rp9.000 Rp0 SGD

JPY (100) Euro

Expon. (USD)

*Ringgit Malaysia (MYR) dan Renminbi China (CNY) menggunakan sumbu kedua, lainnya menggunakan sumbu pertama Sumber: Bank Indonesia (diolah)

Bidang Pembinaan Pelaksanaan Anggaran II

10

Sepanjang tahun 2015 nilai tukar Rupiah bergerak fluktuatif khususnya terhadap Dollar AS dimana nilainya sempat menyentuh 14.728 Rupiah per satu Dollar AS (depresiasi 18,07% dibandingkan posisi akhir tahun 2014) dan terhadap Yen dimana nilainya sempat menyentuh 122,99 Rupiah per satu Yen (depresiasi 18,71% dibandingkan posisi akhir tahun 2014). Depresiasi tersebut disebabkan oleh ketidakstabilan perekonomian global akibat kenaikan Federal Fund Rate, penurunan harga komoditas dunia, perlambatan pertumbuhan ekonomi China, kebangkrutan Yunani dan devaluasi Renminbi terhadap Dollar AS. Di sisi lain, Rupiah juga mengalami kecenderungan menguat terhadap Ringgit Malaysia karena konflik politik yang mendera negara tersebut di tahun 2015. Sementara itu, nilai tukar terhadap lima mata uang negara/wilayah lainnya yang menjadi mitra dagang utama Provinsi Kepulauan Riau cenderung stabil dengan perubahan setahun berada di bawah ±5%. Pada tanggal 31 Desember 2015, nilai tukar terhadap satu unit Dollar Singapura, Ringgit Malaysia, Renminbi China, Dollar Australia, Dollar AS, Yen Jepang, dan Euro (SGD, MYR, CNY, AUD, USD, JPY, EURO) masing-masing sebesar Rp.9.761, Rp.3.210, Rp.2.124, Rp.10.064, Rp.13.795, Rp.114,52, dan Rp.15.070.

Secara umum, pelemahan mata uang akan merangsang ekspor dan membuat mahal impor sehingga mengurangi defisit perdagangan (meningkatkan surplus), menguatnya mata uang akan menekan ekspor dan merangsang impor yang kemudian diikuti nilai mata uang akan bergerak kembali sebagai penyesuaian. Tapi sebelumnya, sektor industri yang sangat berorientasi pada ekspor dapat hancur terlebih dahulu karena nilai uang yang terlalu kuat. Dari hal tersebut dapat dijelaskan bahwa ekspor memiliki hubungan terbalik dengan kekuatan mata uang domestik.

Provinsi

Kepulauan Riau

Gambar II-8 Ekspor Impor Provinsi Kepulauan Riau 2015

sepanjang tahun 2015 memiliki total

ekspor, impor dan net ekspor sebesar

Jepang

Dalam Jutaan USD

11.661, 8.496, dan 3.164 juta Dollar AS

AS

dimana masing-masing mencerminkan

penurunan sebesar 22,59%, 23,30%,

dan 20,63% dibandingkan dengan

China

Tahun 2014. Penurunan tersebut

menunjukkan bahwa ketidakstabilan

ekonomi global sebagaimana telah

Singapura

dijelaskan sebelumnya memberikan Impor

dampak yang signifikan di Provinsi

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau (diolah)

Kepulauan Riau. Dikaitkan dengan

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau

Selain dapat mempengaruhi perdagangan internasional, nilai tukar juga dapat mempengaruhi sisi arus modal dari neraca pembayaran dan cadangan devisa. Arus modal seperti investasi asing langsung (FDI; Foreign Direct Investment). FDI merupakan sumber dana yang sangat penting untuk perekonomian negara berkembang yang pertumbuhannya sangat bergantung pada ketersediaan modal.

Depresiasi Rupiah terhadap Dollar AS yang memuncak pada pertengahan tahun 2015 sempat menimbulkan kekhawatiran. Akan tetapi, menjelang penutupan tahun Federal Reserve telah menaikkan suku bunganya sehingga nilai tukar Rupiah kembali ke nilai fundamentalnya. Kepastian tersebut dan rencana kenaikan suku bunga secara perlahan pada tahun 2016 diharapkan akan memberikan iklim perekonomian global yang lebih kondusif sehingga perekonomian Provinsi Kepulauan Riau dimana sebagian besar industrinya bergantung pada perdagangan internasional akan bertumbuh baik.

2.2. INDIKATOR PEMBANGUNAN

Indikator pembangunan digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan pem- bangunan sesuai kebijakan fiskal pemerintah. Kajian ini menggunakan empat indikator pembangunan dalam melihat keberhasilan pencapaian tinjauan kebijakan fiskal.

Tabel II-3 Tren Pergerakan IPM

2.2.1. Indeks Pembangunan Manusia

Kesejahteraan secara lebih luas Dalam Triliunan Rupiah dapat

Pembangunan Manusia (IPM) selain dari

PDRB. IPM merupakan indeks yang 2 001

memberikan 002 ukuran pencapaian 001

pembangunan berdasar perbandingan 001 1 60

aspek dasar pembangunan manusia yang

Alokasi Kesehatan

Alokasi Pendidikan

IPM Kepri

IPM Nasional

terdiri dari kesehatan (panjang umur dan

Sumber: BPS Pusat BPS Provinsi Kepulauan Riau, KFR Tahun

menjalani hidup sehat diukur dengan usia 2014 Kanwil DJPBN Provinsi Kepulauan Riau

harapan hidup), pendidikan (terukur dalam kemampuan baca tulis dan tingkat

Bidang Pembinaan Pelaksanaan Anggaran II

Tabel II-4 IPM Provinsi Kepulauan Riau

Wilayah

layak (diukur dari paritas daya beli, Karimun 66,40 66,82 67,67 68,52 68,72

penghasilan). Oleh

karena

itu Bintan

66,29 67,76 68,80 70,06 70,06 IPM digunakan

Natuna

untuk

mengukur Lingga

57,36 58,51 59,38 60,13 60,75 pengaruh kebijaksanaan pemerintah Batam

73,76 74,86 75,91 76,70 77,29 terhadap kualitas hidup masyarakatnya.

Tanjungpinang

Kep. Anambas

Semakin tinggi nilai IPM maka semakin Kepulauan Riau 71,13 71,61 72,36 73,02 73,40 Indonesia 66,53 67,09 67,70 68,31 68,90

baik pencapaian

pembangunan

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau

manusianya (besaran indeks 0 s.d.1).

Unsur pendidikan sendiri mengalami revisi pada tahun 2015 dimana kemampuan baca tulis yang direpresentasikan oleh Angka Melek Huruf (AMH) diganti dengan Rata-rata Lama Sekolah. AMH dianggap sudah tidak dapat merepresentasikan perkembangan di bidang pendidikan. Revisi tersebut diaplikasikan pada IPM tahun 2010 sampai 2014 dan berakibat pada penurunan IPM di seluruh daerah pada periode tersebut.

Per tahun 2014, terdapat 3 Kabupaten/Kota yang memiliki IPM di bawah Nasional Terdapat tiga daerah di Kepulauan Riau yang nilai IPM dibawah nasional yakni Kabupaten Karimun, Lingga, dan Kepulauan Anambas. Dari ketiga Kabupaten tersebut, Lingga memiliki IPM terendah (60,75) sedangkan Karimun (68,72) hanya terpaut 0,18 poin dibandingkan dengan nasional (68,90).

Di sisi lain, Kabupaten Natuna menunjukkan perkembangan IPM yang sangat baik selama periode tahun 2010 sampai 2014. Pada tahun 2010 IPM Kabupaten Natuna masih berada 0,24 poin di bawah Nasional. Di akhir tahun 2014 IPM tersebut telah mengungguli rata-rata nasional dengan selisih sebesar 1,16 poin.

Provinsi Kepulauan Riau sendiri, dengan IPM sebesar 73,40 menduduki peringkat empat se-Indonesia, dua peringkat di atas Provinsi Riau sebagai induk daerah pemekaran yang memiliki IPM 70,33. Hal tersebut mengindikasikan keberhasilan percepatan pembangunan di Provinsi Kepulauan Riau, khususnya dalam pengalokasian di bidang pendidikan, kesehatan, dan stimulus pendorong ekonomi.

2.2.2. Kemiskinan

Kesejahteraan dapat juga diukur dari kemiskinan. Penurunan kemiskinan merupakan keberhasilan pencapaian kebijakan pemerintah. Kemiskinan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Indikator

kemiskinan terdiri dari head count index of poverty (HCI-P 0 ), indeks kedalaman kemiskinan (P 1 ), indeks keparahan kemiskinan (P 2 ), dan jumlah penduduk miskin. Pada periode September 2015 sampai September 2015 , Provinsi Kepulauan Riau berkinerja

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau

Tabel II-5 Kemiskinan di Provinsi Gambar II-9 Head Count Index of Poverty Kepulauan Riau

(HCI-P 0) Provinsi Kepulauan Riau Garis

Jumlah

Periode Kemiskinan

Penduduk

(Rp/Kapita/Bln)

p- 10 11 12 13 14 ar 15 ar ar -11 ar p- -12 ar p- ar -13 p- -14 ar p- -15 ar p- September 2014

Se M Se M Se M Se Maret 2015

Perdesaan September 2015

Indonesia Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau

114.834 jiwa

Kep.Riau

Selain dilihat dari indikator tersebut, keberhasilan kebijakan pengentasan kemiskinan juga harus dilihat dari indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan. Indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan penurunan dalam kurun waktu Maret 2007 hingga September 2015. Hal tersebut mengindikasi-kan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin di Kepulauan Riau semakin menjauh dari kondisi extreme poverty, dan ketimpangan antar pendapatan penduduk miskin semakin rendah.

Gambar II-11 Indeks Keparahan Kemiskinan Gambar II-10 Indeks Kedalaman Kemiskinan Provinsi Kepulauan Riau

Provinsi Kepulauan Riau

07 08 -07 07 -08 08 -09 09 -10 10 -07 -11 -08 -09 09 -10 10 -11 11 -12 12 -13 13 -14 14 -15 15 p- p- p- p- p- 11 -12 12 p- -13 p- 13 -14 p- 14 -15 p- p- 15 p- p- p- p- p- p- p- p- Mar Se Mar Se Mar Se Mar Se Mar Se Mar Se Mar Se Mar Se Mar Se Mar Se Mar Se Mar Se Mar Se Mar Se Mar Se Mar Se Mar Se Mar Se Kota Desa Kep.Riau

Desa Kep.Riau Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau

Kota

2.2.3. Ketimpangan

Distribusi pendapatan merupakan aspek penting ukuran pemerataan pendapatan dalam masyarakat merupakan tujuan kebijakan pembangunan dalam pengentasan kemiskinan. Koefisien gini mencerminkan tingkat ketimpangan

Bidang Pembinaan Pelaksanaan Anggaran II

Koefisien gini di Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan peningkatan walaupun nilainya masih terpaut 1 poin di bawah nasional. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemerataan pendapatan di Provinsi Kepulauan Riau fluktuatif namun mengindikasikan akan terjadi peningkatan ketimpangan yang hingga 2013 telah menunjukkan koefisien sebesar 0,36 dalam kategori sedang. Sedangkan koefisen gini nasional hingga 2013 semakin mendekati kategori tinggi/sangat timpang mencapai 0,41.

Gambar II-12 Perkembangan Koefisien Gini Kepulauan Riau 001

Natuna Lingga

Kep.Riau

Karimun

Bintan

Kep.Anambas

Batam

Tanjungpinang

*Data Karimun, Anambas, Batam dan Tanjungpinang tahun 2013-2014 adalah hasil prognosis dan data Anabas tahun 2008-2009 adalah hasil backcasting karena BPS belum merilis data pada periode tahun tersebut. Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau

2.2.4. Kondisi Ketenagakerjaan

Perkembangan ekonomi dan kebijakan pemerintah sangat berpengaruh terhadap kondisi ketenagakerjaan di wilayah tersebut. Beberapa permasalahan dalam ketenagakerjaan yang ditemui antara lain terkait dengan tingginya tingkat pengangguran, terbatasnya penyediaan lapangan kerja, serta rendahnya produktivitas tenaga kerja. Pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru sehingga mengurangi tingkat pengangguran, namun kenyataannya pertumbuhan ekonomi yang kurang berkualitas dapat menyebabkan masalah ketenagakerjaan. Indikator untuk mengukur kesejahteraan angkatan kerja adalah jenis kegiatan utama angkatan kerja, jumlah jam kerja, sumber penghasilan utama, dan status pekerjaan.

Tabel II-6 Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Kepulauan Riau: Jenis Kegiatan Utama

Angkatan Kerja (jiwa)

65,92 65,95 65,07 Tk.PengangguranTerbuka (%)

5,63 6,69 6,20 Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau.

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau

Angkatan kerja adalah penduduk yang sudah memasuki usia kerja (15 tahun ke atas), baik yang sudah bekerja maupun belum bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Angkatan kerja di Kepulauan Riau menunjukkan peningkatan sejak 2008 hingga 2015 namun, tingkat angka partisipasi angkatan kerja (TPAK) mengalami penurunan sejak 2010 yang menunjukkan pertumbuhan penduduk bukan angkatan kerja tidak sebanding dengan pertumbuhan angkatan kerja. Akan tetapi tingkat pengangguran terbuka yang cenderung mengalami penurunan menunjukkan pembangunan di Kepulauan Riau mampu menyediakan lapangan kerja yang cukup memadai bagi penduduknya.

Berdasarkan angkatan kerja yang bekerja, sebanyak 85,70% penduduk bekerja penuh waktu (full time worker) dengan bekerja lebih dari 35 jam seminggu. Jumlah full time worker terus meningkat menunjukkan semakin banyaknya pekerja yang bekerja penuh. Penyerapan tenaga kerja hingga 2015 masih didominasi oleh lulusan SMA (31,79%) diikuti oleh lulusan SD ke bawah (22,70%). Pada tahun 2015, Penyerapan pekerja lulusan SMP dan SMK mengalami penurunan sedangkan yang lain mengalami peningkatan. Berdasarkan status pekerjaan, sebanyak 68,49% pekerja bekerja sebagai buruh dengan sektor industri, perdagangan dan jasa secara berurutan masih menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Provinsi Kepulauan Riau

Gambar II-15 Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Gambar II-13 Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Kepulauan Riau Menurut Lapangan Pekerjaan

Kepulauan Riau Menurut Status Pekerjaan Utama (Dalam Ribuan)

(Dalam Ribuan) 500

Dibantu Buruh TT Listrik,Gas, Minum

Pertambangan

Industri

Berusaha Sendiri

Buruh/Karyawan Transportasi

Konstruksi

Perdagangan

Dibantu Buruh Tetap

Keuangan

Jasa

Pekerja Bebas

Pekerja Keluarga

Gambar II-16 Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Gambar II-14 Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Jam kerja

Kepulauan Riau Menurut Pendidikan Tertinggi yang Perminggu (Dalam Ribuan)

Ditamatkan (Dalam Ribuan) 750

1-34 jam

0 SD ke bawah

Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Riau

Bidang Pembinaan Pelaksanaan Anggaran II

BAB III Perkembangan DAN

ANALISIS Pelaksanaan APBN di Provinsi Kepulauan Riau

Sebagai bentuk komitmen dalam memprioritaskan pembangunan infrastruktur khususnya di wilayah laut dan wilayah terluar, Pemerintah

Pusat meningkatkan alokasi belanja modal APBN TA 2015 di Provinsi Kepulauan Riau

hingga 77,16%.

3.1. APBN TINGKAT PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan kebijakan fiskal pemerintah yang terkait dengan pengaturan belanja dan pendapatan pemerintah. APBN digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintah pusat yang dalam hal ini berada di lingkup Provinsi Kepulauan Riau. Kegiatan dijalankan oleh satuan-satuan kerja kementerian/lembaga berdasarkan jenis kewenangan sesuai alokasi dana dalam DIPA.

Tabel III-1 Pagu dan Realisasi APBN di Provinsi Kepulauan Riau (dalam miliaran Rupiah)

Realisasi % A.Pendapatan

Penerimaan Pajak 6.498,87 5.856,81 90,12% 5.653,38 6.039,56 107,59% 8.192,52 6.141,22 74,96% Penerimaan Bukan Pajak

B.Belanja Negara 10.839,63 10.127,84 93,47% 12.788,44 11.430,59 89,38% 12.384,74 11.553,87 93,29%

Belanja Pemerintah Pusat

86,48% 6.477,50 5.612,25 86,64% Transfer ke Daerah

C.Surplus

66,38% (3.272,18) (4.066,71) 124,28% (Defisit) (A-B)

Sumber: Monev PA dan OM SPAN DJPBN, dashboard Penerimaan Pajak DJP, DJBC (per 11 Februari 2016), dan LK BP BATAM (diolah)

3.2. PENDAPATAN PEMERINTAH PUSAT

Penerimaan pendapatan pemerintah pusat di Provinsi Kepulauan Riau hanya bertambah tipis (4,60%) di tengah ketidakstabilan perekonomian global pada tahun 2015 yang turut mempengaruhi perekonomian Provinsi Kepulauan Riau. Kontribusi penerimaan perpajakan mengalami sedikit penurunan namun tetap yang paling

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau

3.2.1. Penerimaan Perpajakan

Penerimaan Perpajakan di Provinsi Kepulauan Riau terdiri dari penerimaan pajak penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai (PPN), pajak bumi dan bangunan (PBB), pajak lainnya dan bea cukai.

Tabel III-2 Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat di Provinsi Kepulauan Riau (dalam miliaran Rupiah)

2015* Jenis Pendapatan

Target Realisasi % Pendapatan Pajak Dalam Negeri 5.037,50 4.565,42 90,64% 5.104,88 5.492,31 107,59% 7.841,60 5.879,74 78,53%

Target Realisasi

Target Realisasi

Pajak Penghasilan (PPh) 4.226,35 3.788,28 89,63% 4.304,78 4.652,41 108,08% 6.627,69 5.079,68 76,64% Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

763,43 101,99% 1.088,50 711,63 65,38% Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

0,58 0,27 46,50%- Pajak Lainnya

351,09 261,48 74,48% Perdagangan Internasional

Pendapatan Pajak

Bea Masuk

351,09 261,48 74,48% Bea Keluar

Total Penerimaan Perpajakan 6.498,87 5.856,81 90,12% 5.653,38 6.039,56 106,83% 8.192,69 6.141,22 74,96%

*Tidak ada target maupun realisasi Bea Keluar pada TA 2015 Sumber: Monev PA DJPBN, dashboard Penerimaan Pajak DJP, dan DJBC (per 11 Februari 2016) (diolah)

Penerimaan perpajakan secara keseluruhan mengalami kenaikan tipis sebesar 1,68%. Berdasarkan jenis pajaknya, Pajak Dalam Negeri mengalami kenaikan yang cukup signifikan sebesar 7,05% dengan Pajak Penghasilan (PPh) yang meningkat 9,18% menjadi pendorong utamanya. Namun demikian peningkatan tersebut belum dapat mendorong penerimaan pajak secara keseluruhan sebagai akibat dari Pajak Perdagangan Internasional (PPI) yang menurun dalam sampai -35,99% dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang menurun sebesar -6,79%.

Sebagai provinsi yang

Gambar III-1 Perkembangan Tax to GDP Ratio

terletak di jalur perdagangan

internasional, Provinsi Kepulauan

Riau memiliki

volume

perdagangan yang tinggi dan

sangat terekspos pada kondisi

perekonomian 2015 dunia.

Ketidakstabilan ekonomi global

telah mengakibatkan anjloknya

volume perdagangan Provinsi

Kepulauan Riau di tahun 2015

Sumber: Monev PA DJPBN, dashboard Penerimaan Pajak DJP (per 11

Februari 2016), dan BPS Provinsi Kepulauan Riau (diolah)

sehingga berdampak signifikan

Bidang Pembinaan Pelaksanaan Anggaran II

Dilihat dari sisi rasio pajak, rasio pajak di Provinsi Kepulauan Riau memang berada jauh di bawah rasio pajak nasional sebesar ±11%, hal tersebut disebabkan oleh pemberian insentif fiskal berupa pembebasan pajak khususnya di area Free Trade Zone Batam. Namun demikian, rasio pajak di Provinsi Kepulauan Riau juga terus mengalami penurunan dari 3,59% di tahun 2013 menjadi 3,02% di tahun 2015. Dilihat dari jenis pajaknya, hanya rasio Pajak Penghasilan (PPh) yang mengalami peningkatan pada periode tahun 2013-2015. Rasio jenis pajak lainnya menurun pada periode tersebut dengan penurunan terdalam sebesar 66 basis poin pada rasio Pajak Perdagangan Internasional (PPI).

3.2.2. Penerimaan Negara Bukan Pajak

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) merupakan seluruh penerimaan Pemerintah pusat selain dari penerimaan perpajakan yaitu dari sumber daya alam (SDA), bagian laba Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PNBP lainnya dan pendapatan Badan Layanan Umum (BLU). PNBP dibedakan menjadi dua yaitu PNBP umum dan fungsional. PNBP umum yaitu penerimaan yang berlaku umum di semua kementerian negara/lembaga (K/L), tidak berasal dari pelaksanaan tugas pokok dan fungsi (tupoksi). PNBP fungsional yaitu penerimaan dari hasil pungutan atas jasa yang diberikan sehubungan dengan tupoksi dalam fungsi pelayanan kepada masyarakat.

Tabel III-3 Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat di Provinsi Kepulauan Riau Berdasarkan Jenis PNBP

(dalam miliaran Rupiah)

2015 Jenis PNBP

Realisasi Perubahan

Penerimaan Sumber Daya Alam

1,84 (89,30%) Bag.Pemerintah atas Laba BUMN

- (100,00%) Pendapatan PNBP Lainnya

174,51 (5,59%) Pendapatan BLU

Total PNPB

Sumber: KFR Tahun 2014 Kanwil DJPBN Provinsi Kepulauan Riau, Monev PA dan OM SPAN DJPBN (diolah), dan LK BP BATAM

PNBP BLU yang dalam hal ini berasal dari satu-satunya BLU di Provinsi Kepulauan Riau, yakni Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (BP Batam), meningkat sebesar 8,12% dan menjadi kontributor satu-satunya kenaikan PNBP pada tahun 2015. PNBP BLU sendiri merupakan komponen utama PNBP di Provinsi Kepulauan Riau dengan porsi sebesar 84,83% dari keseluruhan PNBP. Porsi tersebut menunjukkan kenaikan sebesar 299 basis poin dari porsi pada tahun sebelumnya sebesar 81,84%. Sementara itu, PNBP

Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau

SDA menurun drastis karena adanya penurunan pendapatan pertambangan umum yang merupakan komponen utama PNBP SDA.

Tabel III-4 Penerimaan Negara Bukan Pajak Umum di Provinsi Kepulauan Riau

Realisasi 2015 PNBP Rp.(miliaran) % PNBP Rp.(miliaran) % PNBP

Realisasi 2014

PNBP Umum

1.Pendapatan dari Pengelolaan BMN

17,60 1,51% 2.Pendapatan Iuran dan Denda

0,65 0,06% 3.Pendapatan Lain-Lain

Total PNBP Umum

Dokumen yang terkait

Kajian Karakteristik Fisik, Kimia dan Mikrobiologis Edible Film dari Tiga Jenis Pati (Kimpul, Ubi Jalar Putih dan Singkong) dengan Penambahan Filtrat Kunyit (Curcuma longa Linn.) Sebagai Penghambat Bakteri Salmonella.

16 119 21

Pemanfaatan Media Peta Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Dengan Pokok Bahasan Mengenal Peta Provinsi (Ptk Pada Siswa Kelas Iv Mis Al-Husna Kota Tangerang)

1 36 118

Kajian administrasi, farmasetik dan klinis resep pasien rawat jalan di Rumkital Dr. Mintohardjo pada bulan Januari 2015

19 169 0

Strategi Komunikasi Bigreds Regional Bandung Melalui Kegiatan "Off Season" Dalam Mempererat Solidaritas Antar Pendukung Liverpool Football Club Di Kota Bandung

1 29 135

Prosedur Verifikasi Internal Surat Pertanggung Jawaban (SPJ) Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat

2 110 1

Sistem Informasi Pengolahan Data Pinjaman Pada Koperasi Serba Usaha Bersama di Ciroyom Provinsi Jawa Barat

4 39 117

Kajian Visualisasi Motif Batik priangan Berdasarkan Estetika Sunda Pada kelom Geulis Sagitria Tasikmalaya

10 104 59

Kajian pemilihan warna dan kualitas karya pada ilustrasi manual penyandang buta warna total : (studi kasus : ilustrasi manual berwarna karya Rukmnunal Hakim)

1 36 86

Prosedur pengelolaan Anggaran Belanja Langsung Pada Dinas tenaga kerja Dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat

1 7 58

Sistem informasi cuti tahunan pegawai berbasis website di Divisi Regional III PT.Telkom Jl.Supratman No.66 Bandung : laporan hasil praktek kerja lapangan

2 28 106