Pengelolaan Pesisir PESISIR DAN LAUT

PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP KELAS 7 SMP Bab 10 Pesisir dan Laut 90

C. Pengelolaan Pesisir

Secara normatif, kekayaan sumberdaya pesisir dikuasai oleh negara untuk dikelola sedemikian rupa guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat, memberikan manfaat bagi generasi sekarang tanpa mengor- bankan kebutuhan generasi yang akan datang. Ironisnya, sebagian besar tingkat kesejahteraan masyarakat yang bermukim di wilayah pesisir justru menempati strata ekonomi yang paling rendah bila dibandingkan dengan masyarakat darat lainnya. Selama ini, kegiatan ekonomi yang berlangsung di wilayah pesisir hanya dilakukan berdasarkan pendekatan sektoral yang didukung UU tertentu yang menguntungkan instansi sektor dan dunia usaha terkait. Akibatnya, pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil cenderung eksploitatif, tidak efisien, dan sustainable berkelanjutan. Banyak faktor- faktor yang menyebabkan ketidakefektifan pengelolaan sumberdaya pesisir ini, antara lain ketidakjelasan pemilikan dan penguasaan sumberdaya, ketidakpastian hukum, serta konflik pengelolaan. Ketidak- jelasan pemilikan dan penguasaan sumberdaya pesisir masih sering terjadi di berbagai tempat. Biasanya sumberdaya pesisir dianggap tanpa pemilik open access property, tetapi berdasarkan pasal 33 UUD 1945, dan UU Pokok Perairan No. 61996, dinyatakan sebagai milik pemerintah state property. Namun, ada indikasi di beberapa wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil terjadi pemilikan pribadi quasi private proverty. Di beberapa wilayah pesisir atau pulau masih dipegang teguh sebagai milik kaum atau masyarakat adat common property. Perbedaan penerapan konsep pemilikan dan penguasaan sumber- daya ini mendorong ketidakjelasan siapa yang berhak untuk mengelo- lanya. Hal ini mendorong berbagai pemilik modal untuk mengeksploitasi sumberdaya wilayah pesisir ini secara berlebihan, kalau tidak maka pihak lain yang akan memanfaatkannya, dan tidak ada insentif untuk melestari- kannya, sehingga terjadi bencana bersama yang baru. Pada dasarnya, hampir di seluruh wilayah pesisir Indonesia terjadi konflik-konflik antara berbagai pihak yang berkepentingan. Masing-masing PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP KELAS 7 SMP Bab 10 Pesisir dan Laut 91 mempunyai tujuan, target, dan rencana untuk mengeksploitasi sumber- daya pesisir. Perbedaan tujuan, sasaran, dan rencana tersebut mendo- rong terjadinya konflik pemanfaatan dan konflik kewenangan. Pengelolaan lautan sangat terkait dengan kebijakan nasional yang mengatur pengelolaan wilayah laut. Adapun batas wilayah lautan dimulai dari batas yurisdiksi di darat sampai ke laut lepas sejauh klaim Negara yang bersangkutan. Konvensi Hukum Laut PBB 1982 UNCLOS membe- rikan dasar hukum bagi negara-negara pantai untuk menentukan batasan lautan sampai ZEE Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen. Dengan dasar itu, suatu negara memiliki wewenang untuk meng- eksploitasi sumberdaya yang ada di zona tersebut. Berbicara masalah kelautan, memang masih ada ketidakjelasan perbedaan antara wilayah pesisir dengan wilayah lautan. Para ahli oseanografi dengan persepsi global terhadap masalah kelautan, biasanya menganggap seluruh area yang ada dalam batas paparan benua sebagai wilayah pesisir. Sedangkan para pengelola wilayah pesisir biasanya menganggap seluruh area di luar batas wilayah laut territorial sebagai wilayah laut. Dengan demikian yang membedakan antara program pengelolaan lautan dengan pengelolaan wilayah pesisir adalah pada ruang lingkup pengelolaannya. Program pengelolaan wilayah pesisir mencakup ka- wasan daratan sampai laut pesisir, sedangkan pengelolaan lautan hanya meliputi pengelolaan wilayah laut di luar paparan benua. PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP KELAS 7 SMP Bab 10 Pesisir dan Laut 92

D. Rangkuman