Pendefinisian Batasan Sistem Pendeskripsian Fungsi Sistem dan Kegagalan Fungsi

5.2.2.2. Pendefinisian Batasan Sistem

Pendefinisian batasan sistem merupakan langkah kedua yang harus dilakukan setelah system selection. Hal ini dilakukan agar sistem yang dinilai memiliki batasan yang jelas, dan tidak terjadi tumpang tindih dengan sistem lainnya. Adapun alasan mengapa pendefenisian batas sistem sangat penting dalam analisis proses RCM yaitu: 1. Supaya terdapat batasan yang jelas tentang apa yang harus dilibatkan dan tidak di dalam sistem sehingga daftar komponen yang diidentifikasi menjadi jelas dan tidak saling tumpang tindih antara sistem yang berkaitan. 2. Batasan sistem menjadi faktor yang sangat penting dalam menentukan input apa yang masuk dan output apa yang keluar dari sistem sehingga analisis proses sistem berlangsung secara akurat. Definisi batasan sistem pada metode Reliability Centered Maintenance biasanya dibuat dalam bentuk formulir deskriptif dari sistem itu sendiri seperti yang diperlihatkan pada Formulir RCM-System Analysis pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. 5.2.2.3. Deskripsi Sistem dan Blok Fungsi 5.2.2.3.1.Deskripsi Sistem Adapun deskripsi dari sistem pembuatan bola lampu yaitu : - Pembentukan Mangkuk : Tabung kaca glass tube diletakkan ke dalam cetakan mal pada mesin. Ukuran cetakan mal tergantung pada besar daya bola lampu yang dibuat. Tabung kaca glass tube yang telah dimasukkan Universitas Sumatera Utara pada mal kemudian dilelehkan dengan panas api sehingga tercetak mangkuk bola lampu. - Steaming : Lidi kaca dimasukkan ke dalam Steamer kemudian lidi kaca dipanaskan dengan bantuan api dan secara otomatis membuat bentuk pada ujung bagian atas lidi kaca untuk menghasilkan tiang steam. - Pemasangan Filamen : Filamen yang telah mengandung zat fosfor kemudian dipasangkan dengan tiang steam. - Sealing : Tiang steam berfilamen dimasukkan ke dalam mangkuk bola lampu secara manual kemudian disatukan atau direkatkan melalui mesin sealing dengan bantuan api. - Vacuuming : Udara pada bola lampu dihisap keluar sehingga ruang bola lampu menjadi vakum hampa udara. Kemudian untuk lampu berwarna akan disemprotkan gas argon ke dalam ruang pada lampu. - Base-Caping : Base-Cap yang terbuat dari bahan stainless dan aluminium dipasang pada dasar bola lampu sebagai tempat masuknya aliran listrik. Base- cap ini dipasang secara manual kemudian direkatkan dengan mesin. - Quality Control : Bola lampu diperiksa kualitas nyala lampu dimana nyala lampu redup dan padam akan termasuk produk reject dan akan didaur ulang. - Packing : Produk yang tergolong tidak rusak kemudian dikemas dalam kotak kemasan yang kecil sesuai ukuran bola lampu. Setelah dikemas dalam kotak kemasan kecil, dilanjutkan dengan melakukan pengemasan pada kotak kardus besar. Universitas Sumatera Utara 5.2.2.3.2.Blok Diagram Fungsi Adapun blok diagram fungsi proses pembuatan bola lampu pada PT. Sinar Sanata Electronic Industry dapat dilihat pada Gambar 5.6. Pembentukan Mangkuk Bola Proses Steam Proses Pemasangan Filamen Proses Sealing Proses Vakum Proses Penyatuan Base-Cap dengan Bola Lampu Proses Penyolderan Proses Quality Control Proses Pengemasan Packing Gambar 5.6. Blok Diagram Uraian Proses Produksi Bola Lampu

5.2.2.3.3. System Work Breakdown Structure

Berdasarkan analisis awal dari diagram pareto dimana sumber permasalahan downtime produksi utama terdapat pada breakdown mesin vakum dan sealing, maka pada Tabel 5.7. berikut akan ditampilkan System Work Breakdown Structure SWBS dari mesin kedua mesin. SWBS merupakan struktur yang mengGambarkan sejumlah komponen, mesin, unit proses, dan sub sistem yang dapat mengakibatkan kegagalanbreakdown dalam sebuah sistem Universitas Sumatera Utara kerja. Pada tahapan ini akan digambarkan himpunan daftar komponen untuk setiap bagian-bagian fungsi sub sistem. Sistem ini terdiri dari dua komponen utama yaitu diagram dan kode dari sub sistemkomponen yang mengalami breakdown. Tabel 5.7. SWBS Proses Sealing dan Vakum Kode Mesin Kode Part A Vakum A.1 Rubber S-205 A.2 Selang penghisap udara A.3 Bearing 5201-3VG A.4 Selang pipa gas argon B Sealing B.1 Roll karet seal B.2 Coupling B.3 Bearing 2404-1SG

5.2.2.4. Pendeskripsian Fungsi Sistem dan Kegagalan Fungsi

Pendeskripsian fungsi sistem dan kegagalan fungsi dilakukan dengan memberikan kode terhadap fungsi dan kegagalan fungsi, dimana angka pertama menunjukkan nama unit proses, angka kedua menunjukkan fungsi unit proses dan angka ketiga menunjukkan kegagalan fungsi unit proses. Contoh pengkodean fungsi dan kegagalan fungsi sebagai berikut : 1. yaitu unit proses “Vacuuming” 1.1. yaitu pendeskripsian fungsi unit proses “Vacuuming” yaitu untuk proses penghisapan udara dalam bola lampu 1.1.1. yaitu pendeskripsian kegagalan fungsi dari unit proses “Vacuuming”, yakni masih terdapat udara di dalam bola lampu Pendeskripsian fungsi dan kegagalan fungsi dari sistem penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.8. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.8. Uraian Fungsi dan Kegagalan Fungsi Sistem No Fungsi No Deskripsi Fungsi No Kegagalan Fungsi Uraian Fungsi atau Kegagalan Fungsi 1 Proses Penghisapan Udara Vacuuming 1.1 Menghisap semua udara yang terdapat dalam bola lampu 1.1.1 Masih tersisa udara di dalam bola lampu 1.1.2 Gerakan perpindahan bola lampu tidak sesuai dengan timing penghisapan udara 1.2 Mengisi gas argon ke dalam bola lampu 1.2.1 Gas argon tidak terisi pada kadar yang sesuai 1.2.2 Gerakan perpindahan bola lampu tidak sesuai dengan timing pengisian argon 2 Proses Perekatan Sealing 2.1 Merekatkan tiang steam berfilamen dengan mangkuk bola lampu 2.1.1 Tiang steam berfilamen tidak terekat dengan mangkuk bola lampu 2.1.2 Pressing yang terlalu kuat sehingga menyebabkan patah tiang steam 2.1.3 Peletakkan tiang steam berfilamen dan mangkuk bola lampu yang tidak sesuai sehingga tiang tidak terekat dengan posisi yang pas pada angkuk bola lampu Berdasarkan Tabel deskripsi kegagalan dan Tabel SWBS maka dapat dibuat matriks kegagalan fungsi sistem yang dapat dilihat pada Tabel 5.9. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.9. Matriks Kegagalan Fungsi Sistem Mesin No. Kegagalan Fungsi 1.1.1 1.1.2 1.2.1 1.2.2

2.1.1 2.1.2

2.1.3 Vakum X X X X Sealing X X X

5.2.2.5. Penyusunan Failure Mode and Effect Analysis FMEA

Dari analisis FMEA, kita dapat memprediksi komponen mana yang yang sering rusak dan sejauh mana pengaruhnya terhadap fungsi sistem secara keseluruhan sehingga kita akan dapat memberikan perlakuan lebih terhadap komponen tersebut dengan tindakan pemeliharaan yang tepat. Hal utama dalam FMEA adalah Risk Priority Number RPN. RPN merupakan hasil perhitungan matematis dari keseriusan effect severity, kemungkinan terjadinya kegagalan yang berhubungan dengan effect occurrence, dan kemampuan untuk mendeteksi kegagalan sebelum terjadi detection. RPN dapat ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut : RPN = Severity x Occurrence x Detection Contoh pengisian Tabel FMEA atas permasalahan 1.1.1 yaitu masih terdapat udara di dalam bola lampu sebagai berikut : 1. Komponen part yang mungkin rusak yaitu karet vakum atau Rubber S-205 2. Mode kegagalan Failure Mode yang terjadi yaitu karet vakum tidak dapat menghambat udara Universitas Sumatera Utara