Pemberian 2,4-D pada konsentrasi 10
-7
– 10
-5
M tanpa sitokinin sangat efektif untuk induksi proliferasi kalus pada kebanyakan kultur Dodds Roberts,
1985. Menurut Gamborg et al., 1976, senyawa tersebut dapat menekan organogenesis dan sebaiknya tidak digunakan pada kultur yang melibatkan
inisiasi pucuk dan akar. Sementara itu, Pierik 1997 menganjurkan untuk membatasi penggunaan 2,4-D pada kultur in vitro karena 2,4-D dapat
meningkatkan peluang terjadinya mutasi genetik dan menghambat fotosintesis pada tanaman yang diregenerasikan.
2.5.2. Sitokinin
Sitokonin adalah senyawa yang dapat meningkatkan pembelahan sel pada jaringan tanaman serta mengatur pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sama
halnya dengan kinetin 6-furfurylaminopurine. Peranan auksin dan sitokinin sangat nyata dalam pengaturan pembelahan sel, pemanjangan sel, diferensiasi sel,
dan pembentukan organ Zulkarnain, 2009. Pemberian sitokinin ke dalam medium kultur jaringan penting untuk
menginduksi perkembangan dan pertumbuhan eksplan. Senyawa tersebut dapat meningkatkan pembelahan sel, proliferasi pucuk, dan morfogenesis pucuk Smith,
1992. Bahkan menurut George Sherrington 1984, apabila ketersediaan sitokinin di dalam medium kultur sangat terbatas maka pembelahan sel pada
jaringan yang dikulturkan akan terhambat. Akan tetapi, apabila jaringan tersebut disubkulturkan pada medium dengan kandungan sitokinin yang memadai maka
pembelahan sel akan berlangsung secara sinkron. Sitokinin yang paling banyak digunakan pada kultur in vitro adalah
kinetin, benziladenin BA atau BAP, dan zeatin. Zeatin adalah sitokinin yang disintesis secara alamiah, sedangkan kinetin dan BA adalah sitokinin sintetik
Zulkarnain, 2009. Menurut Torres 1989, menyatakan bahwa tipe morfogenesis pada kultur in vitro tergantung pada rasio serta kondisi auksin dan sitokinin.
Inisiasi akar, embriogenesis, dan induksi pembentukan kalus umumnya terjadi bila terdapat rasio yang tinggi antara auksin dan sitokinin sedangkan proliferasi
pucuk adventif dan pucuk aksilar apabila rasio tersebut rendah.
Universitas Sumatera Utara
Penambahan auksin atau sitokinin ke dalam media kultur dapat meningkatkan konsentrasi hormon endogen di dalam sel sehingga menjadi faktor
memicu dalam proses tumbuh dan perkembangan jaringan Poonsapaya et al., 1989. Pada penelitian Kumar et al., 2012, menyatakan induksi kalus Calamus
travancorius terbaik terdapat pada penambahan 2,4-D 10 mgL, NAA 4 mgL, dan IBA 5 mgL pada media MS. Sedangkan penelitian Aslam dan Khan 2009 pada
eksplan pucuk P h o e n i x d a c t y l i f e r a , menyatakan penambahan 2,4-D dengan konsentrasi 45,24 µM dapat memicu indusi kalus tertinggi. Dan
penambahan BAP 7,84 µM dapat memicu regenerasi tunas tertinggi.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN