pertumbuhan dan perkembangan embrio somatik, tetapi jika konsentrasi etilen terlalu tinggi dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan embrio yang
akhirnya dapat menyebabkan browning pada kultur kalus embriogenik. Kalus berwarna coklat mengalami peningkatan pada konsentrasi 2,4-D
475 µM. Konsentrasi 2,4-D yang ditambahkan ke dalam media tergolong tinggi untuk masa kultur yang panjang. Auksin 2,4-D memicu eksplan menghasilkan
senyawa fenol sebagai mekanisme pertahanan diri. Menurut Kardhinata 1999, kalus yang berwarna cokelat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan kalus
terhambat. Apabila kalus telah berubah menjadi coklat maka kalus tidak dapat melakukan aktivitas sehingga menyebabkan kematian. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh terhambatnya difusi nutrien, penguapan air yang mengakibatkan penimbunan metabolit yang bersifat racun bagi kalus dan nutrisi telah habis.
Wattimena 1988 menambahkan, sitokinin berperan dalam memperlambat proses senesen sel dengan menghambat perombakan butir-butir klorofil dalam protein
dalam sel.
4.5. Berat Basah Kalus
Pengamatan berat basah kalus dilakukan di akhir penelitian. Data pengamatan berat basah kalus bunga betina kelapa sawit dan tabel daftar sidik ragam dapat
dilihat pada Lampiran 6 halaman 35. Berdasarkan tabel sidik ragam tersebut, dapat dilihat bahwa perlakuan ZPT 2,4-D A memberikan pengaruh berbeda
sangat nyata sedangkan perlakuan BAP B maupun interaksi AxB memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata. Pengaruh rata-rata berat basah kalus pada
perlakuan kombinasi 2,4-D dan BAP dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Rata-rata Berat Basah Kalus g pada Perlakuan Kombinasi 2,4-D dan BAP
ZPT BAP
Rataan 2,4-D
B B
1
B
2
B
3
A -
- -
- -
A
1
0,299 0,372
0,393 0,384
0,362b
A
2
0,418 0,455
0,433 0,401
0,427c
A
3
0,260 0,269
0,283 0,264
0,269a
Rataan 0,326
0,365 0,370
0,350 Menurut Salisbury Ross 1995, menyatakan bahwa ZPT yang diberikan
dalam jumlah yang tepat dapat memberikan pengaruh terhadap berat kultur.
Universitas Sumatera Utara
Interaksi substansi pertumbuhan dan ZPT tersebut akan meningkatkan jumlah dan ukuran sel dalam jaringan tumbuhan tersebut. Auksin dan sitokinin yang
diberikan pada perbandingan yang tepat dapat menginisiasi pembelahan sel dan meningkatkan pertumbuhan sel. Hal ini terjadi pada perlakuan A
2
B
1
memiliki berat basah tertinggi dengan nilai 0,455 g, sedangkan berat basah terendah pada
perlakuan A
3
B dengan nilai 0,260 g. Hal ini menunjukkan bahwa pada kombinasi
A
2
B
1
merupakan kombinasi yang tepat dalam menginisiasi pembelahan sel dan meningkatkan pertumbuhan eksplan bunga betina kelapa sawit.
Pada perlakuan A
1
B , A
1
B
1,
A
1
B
2,
A
2
B , A
2
B
1,
dan A
2
B
2
terdapat peningkatan berat basah kalus. Berat basah kalus yang besar ini disebabkan
karena kandungan air yang tinggi. Berat basah yang dihasilkan sangat tergantung pada kecepatan sel-sel tersebut membelah diri, memperbanyak diri dan
dilanjutkan dengan pembesaran kalus. Menurut Gati Mariska 1992, bahwa aktivitas auksin dan sitonikin
dalam pembelahan sel dirangsang oleh adanya auksin. Perbedaan berat basah antar kalus disebabkan oleh perbedaan kemampuan tiap jaringan dalam
menyimpan air dan unsur hara meliputi difusi, osmosis, dan pengaturan tekanan turgor sel Sriyanti, 2000.
Perlakuan A
3
B memiliki berat basah yang rendah. Hal ini dikarenakan
terlalu tingginya konsentrasi 2,4-D menyebabkan kalus berubah warna menjadi coklat dan mengalami kematian. Kematian kalus dengan kondisi mencoklat atau
browning disebabkan oleh senyawa fenol yang dihasilkan eksplan mengalami oksidasi menyebabkan kematian. Hal ini sesuai dengan Daisy 1994, menyatakan
bahwa senyawa fenol akan teroksidasi membentuk quinon yang memiliki sifat racun terhadap sel-sel tanaman dan dapat menyebabkan kematian pada sel- sel
tanaman tersebut. George Sherrington 1984 menambahkan, pemakaian 2,4-D dalam konsentrasi tinggi dapat menghambat pertumbuhan bahkan mematikan sel
pada kalus maupun jaringan tanaman yang ditumbuhkan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN