BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Persentase Kultur yang Membentuk Kalus
Kalus  merupakan  sekumpulan  sel  yang  belum  berdiferensiasi  dan  tumbuh  dari proliferasi  sel-sel  yang tidak terorganisasi.  Kalus  terbentuk akibat pelukaan pada
permukaan  eksplan  dan  pengaruh  perlakuan  ZPT  yang  diberikan  pada  medium kultur  Zulkarnain,  2009.  Kalus  diinisiasi  secara  in  vitro  dengan  meletakkan
bagian  kecil  tanaman  eksplan  pada  medium  pertumbuhan  pada  kondisi  aseptik George  Sherington, 1984.
Gambar 4.1. Kalus bunga betina kelapa sawit dalam kultur in vitro: a. kalus; b. eksplan bunga betina kelapa sawit; c. media
Gambar  4.1.  dapat  dilihat  eksplan mengalami  pembengkakan.
Pembengkakan tersebut merupakan interaksi eksplan dengan media tumbuh, ZPT, dan lingkungan tumbuh. Kalus mulai terbentuk pada bagian bawah eksplan yang
bersentuhan  dengan  media.  Hal  ini  dipengaruhi  oleh  proses  pengambilan  nutrisi medium eksplan. Penyerapan unsur hara lebih baik karena terjadi kontak langsung
antara eksplan dan nutrisi media. Kalus muncul pada bagian yang terluka karena adanya rangsangan dari jaringan pada eksplan untuk menutupi luka. Hal ini sesuai
dengan pendapat Santoso 2001, kalus terbentuk pada tanaman yang mengalami pelukaan dan dapat pula terbentuk akibat tanaman mengalami stres.
Pengamatan kultur  yang  membentuk kalus dapat dilihat pada Lampiran  1 halaman  29.  Persentase  kultur  yang  membentuk  kalus  dari  semua  perlakuan
a b
c
Universitas Sumatera Utara
adalah 75 yaitu sebanyak 36 dari 48 botol perlakuan. Pengaruh perlakuan 2,4-D dan BAP terhadap persentase kultur yang hidup ditampilkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Persentase Kultur yang Membentuk Kalus ZPT
BAP Rataan
2,4-D B
B
1
B
2
B
3
A A
1
3 100
3 100
3 100
3 100
12 100
A
2
3 100
3 100
3 100
3 100
12 100
A
3
3 100
3 100
3 100
3 100
12 100
Rataan
9 75
9 75
9 75
9 75
36 75
Keterangan :  Konsentrasi A 0 µM, A
1
325 µM, A
2
400 µM, A
3
475 µM Konsentrasi B
0 µM, B
1
25 µM, B
2
50 µM, B
3
75 µM Berdasarkan  Tabel  4.1.  dapat  dilihat  bahwa  pada  perlakuan  tanpa  ZPT
2,4-D  A tidak  menunjukkan  adanya  pertumbuhan  kalus.  Sedangkan  pada
perlakuan  dengan  penambahan  2,4-D  menunjukkan  adanya  pertumbuhan  kultur menjadi  kalus  sebesar  100  pada  masing-masing  perlakuan.  Hal  ini  mungkin
disebabkan  kurangnya  hormon  auksin  endogen  yang  terkandung  dalam  eksplan tersebut  sehingga  membutuhkan  ZPT  auksin  yang  tinggi  untuk  merangsang
pembelahan sel menjadi kalus. Komponen  media  yang  mempengaruhi  proses  regenerasi  tanaman  secara
in  vitro  salah  satunya  adalah  komposisi  ZPT  Taji  et  al.  2002.  Morfogenesis kalus  tergantung  pada  keseimbangan  auksin  dan  sitokinin  di  dalam  media.
Interaksi  antara  ZPT  endogen  tanaman  dan  ZPT  eksogen  yang  diserap  dalam media dapat menentukan arah perkembangan kalus Asnawati et al. 2002.
Menurut  Pierik  1997,  sangat  sulit  untuk  menerapkan  teknik  kultur jaringan  pada  upaya  perbanyakan  tanaman  tanpa  melibatkan  ZPT.  Zat  pengatur
tumbuh 2,4-D efektif untuk memacu pembentukan kalus karena aktivitasnya yang kuat  untuk  memacu  proses  dediferensiasi  sel,  menekan  organogenesis  serta
menjaga pertumbuhan kalus Gati  Mariska, 1992.
Universitas Sumatera Utara
4.2 Waktu Pertumbuhan Kalus Bunga Betina Kelapa Sawit