80
BOK totalbulan = Rp. 10.013.652 bln BOK totalhari
= Rp. 330.120 hari Nilai BOK di atas adalah untuk 1 unit armada. Apabila angkutan ini dioperasikan
secara regular, maka diperlukan 20 armada. Nilai BOK Total untuk 20 armada sebesar Rp. 2.403.276.400,-
C. City Tour Alternatif II-A : Matahari Terbit – Kota
BOK totaltahun = BOK tetapth + BOK tidak tetapth
= Rp. 40.126.000 th + Rp. 79.634.890 th = Rp. 119.760.890 th
BOK totalbulan = Rp. 9.980.074 bln BOK totalhari
= Rp. 329.013 hari Nilai BOK di atas adalah untuk 1 unit armada. Apabila angkutan ini dioperasikan
secara regular, maka diperlukan 10 armada. Nilai BOK Total untuk 10 armada sebesar Rp. 1.197.608.900,-
D. City Tour Alternatif II-B : Matahari Terbit – Serangan
BOK totaltahun = BOK tetapth + BOK tidak tetapth
= Rp. 40.126.000 th + Rp. 77.036.680 th = Rp. 117.162.680 th
BOK totalbulan = Rp. 9.763.557 bln BOK totalhari
= Rp. 321.875 hari
Nilai BOK di atas adalah untuk 1 unit armada. Apabila angkutan ini dioperasikan secara regular, maka diperlukan 12 armada. Nilai BOK Total untuk 12 armada
sebesar Rp. 1.405.952,-
81
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Sesuai hasil review terhadap angkutan wisata di kota lainnya, seperti Jakarta, Bandung dan Solo, diperoleh bahwa angkutan wisata yang dikembangkan
haruslah unik dan menarik. Ketiga kota tersebut menggunakan bus tingkat wisata untuk wisata City Tour. Pengelolaannya harus bekerjasama dengan
instansi lain terkait, ASITA dan para pengelola hotel. 2. Potensi demand angkutan wisata di Kota Denpasar terutama adalah wisatawan
yang menginap di Denpasar sebanyak 480.124 orangth atau rata-rata 1.320 oranghari dengan tingkat pertumbuhan sebesar 6,5 per tahun.
3. Rute angkutan wisata dibagi atas 3 tiga bagian, yaitu shuttle bus yang khusus melayani di kawasan Sanur, City Tour 1 CT-2A melayani
pergerakan ke objek wisata di sekitar pusat Kota Denpasar dan City Tour 2 CT-2B melayani pergerakan ke bagian selatan Kota Denpasar hutan
mangrove dan Pulau Serangan. 4. Moda shuttle bus di Kawasan Sanur adalah dengan mobil penumpang umum
MPU kapasitas 8 orang yang dimodifikasi tempat duduknya kedepan dan tanpa pintu samping maupun jendela. Moda angkutan wisata untuk City Tour
1 CT-2A dapat menggunakan Bus Tingkat atau Micro Bus tanpa jendela. Moda angkutan wisata untuk City Tour 2 CT-2B menggunakan Micro Bus.
5. Shuttle bus di Kawasan Sanur dioperasikan selama 15 jam dari Pk. 09.00 –
21.00 Wita, panjang rute 12,26 km, headway 10 menit, waktu sirkulasi 48,47 menit, jumlah round trip 18 kali, kebutuhan armada 5 unit per sirkulasi. Untuk
82
City Tour, pelayanan dapat dilakukan sesuai pesanan atau secara reguler. Angkutan wisata City Tour 1 CT- 2A dioperasikan selama 9 jam dari Pk.
09.00 – 18.00 Wita, panjang rute 27,90 km, headway 10 menit, waktu
sirkulasi 102,46 menit, jumlah round trip 5 kali, kebutuhan armada 10 unit. Angkutan wisata City Tour 2 CT-2B dioperasikan dalam waktu yang sama
yaitu 9 jam. Panjang rute 32,91 km, waktu sirkulasi 120,91 menit, jumlah round trip 4 kali, kebutuhan armada 12 unit.
6. Nilai BOK untuk bus tingkat sebesar 0,9 miliar per bus per tahun. BOK untuk shuttle bus di Kawasan Sanur sebesar Rp. 104.202.440,-armadath untuk 10
armada sebesar Rp. 1.042.024.400,- per tahun. BOK untuk City Tour 1 CT- 2A sebesar Rp. 119.760.890,-armadath. BOK untuk City Tour 2 CT-2B
sebesar Rp. 117.162.680,-armadath. 7. Terdapat potensi hambatan pergerakan angkutan wisata dimana kinerja
sebagian ruas jalan yang dilalui nilai derajat kejenuhannya 0,85. Potensi tundaan dan antrian juga terjadi pada beberapa simpang seperti pada Simpang
Jl. Bypass Ngurah Rai – Jl. Hang Tuah, Simpang Jl. Bypass Ngurah Rai – Jl.
Waribang, Simpang Enam Teuku Umar, Simpang Jl. Raya Sesetan – Jl. Pulau
Saelus, serta Simpang Benoa.
5.2 Saran
Berdasarkan temuan studi ini, dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut: 1. Hal mendasar yang perlu diperhatikan sebelum mengimplementasikan
angkutan wisata adalah penyiapan dan penataan objek wisata agar dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung.
2. Pengelolaan angkutan wisata agar dikoordinasikan antar isntansi terkait dan dengan para pelaku pariwisata seperti pihak hotel maupun ASITA.