Pengertian Asuransi Jiwa. Kajian Umum Tentang Asuransi

2. Asuransi dalam jangka waktu tertentu, berupa transaksi yang mewajibkan kepada peserta untuk membayar sejumlah uang secara periodik kepada perusahaan asuransidan pihak perusahaan wajib membayar sejumlah uang kepada peserta jika tenggang waktunya telah datang dan peserta masih hidup. Peserta asuransi tidak mendapatkan uang ganti rugi jika ia meninggal sebelum tenggang waktu datang. 3. Asuransi yang sifatnya peserta menerima sejumlah uang dari pihak perusahaan asuransi pada waktu-waktu tertentu jika ia masih hidup atau diberikan kepada orang yang ditunjuk peserta atau ahli warisnya jika ia meninggal dunia. Dalam asuransi bentuk terakhir ini uang yang dibayarkan peserta secara periodik lebih besar daripada kedua bentuk asuransi sebelumnya. b. Asuransi kecelakaan apabila peserta menderita kecelakaan badan atau cacat tubuh.

3. Pengertian Asuransi Jiwa.

Asuransi jiwa pada hakekatnya adalah suatu pelimpahan resiko Risk Shifting atas kerugian kauangan Financial Loss oleh tertanggung kepada Penanggung. Resiko yang dilimpahkan kepada penanggung bukanlah resiko hilangnya jiwa seseorang, melainkan kerugian keuangan sebagai akibat hilangnya jiwa seseorang atau karena mencapai umur tua sehingga tidak produktif lagi. Dalam kehidupan, manusia mempunyai nilai sosial, agama, ekonomi dan lain- lain. a. Nilai hidup manusia dari segi sosial dan agama tidak dapat diukur tetapi dari segi ekonomi dapat diukur. b. Nilai ekonomi hidup manusia mempunyai relevansi dengan perasuransian jiwa. Yang paling berkepentingan dengan nilai ekonomi itu ialah manusia itu sendiri, istrisuami dan anak-anak atau sanak keluarganya. c. Nilai ekonomi hidup seorang kepala keluarga sama dengan kapasitas penghasilannya. Jika nilai ekonomi hidup seorang kepala keluarga hilang atau berkurang, maka sanak keluarganya atau yang berkepentingan langsung akan menderita kerugian. 38 Untuk lebih memahami, penulis perlu menukilkan beberapa pendapat tentang asuransi jiwa dan bagaimana ketentuan hukumnya. Poerwosoetjipto, dalam Hukum Asuransi Indonesia mendifinisikan asuransi jiwa sebagai berikut : “Perjanjian timbal balik antara penutup pengambil asuransi dengan penanggung, dengan mana penutup asuransi mengikatkan diri selama jalannya pertanggungan membayar uang premi kepada penanggung, sedangkan penanggung sebagai akibat langsung dari meninggalnya seseorang yang jiwanya dipertanggungkan atau telah lampaunya jangka waktu yang diperjanjikan, mengikatkan diri untuk membayar sejumlah uang tertentu kepada orang yang ditunjuk oleh penutup asuransi sebagai penikmatnya. 39 Sedang definisi yuridis tentang asuransi terdapat dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992, Tentang Usaha Perasuransian Pasal 1. Di dalam Pasal 1 angka 6 Undang-undang nomor 2 tahun 1992, kaitannya dengan asuransi jiwa disebutkan bahwa : “Perusahaan asuransi jiwa adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam penanggulangan resiko yang dikaitkan dengan hidup atau maninggalnya seseorang yang dipertanggungkan”. 38 Panduan Materi Pendidikan dan Latihan Agen Asuransi financial Advisor Syariah Bumiputera, Semarang, hlm. 4 39 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, cet. Keempat, Citra Aditya Bakti, Jakarta, 2006, hlm. 195. Dari pengertian diatas, maka obyek pertanggungan adalah jiwa, hal ini sesuai dengan bunyi Pasal 302 Kitab Undang-undang Hukum Dagang yang menyebutkan bahwa : “Jiwa seseorang dapat, guna keperluan yang berkepentingan, dipertanggungkan, baik untuk selama hidupnya, maupun untuk sesuatu yang ditetapkan dalam perjanjian” Sehingga secara yuridis, untuk sesuatu kepentingan, jiwa seseorang dapat dipertanggungkan, baik untuk selama hidupnya maupun untuk jangka waktu tertentu. Dari beberapa pengertian asuransi tersebut diatas, maka pada prinsipnya satu sama lain terdapat persamaan. Meskipun ada perbedaan dalam penyampaian akan tetapi kesemuannya tidak terlepas dari tiga unsur yang tercakup dalam asuransi jiwa, yaitu : a. Pihak yang mengikatkan diri untuk membayar premi pemegang polis. b. Pihak yang mengikatkan diri untuk membayar sejumlah uang penanggung. c. Pembayaran sejumlah uang yang digantungkan pada peristiwa tertentu meninggalnya tertanggung yang belum diketahui kapan terjadinya. Dengan ketiga unsur tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa asuransi jiwa adalah : “Perjanjian timbal balik antara penutup asuransi pemegang polis dengan penanggung, dengan mana pemegang polis mengikatkan diri untuk membayar premi kepada penanggung selama jalannya pertanggungan, sedang penanggung berkewajiban membayar sejumlah uang kepada ahli waris atau penerima faedah yang ditunjuk dalam polis, sebagai akibat jatuhnya peristiwa yang belum pasti, yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan”. Asuransi jiwa saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat data per akhir 2008 menunjukkan pendapatan premi enam kali lipat dibandingkan pendapatan tahun 2000. 40 Meskipun awalnya asuransi dilakukan dengan cara yang sangat sederhana, kini asuransi dilaksanakan dengan cara modern, hal ini karena perkembangan peradaban manusia dari tahun ketahun. Sebagai akibat semakin majunya peradaban manusia, maka bertambah pula keinginan manusia untuk mengadakan penjagaan-penjagaan terhadap harta, diri dan keluarganya guna menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul yang sulit diprediksikan. Menyadari adanya ancaman bahaya terhadap harta kekayaan miliknya atau terhadap jiwanya, jika bahaya tersebut menimpa hartanya atau jiwanya dia akan menderita kerugian atau kurban jiwa atau cacat raga yang akan mempengaruhi perjalanan hidupnya atau ahli warisnya. Sebagai pihak yang terancam bahaya merasa berat memikul beban resiko yang sewaktu-waktu dapat terjadi, maka untuk mengurangi atau menghilangkan beban resiko tersebut seseorang berusaha atau berupaya mencari jalan, kalau ada pihak lain yang bersedia atau sanggup mengambil alih beban resiko ancaman bahaya dan dia sanggup membayar kontra prestasi yang disebut premi. Sejak itu pulalah resiko beralih kepada penanggung. Apabila sampai jangka waktu tertentu ternyata tidak terjadi peristiwa yang merugikan, penanggung beruntung dapat memiliki dan menikmati premi yang telah diterimanya dari tertanggung. Lain halnya dengan pertanggungan jiwa, kalau sampai jangka waktu tertentu ternyata tidak terjadi kurban jiwa atau kematian atau kecelakaan yang menimpa tertanggung, maka tertanggung akan akan memperoleh pengembalian sejumlah uang dari penanggung sesuai dengan isi perjanjian. Premi yang dibayar tertanggung itu seolah-olah sebagai tabungan pada penanggung. 41 40 Harian Kompas, Edisi Senin 26 Oktober 2009 41 Abdul Kadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, Cet. Keempat, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hlm. 13 Asuransi kini telah ada dan terus berkembang bersamaan dengan tingkat kebutuhan dan buah peradaban manusia, diadakannya asuransi adalah guna mengatasi kesulitan dan memenuhi kebutuhan hakikinya, yaitu kebutuhan akan rasa aman dan terlindung dari kemungkinan-kemungkinan yang tidak pasti, selain juga untuk investasi.

4. Jenis-jenis Asuransi Jiwa.