Prinsip kerjasama merupakan prinsip universal yang selalu ada dalam leteratur ekonomi Islam. Manusia sebagai makhluk yang mendapat
mandat dari khaliknya untuk mewujudkan perdamaian dan kemakmuran dimuka bumi mempunyai dua wajah yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lainnya, yaitu sebagai mahluk individu dan sebagai mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial manusia tidak akan dapat hidup sendiri tanpa
adanya bantuan dari yang lain. Sebagai apresiasi dari posisinya sebagai mahluk sosial, nilai kerjasama adalah suatu norma yang tidak dapat
ditawar. Hanya dengan kerjasama antara sesama manusia baru dapat merealisasikan kedudukannya sebagai mahluk sosial.
Kerjasama dalam asuransi dapat berwujud dalam bentuk akad yang dijadikan acuan antara perusahaan dengan peserta nasabah yaitu
mudharabah atau musyarakah.
Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua orang atau lebih yang mengharuskan pemilik modal dalam hal ini peserta asuransi
menyerahkan sejumlah dana premi kepada perusahaan asuransi mudharib untuk dikelola. Dana yang terkumpul tersebut oleh perusahaan
asuransi diinvestasikan agar memperoleh keuntungan profit yang nantinya keuntungan tersebut akan dibagi antara perusahaan dan peserta
sesuai dengan kesepakatan sejak awal yang tertuang dalam polis
e. Prinsip saling melindungi penderitaan satu sama lain.
Yang berarti bahwa para peserta asuransi syariah akan berperan sebagai pelindung bagi peserta yang lainnya yang mengalami gangguan
keselamatan berupa musibah yang dideritanya, yaitu dengan cara memberikan dana tabarru atau kebajikan yang sudah diniatkan sejak awal.
f. Prinsip menghindari Unsur gharar, maysir dan riba.
69
Dalam Islam setiap kegiatan muamalah, termasuk asuransi tatacara dan operasinya harus berdasarkan pada Al Quran dan As Sunah. Prinsip-
prinsip tersebut tidak boleh dilanggar, oleh karenanya salah satu ketentuan Al Quran dan As Sunah yang menjadi landasan setiap kegiatan yang
bersifat muamalah harus menghilangkan unsur-unsur sebagai berikut yaitu : gharar, maysir, dan riba. Sebagai gantinya Islam selalu
menekankan bahwa setiap bentuk usaha dan investasi pada aspek keadilan, suka sa ma suka dan
kebersamaan dalam menghadapi setiap resiko.
1. Gharar
uncertainty atau ketidak pastian Artinya adanya ketidak pastian sumber dana yang dipakai untuk
membayar klaim dari pemegang polis asuransi Ada dua bentuk gharar dalam asuransi, dalam Wirdyaningsih, 2005 :
257 yaitu : a.
Bentuk akad syariah yang melandasi penetapan pola. Secara Konvensional kontrak atau perjanjian dalam asuransi jiwa dapat
dikatagorikan sebagai akad tabaduli atau akad pertukaran, pembayaran premi dengan uang pertanggungan. Secara harfiah
dalam akad pertukaran harus jelas berapa yang dibayarkan dan berapa yang diterima. Keadaan ini menjadi rancu gharar karena
kita tahu
berapa yang
akan diterima
sejumlah uang
pertanggungan tetapi tidak tahu berapa yang akan dibayarkan sejumlah seluruh premi karena hanya Allah yang tahu kapan
seseorang akan meninggal. Dalam konsep syariah, keadaan ini akan lain karena akad yang digunakan adalah akad takaful atau
69
Gemala Dewi, Aspek-aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasur ansian Syariah di Indonesia, ctk. Ketiga, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2006, hlm 148
tolong menolong dan saling menjamin, dimana semua peserta asuransi menjadi penolong dan penjamin satu sama lain.
b. Sumber dana pembayaran klaim dan keabsahan syar’i penerima
klain itu sendiri. Dalam konsep asuransi konvensional, peserta tidak mengetahui darimana dana pertanggungan yang diberikan
perusahaan asuransi berasal. Peserta hanya tahu jumlah pembayaran klaim yang akan diterimanya. Dalam konsep takaful,
setiap pembayaran premi sejak awal akan dibagi dua, satu masuk
ke rekening pemegang polis, dan satu lagi dimasukkan ke rekening khusus peserta yang harus diniatkan tabarru’ atau derma
untuk membantu saudaranya yang lain. Dengan kata lain, dana klaim dalam konsep takaful diambil dari dana tabarru’ yang
merupakan kumpulan dana shadaqah yang diberikan oleh para peserta asuransi.
2. Maysir
gambling. Artinya bahwa ada salah satu pihak yang mendapat untung,
namun di lain pihak justru mengalami kerugian. Unsur ini dalam asuransi konvensioanal terlihat apabila selama masa perjanjian peserta
tidak mengalami musibah atau kecelakaan, maka peserta tidak berhak mendapatkan apa-apa termasuk premi yang disetornya. Sedangkan,
keuntungan diperoleh ketika peserta yang belum lama menjadi anggota jumlah premi yang disetor masih sedikit justru menerima
dana pembayaran klaim yang jumlahnya jauh lebih besar. Dalam konsep takaful, apabila peserta tidak mengalami kecelakaan atau
musibah selama menjadi anggota peserta asuransi, maka ia tetap berhak mendapatkan premi yang disetor kecuali dana yang
dimasukkan ke dalam dana tabarru’ 3.
Riba.
Unsur riba tercermin dalam cara perusahaan asuransi konvensional melakukan usaha dan investasi, dimana perusahaan
asuransi meminjamkan dana premi yang terkumpul atas dasar bunga. Dalam konsep takaful dana premi yang terkumpul dinvestasikan
dengan prinsip bagi hasil, terutama mudharabah dan musyarakah.
70
g. Prinsip Amanah al-Amanah.