Latar Belakang Masalah. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Islam adalah agama Allah yang memberikan pedoman kepada umat manusia, yang menjamin akan mendatangkan kebahagiaan hidup perseorangan dan kelompok, jasmani dan rohani, material dan spiritual, di dunia kini dan akhirat kelak. 1 Islam diajarkan kepada umat manusia dengan perantaraan para rasul Allah silih berganti, sejak nabi Adam A.S hingga yang terakhir Nabi Muhammad SAW. memberikan pedoman hidup yang menyeluruh meliputi bidang akidah, ibadah, akhlak dan muamalah. Muamalat merupakan hal sangat penting dalam kehidupan manusia, sebab dengan muamalat, manusia dapat berhubungan satu sama lain yang akhirnya menimbulkan hak dan kewajiban. Asuransi sebagai perjanjian, dimana seorang penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu, merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Asuransi tidak dikenal pada masa awal Islam, akibatnya banyak para ulama terjadi perbedaan pendapat tentang asuransi, sebagian menganggap bahwa asuransi adalah boleh, sebagian lagi tidak membolehkannya dan bahkan sebagaian lagi mengambil jalan tengah yakni membolehkan asuransi, karena akad dalam asuransi dilakukan secara suka sama suka . alasan ini mengacu kepada salah satu prinsip akad dalam muamalah, bahwa 1 Ahmad Azhar Basyir, Garis Besar Sistem Ekonomi Islam, cet. Ketiga, BPFE-UGM, Yogyakarta, 1987, hlm. 1 akad dalam muamalah itu baru sah apabila dilakukan oleh pihak-pihak secara suka sama suka. 2 Perbedaan ini disebabkan karena mereka tidak mempunyai gambaran yang utuh tentang asuransi itu sendiri. Disamping itu para ulama juga tidak memahami secara utuh bagaimana konsep dan system operasional dan format kontrak- kontrak asuransi baik asuransi konvensional maupun asuransi syariah. 3 Kegiatan asuransi di Indonesia sudah lama dilakukan, namun asuransi yang berdasar hukum Islam belum lama berkembang. oleh karenanya kegiatanya masih berdasar peraturan perundang-undangan yang selama ini berlaku sepanjang peraturan mengenai asuransi syariah belum dibuat. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 1 menyebutkan bahwa : “Asuransi atau perasuransian adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang diperetanggungkan”. Sedang Dewan Syariah Nasional mendefinisikan Asuransi Syariah ta’min, takaful atau tadhamun adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diatara sejumlah orangpihak melalui investasi dalam bentuk aset danatau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad perikatan yang sesuai dengan syariah. 4 Dasar asuransi bukanlah ditiadakannya resiko atau kerugian, walaupun organisasi asuransi mungkin merasa beruntung untuk melakukan kegiatan ini 2 Yadi Janwari, Asuransi Syariah, Cet. Pertama, Pustaka Bani Quraisy, Bandung, 2005, hlm. 35 3 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Life and Gener al Konsep dan Sistem Operasional, Gema Insani, Jakarta , 2004, hlm. XVII. 4 Ahmad Kamil dan Fauzan, Kitab Undang-undang Hukum Perbankan dan Ekonomi Syariah, cet. Pertama, Kencana, Jakarta, 2007, hlm. 499 namun yang sesungguhnya adalah suatu kerugian kecil yang diketahui untuk sesuatu kerugian besar yang tidak pasti. 5 Hidup dan mati adalah takdir, seperti juga adanya musibah atau bencana adalah merupakan sunatullah. Asuransi tidak bermaksud mengingkari hal-hal tersebut, tetapi asuransi bermaksud memberi jaminan yang dapat mengurangi penderitaan nasabah jika hal tersebut benar-benar terjadi. Mengasuransikan sesuatu yang dimiliki, barang atau jiwa untuk mendapatkan jaminan adalah merupakan ikhtiar atau usaha untuk mendapatkan kesejahteraan hidup disamping tetap percaya pada takdir Allah, karena sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib seseorang sehingga seseorang tersebut mengubah keadaan mereka sendiri. Asuransi Bumi Putra Syariah, merupakan anak cabang dari Asuransi Bumi Putra, yang kegiatannya diantaranya adalah memasarkan asuransi pendidikan mitra iqra. Mitra Iqra sendiri merupakan produk dari asuransi jiwa yang dirancang untuk memprogram pendidikan anak secara syariah mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak sampai dengan anak menjadi Sarjana S1, sekaligus berfungsi untuk menata kesejahteraan keluarga agar kelak apabila orang tua meninggal tidak sampai kesejahteraan dan pendidikan anak terabaikan. Mitra iqra sendiri merupakan gabungan antara unsur tabungan dan unsur tolong menolong ta’awun. 6 Dalam menjalankan kegiatannya selain berdasar Undang-undang Nomor 2 tahun 1992, tentang usaha asuransi, yang sebenarnya kurang mengakomodasi asuransi syariah. Asuransi bumiputera syariah, juga menggunakan pedoman yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor : 21DSN-MUIX2001. Meskipun fatwa Majelis Ulama Indonesia tersebut tidak 5 Abdul Manan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta, hlm. 302 6 Bumiputra, 2009, Pemahaman Produk Asper Askum Syariah, Semarang : Kanwil Syariah, Hal. 27 diakui oleh sebagian kalangan, karena statusnya yang tidak jelas dari sudut kelembagaan Negara. 7 Dalam kegiatan asuransi pendidikan mitra iqra, pihak asuransi memberikan dana manfaat bagi pendidikan. Dimana pemegang polis berkewajiban membayar premi dan pihak perusahaan asuransi berkewajiban mengelola premi serta memberikan manfaat asuransi menurut ketentuan yang berlaku. Sehingga program asuransi pendidikan mitra iqra’ ini merupakan solusi bagi sebagian masyarakat yang ingin anak atau keluarganya lebih maju dalam pendidikan. Dengan mengikuti program pendidikan mitra iqra diharapkan kelangsungan pendidikan anak akan terjamin, ketika pihak peserta mencapai usia lanjut dan tidak lagi mampu memberi biaya pendidikan, atau pihak peserta meninggal sebelum anaknya menyelesaikan pendidikan. Pendidikan Mitra Iqra yang dibentuk pada tanggal 12 Maret 2003 dan dipasarkan bersamaan dengan berdirinya asuransi bumiputera syariah Surakarta pada tanggal 1 Januari 2007, sampai akhir tahun 2009 telah mempunyai nasabah sebanyak 749 nasabah, dan 288 nasabah diantaranya tidak melanjutkan atau berhenti membayar premi. Premi asuransi pendidikan mitra iqra yang dibayar oleh nasabah, selain masuk ke rekening tabungan, masuk ke rekening tabarru’ sebagai kumpulan dana yang diniatkan untuk tujuan tolong menolong sesama peserta asuransi bila terjadi musibah. Dari premi yang terkumpul tersebut oleh perusahaan asuransi bumiputera di investasikan atau di reasuransikan, dan hasil dari investasi tersebut keuntungan dibagi antara perusahaan dengan peserta asuransi dengan system pembagian bagi hasil mudharabah yaitu dengan pembagian 70 untuk peserta asuransi dan 30 untuk perusahaan asuransi bumiputera syariah. 7 Rifyal Ka’bah, Mimbar Hukum dan Peradilan, dalam Lembaga Fatwa di Indonesia dalam Kajian Politik Hukum, hlm. 65 Berangkat dari hal-hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk meneliti asuransi bumi putra syariah dengan judul “PELAKSANAAN ASURANSI PENDIDIKAN MITRA IQRA DI ASURANSI BUMIPUTRA SYARIAH SURAKARTA” B. Rumusan Masalah.. Dari latar belakang masalah tersebut diatas, maka permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan asuransi pendidikan Mitra Iqra di Asuransi Bumiputra Syariah Surakarta, apakah telah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, sebagaimana diatur dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional dan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah ? 2. Mengapa tidak sesuai dengan fatwa Dewan Syariah dan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah ? 3. Hambatan atau kedepan seharusnya bagaimana ?

C. Tujuan Penelitian.