Landasan Operasional Asuransi Syariah.

Unsur riba tercermin dalam cara perusahaan asuransi konvensional melakukan usaha dan investasi, dimana perusahaan asuransi meminjamkan dana premi yang terkumpul atas dasar bunga. Dalam konsep takaful dana premi yang terkumpul dinvestasikan dengan prinsip bagi hasil, terutama mudharabah dan musyarakah. 70

g. Prinsip Amanah al-Amanah.

Didalam asuransi, amanah sangat menentukan untuk terwujudnya nilai-nilai akuntabilitas pertanggung jawaban yaitu peserta asuransi dan perusahaan asuransi harus saling memberikan informasi yang benar dan tidak memanipulasi data. 71 Dalam perusahaan asuransi amanah dapat terwujud dalam nilai- nilai akuntabilitas pertanggungjawaban perusahaan melalui penyajian laporan keuangan tiap periode. Dalam hal ini pihak perusahaan asuransi harus memberi kesempatan kepada peserta untuk mengakses laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi harus mencerminkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan dalam bermuamalah. Prinsip amanah juga harus berlaku pada diri peserta asuransi. Seseorang yang menjadi anggota asuransi wajib menyampaikan informasi yang benar berkaitan dengan pembayaran dana iuran premi dan tidak memanipulasi kerugian yang menimpa dirinya. Jika peserta asuransi tidak memberikan informasi yang benar dan memanipulasi data kerugian yang menimpa dirinya, berarti peserta tersebut tidak amanah.

5. Landasan Operasional Asuransi Syariah.

70 Ibid, hlm. 150 71 Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Life and General Konsep dan Sistem Operasional, ctk. Pertama, Gema Insani, Jakarta, 2004, hlm. 738 Keberadaan asuransi syariah di Indonesia secara konstitusional belum begitu kuat. Hal ini terlihat dengan belum adanya peraturan setingkat undang- undang yang secara khusus mengatur tentang asuransi syariah di Indonesia. Secara struktural, landasan operasional asuransi syariah masih menginduk kepada peraturan yang mengatur usaha perasuransian secara umum konvensional yaitu Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian. Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian, Dan baru ada peraturan yang secara tegas menjelaskan asuransi syariah pada Surat keputusan Dirjen Lembaga Keuangan No. Kep. 4499LK2000, tentang Jenis, Penilaian dan Pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dengan system Syariah. Untuk mengantisipasi hal tersebut diatas, Majelis Ulama Indonesia MUI dengan Dewan Syariah Nasional DSN telah mengeluarkan fatwa dengan Nomor : 21DSN-MUIX2001 Tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah yang secara umum memberikan penjelasan sebagai berikut : 1. Asuransi syariah ta’min, takaful atau tadhamun adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orangpihak melalui investasi dalam bentuk asset dan atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad perikatan yang sesuai dengan syariah. 2. Akad yang sesuai dengan syariah yang dimaksud pada poin 1 adalah yang tidak mengandung gharar penipuan maysir perjudian, riba, dzulum penganiayaan, riswah suap, barang haram, dan maksiat. 3. Akad tijarah adalah semua bentuk akad yang dilakukan untuk tujuan komersial. 4. Akad tabarru’ adalah semua bentuk akad yang dilakukan dengan tujuan kebajikan dan tolong menolong, bukan semata untuk tujuan komersial. 5. Premi adalah kewajiban peserta asuransi untuk memberikan sejumlah dana kepada perusahaan asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad. 6. Klaim adalah hak peserta asuransi yang wajib diberikan oleh perusahaan asuransi sesuai dengan dalam akad. 72 D. Pengertian Hukum Ekonomi Syariah. Hukum secara sederhana adalah merupakan pola-pola perilaku sosial yang terlembagakan, eksis sebagai variabel sosial yang empirik; atau hukum adalah manifestasi makna-makna simbolik para perilaku sosial sebagai tampak dalam interaksi antar mereka. 73 Sedang Ekonomi Syariah adalah suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh orang perorang, kelompok orang, badan usaha yang berbadan hukum atau tidak berbadan hukum dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat komersial dan yang tidak komersial menurut prinsip syariah. 74 Sedang prinsip-prinsip syariah, adalah prinsip-prinsip sebagaimana yang dimaksud Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia Nomor 21DSN-MUIX2001, dalam Ketentuan Umum angka 2 yaitu bahwa akad yang sesuai dengan prinsip syariah adalah akad yang tidak mengandung Gharar ketidakjelasan, maysir perjudian, riba, dzulum penganiayaan risywah suap, barang haram dan maksiat. 75 Meskipun fatwa Majelis Ulama Indonesia tidak diakui oleh sebagian kalangan karena statusnya yang belum jelas dari sudut kelembagaan Negara, namun kenyataannya sampai saat ini fatwa tersebut masih merupakan satu- 72 Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 21DSN-MUIX2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah 73 Setiono, Pemahaman terhadap Metodologi Penelitian Hukum, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2005, hlm. 21 74 Mahkamah Agung RI, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, Jakarta. 2008, hlm. 1 75 Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia tentang Asuransi Syariah, hlm. 127 satunya sumber hukum untuk masalah ekonomi syariah di Indonesia. 76 Meskipun Dewan Perwakilan Rakyat DPR dan Pemerintah telah melahirkan Undang- undang Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah dan Undang- undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, tetapi substansi hukum ekonomi syariah masih belum tersedia dalam bentuk undang-undang sebagian fatwa ini telah dipositifkan melalui Peraturan Bank Indonesia dan Surat Edaran Bank Indonesia Dan yang dimaksud dengan Hukum Ekonomi Syariah adalah Buku Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah KHES yang ditetapkan oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia untuk keperluan intern di lingkungan Peradilan Agama dalam rangka penyelesaian sengketa ekonomi syariah, yang menjadi lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Mahkamah Agung Nomor 02 tahun 2008, tanggal 1 September 2008. yang secara sistematis memuat prinsip-prinsip syariah dari ekonomi syariah yang terbagi dalam 4 buku masing-masing : 1. Tentang Subyek Hukum dan Amwal yang terdiri atas 3 bab pasal 1-19. 2. Tentang Akad yang terdiri atas 29 bab pasal 20-673. 3. Tentang Zakat dan Hibah yang terdiri atas 4 bab pasal 674-734, dan 4. Tentang Akuntansi Syariah yang terdiri atas 7 bab pasal 735-796. Dalam pengertian hukum, Kompilasi tidak lain adalah sebuah “buku hukum” atau “buku kumpulan” yang memuat uraian atau bahan hukum tertentu, pendapat hukum atau juga aturan hukum. 77 Sehingga ketika bicara Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah maka Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah tersebut harus dinilai sebagai sebuah buku hukum. 78 Dan ketika bicara prinsip-prinsip syariah dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah adalah prinsip-prinsip syariah 76 Rifyal Ka’bah, Mimbar Hukum dan Peradilan, Pusat Pengembangan Hukum Islam dan Masyarakat Madani PPHIM, hlm.65 77 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Pedoman Hakim Agama dalam Menyelesaikan Sengketa Ekonomi Syariah , Mahkamah Agung RI, Jakarta, 2008, hlm. 1 78 Ibid , hlm. 2 sebagaimana dimaksud dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 21DSN- MUIX2001 Tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah.

E. Kerangka Pemikiran.

Asuransi adalah salah satu praktek muamalah yang tidak dikenal pada jaman Nabi Muhammad SAW, sehingga dasar hukumnya secara tekstual tidak ditemukan dalam Al-Quran dan Al-Hadits. Untuk menemukan dasar hukum asuransi tersebut para ulama berijtihad sendiri dengan berdasar pada Ma qashid al-syar’iah . Keberadaan asuransi yang bersifat Ijtihadi ini mengakibatkan perbedaan pendapat diantara para ulama tentang dasar hukumnya. Sebagaian ulama ada yang membolehkan, namun sebagian ada yang mengharamkan dan sebagaian lagi ada yang mengambil jalan tangah. Yakni membolehkan asuransi yang bersifat sosial dan mengharamkan asuransi yang bersifat komersial. 79 Asuransi Bumiputera Syariah, adalah sebuah perusahaan anak cabang dari AJB Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 yang didalamnya terdapat program ungggulan yang ditawarkan kepada masyarakat berupa Asuransi Pendidikan Mitra Iqra’. Asuransi Pendidikan Mitra Iqra di Asuransi Bumiputera syariah yang dalam perjanjiannya harus tunduk pada prinsip-prinsip asuransi syariah yang mendasarinya, diantaranya adalah tidak mengandung unsur gharar ketidak jelasan, maysir perjudian, riba, zhulm penganiayaan, risywah suap, barang haram dan maksiat, diharapkan prinsip-prinsip tersebut dimengerti, dipahami serta diterapkan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak asuransi, sehingga tujuan ikut program asuransi Pendidikan Mitra Iqra akan tercapai yaitu pendidikan tercapai dan lebih sejahtera lahir dan batin. Dengan prinsip-prinsip tersebut diatas, asuransi Bumiputera syariah program pendidikan Mitra Iqra Surakarta dengan premi yang terdiri dari premi 79 Hamzah Yaqub, Kode Etik Dagang menurut Islam, CV. Diponegoro, Bandung, 1984, hlm. 293