Keberhasilan Implementasi Kebijakan Kegagalan Implementasi Kebijakan Prospek untuk Memperbaiki Implementasi

b Informasi Informasi merupakan sumber penting yang kedua dalam implementasi kebijakan. Informasi mengenai program – program adalah penting terutama bagi kebijakan – kebijakan yang melibatkan persoalan – persoalan teknis. c Wewenang Sumber lain yang penting dalam pelaksanaan adalah wewenang. Wewenang ini akan berbeda – beda dari satu program ke program yang lain serta mempunyai banyak bentuk yang berbeda. d Fasilitas – fasilitas Fasilitas mungkin pula merupakan sumber – sumber penting dalam implementasi. Seorang pelaksana mungkin mempunyai staf yang memadai, mungkin memahami apa yang harus dilakukan, dan mungkin mempunyai wewenang untuk melakukan tugasnya tetapi tanpa bangunan sebagai kantor untuk melakukan koordinasi, tanpa perbekalan maka besar kemungkinan implementasi yang direncanakan tidak akan berhasil.

2.2.1.5 Keberhasilan Implementasi Kebijakan

Menurut Rippley dan Franklin dalam Tangkilisan 2003 : 21 menyatakan keberhasilan implementasi kebijakan program dan ditinjau dari tiga faktor, yaitu : 1 Perspektif kepatuhan yang mengukur implementasi kebutuhan aparatur pelaksana. 2 Keberhasilan implementasi diukur dari kelancaran rutinitas dan tiadanya persoalan. 3 Implementasi yang berhasil mengarah pada kinerja yang memuaskan semua pihak terutama kelompok penerima manfaat yang diharapkan.

2.2.1.6 Kegagalan Implementasi Kebijakan

Menurut Peters dalam Tangkilisan 2003 : 22 mengatakan implementasi kebijakan yang gagal disebabkan beberapa faktor yaitu : 1. Informasi Kekurangan informasi dengan mudah mengakibatkan gambaran yang kurang tepat baik kepada obyek kebijakan maupun kepada para pelaksana dari kebijakan yang akan dilaksanakannya dan hasil – hasil dari kebijakan itu. 2. Isi kebijakan Implementasi kebijkan dapat gagal karena masih samarnyqa isi atau kebijakan atau ketidaktepatan dan ketidaktegasan intern ataupun ekstern atau kebijakan itu sendiri, menunjukkan adanya kekurangan yang menyangkut sumber daya pembantu. 3. Dukungan Implementasi kebijakan akan sangat sulit bila pelaksanaannya tidak cukup dukungan untuk kebijakan tersebut. 4. Pembagian potensi Hal ini terkait dengan pembagian potensi diantaranya para aktor implementasi dan juga mengenal organisasi pelaksana dalam kaitannya dengan diferensiasi tugas dan wewenang.

2.2.1.7 Prospek untuk Memperbaiki Implementasi

Menurut Winarno 2002 : 162 untuk memperbaiki implementasi kebijakan maka ada beberapa langkah yang dapat dilakukan : a Didalam mengusulkan langkah – langkah perbaikan harus dipahami terlebih dahulu hambatan – hambatan yang muncul dalam proses implementasi kebijakan dan mengapa hambatan timbul. b Perlu mengubah keadaan – keadaan yang menghasilkan faktor penghambat tersebut. 2.2.2 Evaluasi Kebijakan 2.2.2.1 Pengertian Evaluasi Kebijakan Menurut Winarno 2004 : 165, evaluasi kebijakan adalah kegiatan yang bertujuan untuk menilai manfaat suatu kebijakan. Sedangkan Jones dalam Tangkilisan 2003 : 25, mengatakan bahwa evaluasi kebijakan adalah peninjauan ulang untuk mendapatkan perbaikan dari dampak yang tidak diinginkan Senada dengan yang diungkapkan oleh Winarno, Moshoed 2004 : 91, mengatakan bahwa evaluasi kebijakan adalah suatu proses untuk menilai seberapa jauh suatu kebijakan publik dapat membuahkan hasil. Dengan disimpulkan dari pengertian-pengertian diatas bahwa evaluasi kebijakan adalah kegiatan yang bertujuan untuk menilai apakah siatu kebijakan berhasil mencapai tujuanya dan seberapa besar dampak yang ditimbulkan akibat implementasi kebijakan tersebut.

2.2.2.2 Tipe – Tipe Evaluasi Kebijakan

Menurut Heath dalam Tangkilisan 2003 : 27, membedakan tipe evaluasi kebijakan publik atas 3 tiga tipe yaitu:

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI PERDA KOTA PADANG PANJANG NO 8 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN TANPA ASAP ROKOK DAN KAWASAN TERTIB ROKOK (Studi Pada Kawasan Tanpa Asap Rokok di RSUD Kota Padang Panjang).

0 0 28

IMPLEMENTASI PERDA KOTA PADANG PANJANG NO 8 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN TANPA ASAP ROKOK DAN KAWASAN TERTIB ROKOK (Studi Pada Kawasan Tanpa Asap Rokok di RSUD Kota Padang Panjang).

0 0 16

TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MEWUJUDKAN KAWASAN TANPA ROKOK DI UPN “VETERAN” JAWA TIMUR.

1 10 106

SIKAP PEGAWAI PEMERINTAH KOTA SURABAYA TENTANG PEMBERITAAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NO. 5 TAHUN 2008 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK (KTM) PADA HARIAN SURAT KABAR JAWA POS ( Studi Deskriptif Kuantitatif tentang sikap P

0 0 129

Sikap Mahasiswa UPN Veteran Jatim Pasca Pemberitaan Perda Anti rokok No 5 Mengenai Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok Di Surat Kabar (Studi Deskriptif Sikap Mahasiswa UPN Veteran Jatim Pasca Pemberitaan Perda Anti rokok No 5 Mengenai Kawasan

0 2 80

PERDA KAWASAN TANPA ROKOK

0 0 9

PERDA NO 9 TAHUN 2010 TENTANG KAWASAN TANPA ASAP ROKOK

0 0 15

IMPLEMENTASI PERDA KOTA SURABAYA NO 5 TAHUN 2008 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK ( Studi tentang KawasanTanpa Rokok di Kampus UPN “ veteran “ Jawa Timur ) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

0 0 8

Sikap Mahasiswa UPN Veteran Jatim Pasca Pemberitaan Perda Anti rokok No 5 Mengenai Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok Di Surat Kabar (Studi Deskriptif Sikap Mahasiswa UPN Veteran Jatim Pasca Pemberitaan Perda Anti rokok No 5 Mengenai Kawasan

0 0 19

SIKAP PEGAWAI PEMERINTAH KOTA SURABAYA TENTANG PEMBERITAAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NO. 5 TAHUN 2008 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK (KTM) PADA HARIAN SURAT KABAR JAWA POS ( Studi Deskriptif Kuantitatif tentang sikap P

0 0 33