IMPLEMENTASI PERDA KOTA SURABAYA NO 5 TAHUN 2008 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DAN TERBATAS MEROKOK ( Studi tentang kawasan tanpa rokok di kampus UPN “ Veteran “ Jawa Timur ).

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pada FISIP UPN ” Veteran ” Jawa Timur

OLEH : SYAHRUL MUBIN

NPM:0541010053

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

SURABAYA 2010


(2)

Penelitian ini didasarkan pada fenomena banyaknya pelanggaran terhadap aturan ini baik berupa aktivitas merokok, iklan rokok juga penjualan produk rokok. Dari hasil observasi penulis yang di dokumentasikan dalam bentuk foto dan video pelanggaran yang paling banyak adalah aktivitas merokok baik yang dilakukan oleh oknum mahasiswa maupun pegawai universitas sendiri. Bahkan penulis juga menemukan adanya penjualan produk rokok di dalam gedung rektorat. Maka tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui dan mendiskripsikan pelaksanaan kebijakan kampus sebagai kawasan tanpa rokok dan terbatas merokok di kampus “ Veteran “ Jawa Timur apakah sesuai dengan yang dimanahkan dalam perda kota Surabaya no 5 tahun 2008. Dalam hal ini pimpinan / penanggung jawab kawasan memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan terlaksananya kebijakan ini dengan baik. Pimpinan / penanggung jawab kawasan perlu memperhatikan secara serius terhadap fenomena yang terjadi dilapangan. Di dalam perda no 5 tahun 20008 dan juga di perjelas dengan peraturan wali kota no 25 tahun 2009 telah dijabarkan tentang hal apa saja yang dilarang di dalam kawasan tanpa rokok, selain itu juga diatur wewenang dan tanggung jawab pimpinan / penanggunng jawab kawasan terkait dengan pelaksananaan kebijakan ini. Akan tetapi yang terjadi di lapangan adalah pelanggaran – pelanggaran yang masih banyak terjadi. Berdasarkan hal – hal diatas maka dibuatlah rumusan masalah penelitian “ Bagaimanakan implementasi perda no 5 tahun 2008 tentang kawasan tanpa rokok dan terbatas merokok di kampus UPN “ Veteran “ Jawa Timur ?

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian diskriftif melalui pendekatan kualitatif. Dengan fokus penelitian tiga hal yaitu : pertama, sosialisasi : memasang tanda larangan merokok , melakukan penyuluhan/kampanye tentang bahaya rokok. Kedua Tindakan / sanksi : menegur pelaku pelanggaran, mengusir pelaku keluar area kampus, memberikan sanksi administrative. Ketiga, hambatan / kendala yang dihadapi dalam pelaksanaannya. Penelitian ini dilakukan di UPN “ Veteran “ Jawa Timur. Sumber dan jenis data dalam peneletian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data di lakukan reduksi data, display data, instrument penelitian ini adalah pedoman wawancara, cacatan dilapangan dan koneksi internet.

Kesimpulan yang di dapat dari penelitian ini adalah yang pertama sosialisasi, yang merupakan upaya untuk memberikan informasi ke kelompok sasaran tentang diterapkannya aturan ini sudah sesuai dengan perda no 5 tahun 2008 namun masih belum optimal. Yang kedua sanksi, adalah upaya untuk menegakkan sebuah aturan untuk dipatuhi dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan perda no 5 tahun 2008. yang ketiga Hambatan dengan mengenal lebih dalam tentang hal apa saja yang menjadi kendala diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi untuk menyusun perbaikan – perbaikan.


(3)

1.1. Latar Belakang

Sebagai sebuah negara yang besar, Indonesia memiliki kondisi sosial masyarakat yang heterogen sudah barang tentu harus ada rambu – rambu yang mampu mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara agar tidak terjadi gesekan antar kelompok dan saling merugikan satu sama lain. Sebuah negara demokrasi harus dikelola dengan peraturan dan perundang - undangan untuk menjaga keharmonisan dan kestabilan nasional. hal ini juga sering kita kenal dengan kebijakan publik yaitu suatu tindakan yang akan dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi sesuatu masalah.

Ruang lingkup kebijakan publik hampir tanpa batas, seluas kompleksitas publik itu sendiri. Suatu masalah yang tidak dirasakan oleh kelompok publik tertentu, bisa jadi merupakan problematika luar biasa besarnya bagi kelompok publik lainnya. Rokok merupakan salah satu contohnya. Karena sifat publik yang kompleks inilah maka proses maupun analisis terhadap kebijakan publik memerlukan pendekatan multi-disiplin. Untuk mengatasi permasalahan bahaya rokok bagi masyarakat tidak hanya menjadi tugas dinas kesehatan saja tapi juga memerlukan campur tangan dari lembaga pendidikan, penegak hukum, LSM dan kelompok kepentingan lainnya. Namun itu semua masih belum cukup masih butuh seorang ahli kebijakan publik untuk meramu semua unsur - unsur yang ada agar bisa bersinergi.

Masalah tentang rokok merupakan sebuah dilema bagi Pemerintah. Pemerintah berupaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dengan membuat aturan


(4)

orang yang mengantungkan hidupnya pada industri rokok. Kita tahu bahwa industri rokok menyerap begitu banyak tenaga kerja yang mayoritas adalah para wanita yang tidak lain yaitu untuk membantu perekonomian keluarga selain itu juga ada petani tembakau yang akan dirugikan apabila industri rokok ditutup. Apalagi beberapa waktu yang lalu salah satu ormas islam mengharamkan produk rokok, positif memang namun masih dilematis.

Pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat namun juga harus memperhatikan kesejahteraan para buruh pabrik rokok dan petani tembakau. Oleh karena itu sebagai jalan keluar maka pada tahun 2008 Pemerintah Kota Surabaya telah mengeluarkan Perda No 5 tahun 2008 tentang kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas merokok. Perda ini tidak bermaksud melarang orang untuk merokok hanya saja mengatur supaya orang tidak merokok di sembarang tempat. Apabila berada ditempat umum atau tempat kerja yang termasuk kawasan terbatas merokok, maka seseorang dapat merokok asalkan di tempat khusus merokok yang telah disediakan. Penyediaan tempat khusus morokok wajib dilakukan oleh pimpinan atau penanggung jawab kawasan tersebut.

Rokok adalah salah satu barang yang sangat berbahaya bagi kesehatan, tetapi banyak orang yang tidak menyadarinya sehingga setiap hari merokok. ”Padahal dalam sebatang rokok terdapat 4000 bahan kimia, 400 diantaranya bahan beracun dan 40 bahan karsinogenik (bahan penyebab Kanker, Red),” jelas Prof. Dr. dr. H.J. Mukono MS. MPH ketika memberikan materi mengenai Dampak Rokok dalam sosialisasi Peraturan Daerah


(5)

International Labour Organitation ( ILO ) memperkirakan sedikitnya 200.000 kematian pekerja per tahun karena paparan AROL di tempat kerja. Sekitar 800.000 orang meninggal di 25 negara-negara Uni Eropa tahun 2002 karena paparan asap rokok orang lain. Global Youth Survey pada anak usia sekolah 13-15 tahun (1999-2006)% menunjukan 81% anak sekolah terpapar asap rokok ditempat umum. Rata-rata dunia hanya 56 %. Lebih dari 150 juta Penduduk Indonesia terpapar AROL di rumah, di perkantoran, di tempat umum, di kendaraan umum. ( Universitas Mercu Buana News.com 16 juni 2009 )

Tujuan dari Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008 tentang kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas merokok adalah untuk melindungi kesehatan dari bahaya akibat merokok, membudayakan hidup sehat, menekan perokok pemula dan yang terpenting untuk melindungi perokok pasif dari resiko yang bisa ditanggungnya akibat perbuatan orang lain ( perokok aktif ). Perda ini juga mengatur tentang lokasi atau tempat – tempat yang dilarang melakukan aktivitas merokok, mempromosikan dan menjual propduk rokok.

Sebelum mengulas lebih dalam tentang Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008 tentang kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas merokok ini maka penulis akan menjelaskan secara singkat tentang maksud dari kawasan tanpa rokok. Kawasan tanpa rokok tidak bermaksud melarang orang untuk merokok tertapi hanya untuk mengatur para perokok untuk melindungi kesehatan masyarakat ( perokok pasif ). Seperti yang di jelaskan dalam pasal 1 poin 9 “ kawasan tanpa rokok adalah area yang di nyatakan


(6)

hanya boleh dilakukan di tempat khusus.

Adapun yang termasuk ke dalam kawasan tanpa rokok seperti yang tersurat pada pasal 2 adalah sarana kesehatan, tempat proses belajar mengajar, arena kegiatan anak, tempata ibadah, dan angkutan umum.

Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur sebagai salah satu perguruan tinggi di Kota Surabaya merupakan tempat para calon sarjana dan pasca sarja dalam menuntut ilmu, sudah barang tentu kampus merupakan kawasan dimana proses belajar mengajar dilakukan, dapat disimpulkan bahwa semua kampus terikat oleh ketentuan Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008. Sebagai sebuah lembaga pendidikan yang akan mencetak para calon pembuat kebijakan tentunya sudah barang tentu menjadi sebuah kewajiban moral bagi semua stake holder untuk memberikan contoh yang baik kepada masyarakat dalam hal mematuhi aturan terkait kawasan tanpa rokok yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Surabaya. Oleh karena itu beberapa bulan yang lalu pihak universitas sudah melakukan sosialisasi mengenai aturan baru bagi para perokok aktif dengan memasang spanduk di depan Giriloka dan pintu masuk fakultas ekonomi serta memasang tanda dilarang merokok di setiap gedung kampus masing – masing fakultas yang ada.

Meskipun sudah berjalan sekitar 3 bulan lebih tapi penulis masih saja menemukan tindakan pelanggaran oleh beberapa oknum mahasiswa dan oknum pegawai universitas baik dosen maupun staff adminstrasi yang dengan sengaja merokok dilingkungan kampus meskipun sudah terpampang dengan jelas tanda dilarang merokok ( sumber : hasil


(7)

menimbulkan pertanyaan, mengapa dengan begitu gampangnya terjadi pelanggaran terhadap sebuah aturan padahal kampus adalah lingkungan para orang – orang terdidik. Dengan adanya perda ini tidak hanya perokok pasif yang diuntungkan tetapi para perokok aktif dapat mengurangi intensitas merokok mereka sehingga juga akan berdampak positif untuk kesehatan mereka.

Selain berupa pelanggaran diatas penulis juga menemukan adanya pelanggaran berupa penjualan produk rokok masih bisa dengan mudah ditemukan di kantin kampus. Selain itu iklan rokok juga masih banyak terpampang di dalam lingkungan kampus. Kesimpulan sementara bahwa tingkat pelanggaran terhadap aturan baru ini masih sangat tinggi. Namun perlu dilakukan kajian lebih mendalam tentang penomena ini, sehingga penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul “ Implementasi Perda kota Surabaya no 5 tahun 2008 tentang kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas merokok ( studi tentang kawasan tapa rokok di Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur “.

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

“ Bagaimanakah Implementasi Perda Kota Surabaya No 5 tahun 2008 tentang kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas merokok ( studi tentang kawasan tanpa rokok di kampus UPN “ veteran “ Jawa Timur ) ?


(8)

jelas terhadap implementasi Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008 tentang kawasan tanpa rokok di kampuns UPN “ veteran “ Jawa Timur melalui analisa dan telaah data dan informasi yang di peroleh di lapangan, adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui bagaimana implementasi Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008 tentang kawasan tanpa rokok dan terbatas merokok ( studi kasus di kampus UPN “ veteran “ Jawa Timur )

1.4 kegunaan Penelitian

Adapun yang menjadi kegunaan penelitian ini adalah : 1. Bagi penulis

Memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan tentang implementasi sebuah kebijakan dan diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan penulis dalam aplikasi dan teori sebuah kebijakan. Sehingga bisa menjadi bekal kelak saat penulis terjun ke dunia kerja.

2. Bagi instansi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan terkait topik penelitian penulis dan merupakan sumbangan pemikiran bagi kampus UPN Veteran Jawa Timur sebagai wujud terima kasih penulis atas transfer ilmu selama menempuh pendidikan sarjana. 3. Bagi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Diharapkan bisa menambah perbendaharaan referensi kepustakaan bagi mahasiswa yang mengkaji tentang implementasi sebuah kebijakan.


(9)

2.1 Penelitian Terdahulu

1. Penelitian yang dilakukan oleh L. Iwan Juhandi, mahasiswa jurusan administrasi Negara fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “ veteran “ Jawa Timur yang berjudul “ Implementasi Perda kabupaten lombok timur no 6 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Desa “. penelitian ini menggunakan metode penelitian diskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Dimana sumber datanya berasal dari informan yang ditentukan dengan teknik snow ball dengan informan kunci ( key Person ) adalah ketua BPD. Dimana analisa datanya menggunakan analisis kualitatif yakni meliputi reduksi data, menyajikan data, menarik kesimpulan. Dengan teknik keabsahan datanya meliputi derajat kepecayaan, keteralihan, kebergantungan dan ketidakpastian.

Dengan focus penelitian yaitu ( 1 ) peran BPD dalam mengayomi adat istiadat dan kearifan local ; ( 2 ) peran BPD dalam legislasi ; ( 3 ) peran BPD dalam melaksanakan pengawasan ; ( 4 ) peran BPD dalam menetapkan anggaran pendapatan dan belanja desa. Dimana yang menjadi lokasi penelitian adalah desa sukadana kecamatan Terara Kabupaten Lombok Timur.

Hasil penelitian ini adalah bahwa dari empat fungsi BPD yakni mengayomi adat istiadat, membuat peraturan desa, menetapkan APBDesa serta melakukan pengawasan. BPD Sukadana dapat berperan dengan baik hanya pada fungsi


(10)

istiadat dan pengawasan BPD Sukadana belum dapat berperan dengan baik. Dimana sesuai dengan yang dikemukakan oleh Meter dan Van Horn bahwa implementasi yang berhasil dipengaruhi oleh 6 variabel yakni ukuran dan tujuan kebijaksanaan, sumber – sumber kebijaksanaan, ciri – ciri atau sifat badan pelaksana, komunikasin antar organisasi terkait, sikap para pelaksana, dan lingkungan ekonomi, social dan politik.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa implementasi perda Kabupaten Lombok Timur no 6 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Desa yakni mengenai fungsi BPD di Desa Sukadana Kecamatan Terara Kabupaten Lombok Timur belum terimplementasi dengan baik.

Yang membedakan penelitian penulis dengan penelitian diatas adalah penelitian ini nantinya akan mengguanakan pendekatan kualitatif yang mendiskripsikan dan menganalisa implementasi kawasan tanpa rokok di kampus UPN “ veteran “ Jawa Timur berdasarkan Perda No 5 Tahun 2008 tentang kawasan tanpa rokok dan Kawasan Terbatas Merokok serta untuk menganalisa kendala – kendala yang dihadapi oleh pihak lembaga UPN “ veteran “ Jawa Timur dalam pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok. Fokus penelitian ini adalah pertama sosialisasi tentang pemberlakuan lingkungan kampus sebagai kawasan tanpa rokok dengan memasang tanda / petunujk / peringatan larangan merokok. Kedua yaitu penindakan dengan memberikan teguran atau peringatan kepada setiap orang yang melanggar ketentuan pasal 3 dalam perda no 5 tahun 2008.


(11)

Sebagai tolak ukur berpikir maupun bertindak maka teori sangat dibutuhkan dalam berpikir secara ilmiah karena teori merupakan suatu kebenaran yang sudah dibuktikan kebenarannya, walaupun mempunyai keterbatasan waktu dan tempat. Adapun tujuan landasan teori adalah untuk memberikan suatu landasan berpikir pada penulis dalam usahanya untuk mencari kebenaran yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas.

2.2.1 Implemantasi Kebijakan

2.2.1.1 Konsep Implementasi Kebijakan

Kamus Webster dalam Wahab ( 2002 : 64 ) merumuskan secara pendek bahwa to implement ( mengimplementasikan ) berarti to provide the means for carriying out ( menyediakan sarana untuk melakukan sesuatu ) ; to give practical effect to ( menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu ). Jika pandangan ini diikuti, maka dapat dikatakan bahwa implementasi kebijakan adalah suatu proses melaksanakan kebijakan ( kebijakan dalam bentuk undang – undang, peraturan daerah, keputusan pengadilan maupun dekrit presiden ).

Sedangkan Van Meter dan Van Horn dalam Winarno ( 2008 : 146 ) mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai tindakan – tindakan yang dilakukan oleh individu – individu ( atau kelompok – kelompok ) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan – tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan – keputusan kebijakan sebelumnya.


(12)

makna dari diimplementasikan dengan mengatakan bahwa :

“ Memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan, yakni kejadian – kejadian dan kegiatan – kegiatan yang timbul sesudah disahkannnya pedoman – pedoman kebijakan Negara, yang mencakup baik usaha – usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan dampak nyata pada masyarakat atau kejadian – kejadian “.

Kemudian Mazmanian dan Sabatier dalam Wahab ( 2002 : 68 ) merumuskan lebih lanjut tentang implementasi kebijakan negara yaitu :

“ Implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar, biasanya dalam bentuk undang – undang, namun dapat pula berbentuk perintah perintah atau keputusan – keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengindentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur proses implementasi. Proses ini berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan tertentu, biasanya diawali dengan tahapan pengesahan undang – undang, kemudian output kebijaksanaan dalam bentuk pelaksanaan keputusan oleh badan ( instansi ) pelaksanaan, kesedian dilaksanakannya keputusan tersebut oleh kelompok – kelompok sasaran, dampak nyata baik yang dikehendaki atau yang tidak dari output tersebut, dampak keputusan sebagai dipersepsikan oleh badan – badan


(13)

upaya melakukan perbaikan perbaikan ) terhadap undang – undang atau peraturan yang bersangkutan “.

Selanjutnya Winarno ( 2004 : 101 ) menyatakan bahwa suatu program kebijakan harus diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan dari suatu kebijakan dapat tercapai, implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian luas, merupakan alat administrasi hokum dimana berbagai actor , organisasi, prosedur, dan teknik yang bekerja bersama – sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang dinginkan.

Dari beberapa pernyataan para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa implementasi kebijakan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut perilaku badan – badan admnistrasi yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, melainkan pula menyangkut jaringan kekuatan – kekuatan politik, ekonomi dan social yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku dari semua pihak yang terlibat dan pada akhirnya berpengaruh terhadap dampak atau hasil, baik yang diharapkan ( intended ) maupun yang tidak diharapkan ( spillover / negative effect ). Lebih jelasnya dapat dikatakan bahwa implementasi kebijakan dimaksudkan untuk memahami apa yang terjadi setelah suatu program dirumuskan, serta apa dampak yang timbul dari program kebijkan tersebut. Selain itu implementasi kebijakan tidak hanya terkait dengan persoalan administrative, tetapi juga mengkaji factor – factor lingkungan yang berpengaruh terhadap proses implementasi kebijakan.


(14)

Dengan memperhatikan beberapa konsep implemetasi diatas, maka kajian implementasi merupakan suatu proses mengubah gagasan atau program menjadi tindakan, dan bagaimana kemungkinan cara menjalankan perubahan tersebut. Untuk menganalisa bagaimana proses implementasi kebijakan itu berlangsung secara efektif, maka dapat dilihat dari berbagai model implementasi kebijakan. Model – model implementasi kebijakan tersebut adalah :

1. Model Hogwood dan Gun,

Model yang dikembangkan oleh Hogwood dan Gunn dalam Nugroho ( 2003 : 170 ) ini kerapkali oleh para ahli disebut sebagai “ the top down

approach “ menurut Hogwood dan Gunn, untuk dapat mengimplementasikan kebijakan secara sempurna ( perfect implementation ) maka diperlukan beberapa persyaratan tertentu. Syarat – syarat tersebut adalah sebagai berikut :

a. Kondisi eksternal yang dihadapi oleh badan atau instansi pelaksana tidak akan menimbulkan gangguan atau kendala yang serius. Artinya, tidak ada perlawanan atau penolakan dari pihak yang terkena implementasi kebijakn secara terbuka maupun tertutup.

b. Untuk pelaksanaan program tersedia waktu dan sumber – sumber daya yang cukup memadai. Artinya factor ketersediaan sumber daya ini akan menciptakan tahapan implementasi kebijakan dapat berjalan sesuai jadwal waktu yang telah ditentukan.


(15)

bahwa di satu pihak harus terjamin tidak terdapat kendala – kendala pada semua sumber – sumber yang diperlukan dan dilain pihak, pada setiap tahapan proses implementasi perpaduan diantara sumber – sumber tersebut harus benar – benar dapat tersedia.

d. Kebijaksanaan yang akan diimplementasikan didasari oleh suatu hubungan kausalitas yang andal. Artinya bahwa kebijakan tersebut memang dapat menyelesaikan masalah yang hendak ditanggulangi.

e. Hubungan kausalitas bersifat langsung dan hanya sedikit mata rantai penghubungnya. Artinya bahwa semakin banyak hubungan dalam mata rantai, semakin besar pula resiko bahwa beberapa diantaranya kelak terbukti amat lemah atau tidak dapat dilaksanakan dengan baik.

f. Hubungan saling ketergantungan harus kecil

Artinya bahwa implementasi akan dapat berjalan efektif apabila hubungan saling ketergantungan kecil.

g. Pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan. Artinya bahwa secara langsung berkaitan dengan komitmen dari semua pihak untuk bersama – sama mensukseskan rencana implementasi kebijakan yang telah diputuskan.


(16)

bahwa tugas yang jelas dan prioritas yang jelas adalah kunci efektivitas implementasi kebijakan.

i. Komunikasi dan koordinasi yang sempurna.

Artinya, bahwa komunikasi adalah perekat organisasi, dan koordinasi adalah asal muasal dari kerja sama tim serta terbentuknya sinergi.

j. Pihak – pihak yang memiliki wewenang kekuasaan dapat menuntut dan mendapatkan kepatuhan yang sempurna. Artinya bahwa harus terdapat kondisi ketundukan penuh dan tidak ada penolakan sama sekali terhadap perintah atau komando siapa pun dalam sistem administrasi itu.

2. Model Mazmanian dan Sabatier

Model yang dikembangkan oleh Mazmanian dan Sabatier dalam Nugroho ( 2003 : 169 ) ini sering disebut dengan “ A Framework for Implementation Analysis “ ( kerangka analisis implementasi ).

Kedua ahli ini berpendapat bahwa peran penting dari analisis implemetasi kebijakan Negara adalah mengidentifikasikan variable – variable yang mempengaruhi tercapainya tujuan – tujuan formal pada keseluruhan proses implementasi.

Variable – variable yang dimaksud dapat dibedakan menjadi dua variable. Yaitu variable bebas ( independent variable ) dan variable terikat ( dependent variable ).


(17)

a. Mudah tidaknya masalah akan dikendalikan

b. Kemampuan keputusan kebijaksanaan untuk menstrukturkan secara tepat proses implementasi.

c. Pengaruh langsung berbagai variable politik terhadap keseimbangan dukungan bagi tujuan yang termuat dalam keputusan kebijaksanaan tersebut.

Variabel terikat terikat terdiri dari :

a. Output – output kebijaksanaan ( keputusan – keputusan ) dari badan – badan pelaksana.

b. Kepatuhan kelompok – kelompok sasaran terhadap keputusan tersebut.

c. Dampak nyata keputusan – keputusan badan – badan pelaksana.

d. Persepsi terhadap dampak keputusan – keputusan tersebut.

e. Evaluasi sistem politik terhadap undang – undang, baik berupa perbaikan – perbaikan mendasar ( atau upaya untuk melaksanakan perbaikan ) dalam muatan atau isinya.

Gambaran mengenai kerangka konseptual implementasi kebijaksanaan menurut Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier dapat dilihat secara jelas pada


(18)

Model implementasi kebijakan Mazmanian dan Sabatier ( 2002 : 82 )

  Kemampuan kebijaksanaan untuk

menstrukturkan proses implementasi - Kejelasan dan konsistensi

tujuan

- Digunakannya teori kausal yang memadai

- Ketepatan alokasi sumber dana

- Keterpaduan hirarki di dalam lingkungan dan diantara lembaga pelaksana - Aturan – aturan keputusan

dari badan pelaksana - Rekruitmen pejabat

Variable di luar kebijaksanaan yang mempengaruhi proses implementasi - Kondisi sosio ekonomi

dan teknologi - Dukungan public - Sikap dan sumber –

sumber yang dimiliki kelompok – kelompok - Dukungan dari pejabat

atasan

- Komitmen dan kemampuan

kepemimpinan pejabat – pejabat pelaksana

 perbaikan  mendasa r dalam  undang ‐  undang   dampak 

output  kebijaksana an sebagai  persepsi  Dampak nyata 

output  kebijaksanaan    Kesediaan 

kelompok  sasaran  mematuhi   output kebijaksanaan Output kebijaksanaa n badan – badan pelaksana

Tahap – tahap Dalam Proses Implementasi ( Variabel Tergantung ) Mudah atau Tidaknya Masalah dikendalikan :

- Kesukaran – kesukaran teknis

- Keragaman perilaku kelompok sasaran

- Prosentase kelompok sasaran dibanding jumlah penduduk


(19)

Variabel – variabel yang mempengaruhi proses implementasi kebijaksanaan tersebut dijelaskan sebagai berikut :

A. Mudah atau tidaknya dikendalikan

Terlepas dari kenyataan bahwa banyak kesukaran dalam implementasi program, sebenarnya ada sejumlah masalah sosial yang jauh lebih mudah untuk ditangani bila dibandingkan dengan masalah lainnya. Kategori ini terdiri dari :

a) Kesukaran-kesukaran teknis.

Tercapai atau tidaknya tujuan program tergantung pada persyaratan teknis, termasuk kemampuan mengembangkan indikator pengukur prestasi kerja yang tidak mahal serta pemahaman mengenai prinsip hubungan kausal yang mempengaruhi masalah.

b) Keragaman perilaku kelompok sasaran.

Semakin beragam perilaku yang diatur atau semakin beragam pelayanan yang diberikan, semakin sulit upaya membuat peraturan yang tegas dan jelas, sehingga semakin besar kebebasan bertindak yang harus diberikan kepada pejabat di lapangan, pemberian kebebasan bertindak kemungkinan akan


(20)

menimbulkan perbedaan yang cukup mendasar dalam tingkat keberhasilan pelaksanaan program.

c) Prosentase totalitas penduduk yang tercakup dalam kelompok sasaran.

Semakin kecil dan semakin jelas kelompok sasaran yang perilakunya akan diubah, maka semakin besar peluang untuk memobilisasikan dukungan politik terhadap program sehingga akan lebih terbuka peluang bagi pencapaian tujuan.

d) Tingkat dan ruang lingkup perubahan perilaku yang dikehendaki.

Semakin besar jumlah-jumlah perubahan perilaku yang dikehendaki, semakin sukar memperoleh implementasi.

Suatu permasalahan sosial akan lebih dapat dikendalikan apabila : 1) tersedia teori yang andal yang mampu menjelaskan hubungan antara perubahan perilaku dan pemecahan masalah, persyaratan teknologinya dipenuhi, dan tindakan / langkah yang dimaksudkan untuk mengatasi masalah tersebut tidak mahal; 2) variasi / perbedaan perilaku yang menyebabkan timbulnya masalah relatif; 3) kelompok sasaran tersebut merupakan sebagian kecil dari totalitas penduduk suatu wilayah; 4) tingkat dan ruang lingkup perubahan perilaku yang diinginkan sedang.


(21)

B. Kemampuan kebijaksanaan untuk menstrukturkan proses implementasi.

Kebijaksanaan dapat menstrukturkan proses implementasi dengan cara menjabarkan tujuan formal yang akan dicapainya, menseleksi lembaga yang tepat untuk mengimplementasikannya, memberikan kewenangan dan dukungan sumber finansial pada lembaga tersebut. Kategori ini terdiri dari

a) Kecenderungan dan kejelasan perjenjangan tujuan resmi yang akan dicapai.

Semakin mampu peraturan memberikan petunjuk yang cermat dan disusun menurut urutan kepentingannya maka semakin besar kemungkinan output kebijaksanaan badan pelaksana dan pada gilirannya perilaku kelompok sasaran akan sejalan dengan petunjuk tersebut.

b) Keterandalan teori kausalitas yang dipergunakan.

Setiap usaha pembaharuan setidaknya secara implisit teori kausal yang menjelaskan bagaimana tujuan usaha pembaharuan itu dicapai. Teori kausal yang baik mempersyaratkan : a). Hubungan timbal balik antara campur tangan pemerintah di satu pihak dan tercapainya tujuan program dipahami dengan


(22)

jelas; b). Pejabat yang bertanggung jawab mengimplementasikan program mempunyai kewenangan yang cukup.

c) Ketepatan alokasi sumber-sumber dana.

Dana merupakan faktor penentu dalam suatu program. Tersedianya dana diperlukan untuk mencapai tujuan.

d) Keteraduan hierarki di dalam lingkungan dan di antara lembaga – lembaga / instansi – instansi pelaksana.

Tingkat keterpaduan hierarki di antara badan pelaksana dipengaruhi oleh : 1) pihak yang dapat membatalkan keputusan dalam usaha pencapaian tujuan; 2) pengaruh dan wewenang pendukung pencapaian tujuan dalam memberikan sanksi guna tumbuhnya kepatuhan.

e) Aturan – aturan pembuatan keputusan dari badan – badan pelaksana.

Suatu kebijaksanaan dapat mempengaruhi implementasi dengan menggariskan aturan – aturan pembuatan keputusan dari badan pelaksana. Selain itu diatur bahwa suara mayoritas diperlukan guna mengambil tindakan – tindakan khusus apabila yang terlihat adalah keanggotaannya beraneka ragam.


(23)

f) Kesempatan para pejabat terhadap tujuan yang termaktub dalam undang – undang / peraturan.

Upaya pencapaian tujuan tidak akan membawa hasil terkecuali kalau para pejabat dalam badan pelaksana memiliki komitmen yang tinggi terhadap upaya pencapaian tujuan.

g) Akses formal pihak – pihak luar.

Implementasi juga dipengaruhi peluang untuk berpartisipasi bagi para aktor diluar badan pelaksana. Kebijaksanaan selain mempengaruhi partisipasi dua kelompok diluar badan pelaksana yaitu : a) kelompok sasaran program; b) atasan dari badan pelaksana.

C. Variabel di luar kebijaksanaan yang mempengaruhi proses implementasi.

Implementasi didorong oleh sekurang – kurangnya 2 (dua) proses penting yaitu : (a) kebutuhan setiap program yang berusaha untuk mengubah perilaku, mengatasi hambatan yang timbul dalam upayanya untuk memperoleh kerjasama dari sejumlah besar orang; b) dampak perubahan sosio-ekonomis dan teknologis pada pendukung tujuan kebijaksanaan. Kategori ini terdiri :


(24)

a) Kondisi – kondisi sosio-ekonomi dan teknologi

Perbedaan waktu dan perbedaan di antara wilayah hukum pemerintah dalam kondisi sosial, ekonomi dan teknologi berpengaruh pada pencapaian tujuan.

b) Dukungan Publik

Untuk keberhasilan implementasi diperlukan dukungan publik yakni bisa melalui pendapat umum, opini masyarakat atau isu – isu yang dianggap menonjol, maupun pemungutan suara.

c) Sikap dan sumber – sumber yang dimiliki kelompok – kelompok masyarakat

Dilema yang dihadapi oleh para penganjur program yang berusaha untuk mengubah perilaku dari satu atau lebih kelompok sasaran ialah bahwa derajat dukungan publik atas program tersebut berbeda – beda dari waktu ke waktu.

d) Dukungan dari badan / lembaga atasan yang berwenang

Lembaga atasan dari badan pelaksana dapat memberikan dukungan terhadap tujuan kebijakan melalui : a) jumlah dan arah pengawasan; b) penyediaan sumber – sumber keuangan; c) banyaknya tugas – tugas baru dan saling pertentangan di antara tugas – tugas tersebut.


(25)

e) Kesepakatan dan kemampuan kepemimpinan para pejabat pelaksana

Variabel yang berpengaruh langsung terhadap output kebijakan badan pelaksana ialah kesepakatan para pejabat badan pelaksana terhadap upaya mewujudkan tujuan kebijakan, yang terdiri dari dua komponen yaitu arah dan ranking tujuan tersebut dalam skala prioritas pejabat tersebut dan kemajuan pejabat dalam mewujudkan prioritas – prioritas tersebut.

2.2.1.3 Tahap – Tahap Implementasi Kebijakan

Untuk mengefektifkan implementasi kebijakan yang ditetapkan, maka diperlukan adanya tahap – tahap implementasi kebijakan.

Islamy ( 1997 : 102 ) membagi tahap implementasi dalam dua bentuk, yaitu :

a) Bersifat self-executing, yang berarti bahwa dengan dirumuskannya dan disahkannya suatu kebijakan maka kebijakan tersebut akan terimplementasikan dengan sendirinya, misalnya pengakuan suatu negara terhadap kedaulatan negara lain.


(26)

b) Bersifat non self-executing, yang berarti bahwa suatu kebijakan publik perlu diwujudkan dan dilaksanakan oleh berbagai pihak supaya tujuan pembuatan kebijakan tercapai.

Menurut wahab ( 2008 : 102 ) mengemukakan sejumlah tahap – tahap dalam proses implementasi sebagai berikut :

1. Output – output kebijaksanaan ( keputusan – keputusan ) dari badan – badan pelaksana.

Proses ini biasanya membutuhkan usaha – usaha tertentu pada pihak para pejabat di satu atau lebih badan pelaksana.

2. Kepatuhan kelompok sasaran terhadap keputusan tersebut.

Peluang bahwa adanya sanksi tertentu akan diikuti oleh timbulnya ketidakpatuhan dipengaruhi oleh macam dan besarnya sanksi yang akan disediakan oleh undang – undang.

3. Dampak nyata keputusan – keputusan badan – badan pelaksana.

Undang – undang akan berhasil apabila output kebijaksanaan sejalan dengan tujuan formal undang – undang.


(27)

4. Persepsi terhadap dampak keputusan – keputusan tersebut.

Persepsi seseorang mengenai dampak kebijaksanaan tertentu mungkin merupakan fungsi dari dampak nyata yang diwarnai oleh yang mempersepsinya.

5. Perbaikan ( revisi ) mendasar dalam undang – undang. Perbaikan undang – undang haruslah dipandang sebagai titik kulminasi dari proses implementasi

2.2.1.4 Sumber – Sumber Implementasi Kebijakan

Menurut Winarno ( 2002 : 132 ) perintah – perintah implementasi mungkin diteruskan secara cermat, jelas dan konsisten tetapi jika para pelaksana kekurangan sumber – sumber yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan – kebijakan maka implementasi ini cenderung tidak efektif. Dengan demikian sumber – sumber dapat merupakan faktor yang penting dalam melaksanakan kebijkan publik. Sumber – sumber yang penting meliputi :

a) Staf

Sumber yang paling penting dalam melaksanakan kebijakan adalah staf. Ada satu hal yang ahrus diingat adalah jumlah tidak selalu mempunyai efek positif bagi implementasi kebijakan. Hal ini berarti bahwa jumlah staf yang banyak tidak secara otomatis mendorong implementasi yang berhasil.


(28)

b) Informasi

Informasi merupakan sumber penting yang kedua dalam implementasi kebijakan. Informasi mengenai program – program adalah penting terutama bagi kebijakan – kebijakan yang melibatkan persoalan – persoalan teknis.

c) Wewenang

Sumber lain yang penting dalam pelaksanaan adalah wewenang. Wewenang ini akan berbeda – beda dari satu program ke program yang lain serta mempunyai banyak bentuk yang berbeda.

d) Fasilitas – fasilitas

Fasilitas mungkin pula merupakan sumber – sumber penting dalam implementasi. Seorang pelaksana mungkin mempunyai staf yang memadai, mungkin memahami apa yang harus dilakukan, dan mungkin mempunyai wewenang untuk melakukan tugasnya tetapi tanpa bangunan sebagai kantor untuk melakukan koordinasi, tanpa perbekalan maka besar kemungkinan implementasi yang direncanakan tidak akan berhasil.

2.2.1.5 Keberhasilan Implementasi Kebijakan

Menurut Rippley dan Franklin dalam Tangkilisan ( 2003 : 21 ) menyatakan keberhasilan implementasi kebijakan program dan ditinjau dari tiga faktor, yaitu :


(29)

1) Perspektif kepatuhan yang mengukur implementasi kebutuhan aparatur pelaksana.

2) Keberhasilan implementasi diukur dari kelancaran rutinitas dan tiadanya persoalan.

3) Implementasi yang berhasil mengarah pada kinerja yang memuaskan semua pihak terutama kelompok penerima manfaat yang diharapkan.

2.2.1.6 Kegagalan Implementasi Kebijakan

Menurut Peters dalam Tangkilisan ( 2003 : 22 ) mengatakan implementasi kebijakan yang gagal disebabkan beberapa faktor yaitu :

1. Informasi

Kekurangan informasi dengan mudah mengakibatkan gambaran yang kurang tepat baik kepada obyek kebijakan maupun kepada para pelaksana dari kebijakan yang akan dilaksanakannya dan hasil – hasil dari kebijakan itu.

2. Isi kebijakan

Implementasi kebijkan dapat gagal karena masih samarnyqa isi atau kebijakan atau ketidaktepatan dan ketidaktegasan intern ataupun ekstern atau kebijakan itu sendiri, menunjukkan adanya kekurangan yang menyangkut sumber daya pembantu.


(30)

3. Dukungan

Implementasi kebijakan akan sangat sulit bila pelaksanaannya tidak cukup dukungan untuk kebijakan tersebut.

4. Pembagian potensi

Hal ini terkait dengan pembagian potensi diantaranya para aktor implementasi dan juga mengenal organisasi pelaksana dalam kaitannya dengan diferensiasi tugas dan wewenang.

2.2.1.7 Prospek untuk Memperbaiki Implementasi

Menurut Winarno ( 2002 : 162 ) untuk memperbaiki implementasi kebijakan maka ada beberapa langkah yang dapat dilakukan :

a) Didalam mengusulkan langkah – langkah perbaikan harus dipahami terlebih dahulu hambatan – hambatan yang muncul dalam proses implementasi kebijakan dan mengapa hambatan timbul.

b) Perlu mengubah keadaan – keadaan yang menghasilkan faktor penghambat tersebut.


(31)

2.2.2 Evaluasi Kebijakan

2.2.2.1 Pengertian Evaluasi Kebijakan

Menurut Winarno (2004 : 165), evaluasi kebijakan adalah kegiatan yang bertujuan untuk menilai manfaat suatu kebijakan.

Sedangkan Jones dalam Tangkilisan (2003 : 25), mengatakan bahwa evaluasi kebijakan adalah peninjauan ulang untuk mendapatkan perbaikan dari dampak yang tidak diinginkan

Senada dengan yang diungkapkan oleh Winarno, Moshoed (2004 : 91), mengatakan bahwa evaluasi kebijakan adalah suatu proses untuk menilai seberapa jauh suatu kebijakan publik dapat membuahkan hasil.

Dengan disimpulkan dari pengertian-pengertian diatas bahwa evaluasi kebijakan adalah kegiatan yang bertujuan untuk menilai apakah siatu kebijakan berhasil mencapai tujuanya dan seberapa besar dampak yang ditimbulkan akibat implementasi kebijakan tersebut.

2.2.2.2 Tipe – Tipe Evaluasi Kebijakan

Menurut Heath dalam Tangkilisan (2003 : 27), membedakan tipe evaluasi kebijakan publik atas 3 (tiga) tipe yaitu:


(32)

1. Tipe Evaluasi Proses

Dimana evalusai ini dilakukan, dan perhatiannya pada pernyataan bagaimana program dilaksanakan.

2. Tipe Evaluasi Dampak

Dimana evaluasi ini dilakukan untuk menjawab pertayaan mengenai apa yang telah dicapai program

3. Tipe Evaluasi Strategi

Dimana evaluasi ini bertujuan untuk mencari jawaban atas pertayaan bagaimana program dapat dilaksanakan secara efektif, untuk memecahkan persoalan-persoalan masyarakat dibanding dengan program-program lain yang ditunjukkan pada masalah yang sama sesuai dengan topik mengenai kebijakan publik.

2.2.2.3 Faktor Penghambat dan pendukung Implementasi kebijakan Dalam pelaksanaan kebijakan selama ini telah diidentifikasikan bahwa banyak masalah yang timbul. Proses implementasi kebijakan merupakan proses yang rumit dan kompleks. Kerumitan tersebut disebabkan banyakan faktor, baik yang menyangkut karaktristik program kebijakan yang dijalankan maupun oleh aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan ( Winarno, 2002 : 161 )


(33)

Kebijakan apapun sebenarnya mengandung resiko untuk gagal. Hogwood dan Gunn dalam Wahab ( 2002 : 61 ) membagi pengertian kegagalan kebijaksanaan ( policy failure ) ke dalam dua kategori yaitu

no implementation ( tidak terimplementasi ) unsuccessful implementation ( implementasi yang tidak berhasil ). Tidak terimplementasi mengandung

arti bahwa suatu kebijakan tidak dilaksanakan sesuai dengan rencana, mungkin karena pihak yang telibat tidak mau bekerjasama, atau mereka bekerja tidak efisien, bekerja setengah hati, atau karena mereka tidak sepenuhnya menguasai permasalahan, atau mungkin permasalahan yang dikerjakan diluar jangkau kekuasaannya, sehingga betapa gigihnya usaha mereka, hambatan yang ada tidak sanggup mereka tanggulangi, akibatnya implementasi yang efektif sukar untuk dipenuhi.

Sedangkan implementasi yang tidak berhasil biasanya terjadi manakala telah dilaksanakan sesuai dengan rencana, namun mengingat kondisi eksternal tidak menguntungkan ( misalnya, terjadi peristiwa pergantian kekuasaan, bencana alam dan sebagainya ) kebijaksanaan tersebut tidak berhasil dalam mewujudkan dampak atau hasil akhir yang dikehendaki. Biasanya kebijaksanaan yang memiliki resiko untuk gagal itu disebabkan oleh faktor – faktor berikut : pelaksanaan jelek ( bad execution ) kebijaksanaannya sendiri memang jelek ( bad policy ) atau kebijakan itu memang bernasib jelek ( bad luck )


(34)

Soenarko ( 2000 : 185 ) menjelaskan bahwa pelaksanaan kebijakan itu dapat mengalami kegagalan atau tidak membuahkan hasil itu disebabkan beberapa hal diantaranya sebagai berikut :

1. Teori yang menjadi dasar kebijakan yang tepat, oleh karena itu harus dilakukan “ Reformulasi kebijakan “.

2. Sarana yang dipilih untuk pelaksanaannya tidak efektif.

3. Sarana yang ada tidak dipergunakan sebagaimana mestinya.

4. Isi dari kebijakan bersifat samar – samar.

5. Tidak adanya kepastian faktor intern dan faktor ekstern

6. Kebijakan yang ditetapkan mengandung banyak lubang

7. Dalam pelaksanaannya kurang memperhatikan masalah teknis

8. Adanya kekurangan akan tersedianya sumber – sumber pembantu ( waktu, uang, dan sumber daya manusia )

Berdasarkan hal – hal yang dapat menyebabkan kegagalan dalam pelaksanaan kebijakan tersebut, maka dapatlah diketahui bahwa sejak dalam pembentukan kebijakan tersebut tidaklah selalu disebabkan oleh kelemahan atau ketidakmampuan pelaksana atau administrator, melainkan dapat pula disebabkan pembentukan kebijakan yang kurang sempurna. Disinilah peran peran penting yang dimainkan oleh pelaksana kebijakan


(35)

dan harus mampu mengambil langkah – langkah untuk mengadakan atau mendorong adanya “ reformulation “ sehingga kebijakan pokok itu dapat mencapai tujuan.

Implementasi kebijakan yang berhasil menjadi faktor penting dari keseluruhan proses kebijakan. Untuk memperbaiki implementasi kebijakan ada beberapa langkah yakni : ( 1 ) Dalam mengusulkan langkah – langkah perbaikan harus dipahami lebih dahulu hambatan – hambatan yang muncul dalam proses implementasi dan mengapa hambatan tersebut muncul; ( 2 ) mengubah keadaan yang menghasilkan faktor penghambat tersebut ( Winarno 2007 :217 )

Selain faktor penghambat pelaksanaan kebijakan, juga ada faktor– faktor pendukung pelaksanaan suatu kebijakan. Seperti yang dikemukakan oleh soenarko ( 2000:186 ) yaitu sebagai berikut :

1. Persetujuan, dukungan dan kepercayaan masyarakat

2. Isi dan tujuan kebijakan haruslah dimengerti secara jelas terlebih dahulu

3. Pelaksanaan haruslah mempunyai cukup informasi, terutama mengenai kondisi dan kesadaran masyarakat yang menjadi kelompok sasaran.


(36)

5. Pembagian kekuasaan dan wewenang yang rasional dalam pelaksanaan kebijakan.

6. Pembagian tugas dan kewajiban yang memadai dalam pelaksanaan kebijakan

Hal tersebut senada dengan pendapat Islamy ( 2004 : 107 ) menjelaskan bahwa kebijakan negara akan menjadi efektif apabila dilaksanakan dan mempunyai dampak positif bagi anggota masyarakat. Dengan kata lain, tindakan atau perbuatan manusia yang menjadi masyarakat yang bersesuian dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah atau negara. Dengan demikian, jika tidak berbuat atau bertindak sesuai dengan keinginan pemerintah atau negara tersebut maka kebijakan negara menjadi tidak efektif. Selain itu untuk mencapai efektivitas pelaksanaan kebijakan proses komunikasi harus baik yaitu menyebarluaskan kepada anggota masyarakat.

2.3 Perda no 5 tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Terbatas Merokok

2.3.1 Kawasan Tanpa Rokok

Dalam upaya penaggulangan bahaya akibat merokok dan agar implementasinya lebih efektif, efisien dan terpadu maka di keluarkankanlah Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008 dengan tujuan :


(37)

1. Melindungi kesehatan dari bahaya akibat rokok

2. Membudayakan hidup sehat

3. Menekan perokok pemula

4. Melindungi perokok pasif

Yang temasuk ke dalam kawasan tanpa rokok dalam pasal 2 ayat ( 1 ) adalah sebagai berikut :

1. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk upaya kesehatan

2. Tempat proses belajar mengajar ( meliputi temapt pendidikan formal dan non formal ),

3. Arena kegiatan anak adalah tempat atau arena yang diperuntukan untuk kegiatan anak - anak

4. Tempat ibadah adalah tempat yang digunakan untuk kegiatan keagamaan

5. Angkutan umum adalah alat angkutan bagi masyarakat yang dapat berupa kendaraan darat dan air.

Pasal 3 setiap orang yang berada dalam kawasan tanpa rokok dilarang melakukan kegiatan :


(38)

a. Memproduksi atau membuat rokok

b. Menjual rokok

c. Menyelenggarakan iklan rokok

d. Mempromosikan rokok ; dan/atau

e. Menggunakan rokok

2.3.2 Kewajiban Pimpinan Penanggung Jawab Kawasan Tanpa Rokok Pimpinan atau penanggung jawab kawasan tanpa rokok berkewajiban untuk ( Pasal 5 ) :

a. Membuat dan memasang tanda/petunjuk/peringatan larangan merokok

b. Wajib memberikan teguran dan peringatan kepada setiap orang yang melakukan pelanggaran.

2.3.3 Sanksi Administratif

Pimpinan atau penaggung jawab kawasan tanpa rokok yang melanggar dapat dikenakan sanksi berupa ( pasal 9 ) :

a. Peringatan tertulis


(39)

c. Pencabutan izin dan atau;

d. Denda paling banyak Rp 50.000.000,00 ( lima puluh juta rupiah ).

2.3.4 Sanksi Pidana

Dalam pasal 11 ayat 1 dijelaskan bahwa “ Setiap orang yang melanggar akan dikenakan pidana kurungan paling lama 3 bulan atau denda paling banyak 50.000.000 ( lima puluh juta rupiah ) “.

2.4 Kerangka berpikir

Universitas Pembangnunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur selaku lembaga pendidikan tinggi tentunya tidak terlepas dari kegiatan belajar mengajar dan kegiatan pendidikan lainnya. Proses belajar mengajar merupakan upaya untuk mentransfer ilmu kepada para mahasiswa sebagai bekal untuk terjun kedunia kerja dan pengabdian kepada masyarakat. Diharapakan dapat menghasilkan kualitas lulusan/sarjana yang memiliki kompetensi, sehat jasmani rohani, dan beriman. Oleh karena itu lingkungan kampus harus steril dari hal – hal atau kegiatan yang dapat berakibat merugikan diri sendiri atau pun orang lain. Seperti halnya mengkonsumsi dan mengedarkan obat- obat terlarang, minuman beralkohol dan barang – barang yang mengandung zat adiktif lainnya, termasuk dalam hal ini adalah rokok.


(40)

Untuk itu Pemerintah Kota Surabaya dengan tanggap melihat kedepan masa depan para penerus pembangunan dengan mengeluarkan suatu Peraturan Daerah yang bertujuan untuk melindungi meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dari bahaya akibat merokok dan untuk menekan perokok pemula yang terbesar adalah kalangan pelajar dan mahasiswa. Untuk itu disahkan lah Perda Kota Surabya no 5 tahun 2008 tentang kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas merokok yang berlaku untuk setiap badan hukum dan perseorangan yang berada di dalam yurisdiksi Kota Surabaya termasuk kampus UPN “ Veteran “ Jawa Timur.

Melihat uraian diatas maka dipandang perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam mengenai pelaksanaan peraturan yang bertujuan mulia ini di kampus UPN “ Veteran “ Jawa Timur dengan fokus yang di teliti yaitu implementasi kawasan tanpa rokok di kampus UPN “ Veteran “ Jawa Timur berdasarkan Peraturan Walikota no 25 tahun 2009 tentang pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Surabaya no 5 tahun 2008.


(41)

Untuk lebih jelasnya akan diuraikan dalam sebuah alur berfikir pada gambar berikut :

Gambar .2

Kerangka Berpikir

      Penanggung Jawab Kawasan Peraturan Walikota Surabaya no 25 tahun 2009 tentang pelaksanaan Perda

Kota Surabaya no 5 tahun 2008 Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008

tentang

kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas merokok

SS A. Sosialisasi

- Membuat dan memasang tanda larangan merokok - Melakukan

kampanye / penyuluhan tentang bahaya merokok

B. Sanksi

-. Menegur setiap pelanggaran - Memberikan sanksi

administrasi - Melaporkan kepada

aparat keamanan

C. Kendala / Hambatan - Kepatuhan kelompok

sasaran

- SDM / Staff Pelaksana


(42)

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian diskriftif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian yang bersifat diskriftif adalah bertujuan untuk menggambarkan secara cepat atau cara memecahkan masalah penelitian dengan memaparkan keadaan objek yang di selidiki ( seseorang, lembaga, masyarakat, pabrik dan lain – lain ) sebagaimana adanya. Seperti ditegaskan oleh mohammad Nazir ( 1998 : 63 ) bahwa tujuan penelitian diskriftif adalah untuk membuat diskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, actual, dan akurat mengenai fakta – fakta, sifat – sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki..

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan maksud ingin memperoleh gambaran dan menganalisa tentang Implementasi Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008 tentang kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas merokok di UPN “Veteran” Jawa Timur di Kota Surabaya. Secara teoritis menurut Miller dan Kirk sebagaimana dikutip oleh Moleong ( 2006 : 2 ), bahwa : “ pendekatan kualitatif merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahnya. Oleh karena itu dalam penelitian ini hanya akan menganalisa fenomena – fenomena dan fakta – fakta.

40   


(43)

     

tahun 2008 tentang kawasan tanpa rokok . Ada dua hal pokok yang diatur dalam Perda ini pertama yaitu : kawasan tanpa rokok, yaitu kawasan yang mana di dalamnya

tidak diperbolehkan melakukan aktivitas merokok, menjual rokok atau promosi ( iklan rokok ) yang termasuk kawasan tapa rokok adalah angkutan tempat – tempat

umum seperti angkutan umum, tempat belajar mengajar, rumah sakit, tempat bermain anak – anak. Yang kedua yaitu kawasan terbatas merokok yaitu kawasan yang diperboleh merokok pada tempat khusus yang telah tersedia ( ruangan khusus merokok )

3.2 Fokus Penelitian

Penentuan fokus penelitian diperlukan dalam membantu pelaksanaan penelitian, jika fokus penelitian ditentukan tepat sesuai dengan tujuan dan masalah penelitian, maka penelitian yang dilakukan akan terarah dan berhasil dengan baik.

Menurut Moleong ( 2004 : 12 ) Penelitian kualitatif menghendaki ditetapkan adanya batas dalam penelitian dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian. Dengan penetapan fokus sebagai pokok masalah penelitian penting artinya dalam usaha menemukan batas penelitian. Fokus penelitian adalah hal – hal yang akan dijadikan sebagai pusat penelitian dalam penelitian ini dan untuk memudahkan dalam menentukan data yang akan diperlukan untuk suatu penelitian, berdasarkan hal tersebut bahwa fokus pada dasarnya adalah masalah pokok yang bersumber dari pengalaman peneliti atau melalui pengetahuan yang diperoleh melalui kepustakaan


(44)

     

data yang perlu dikumpulkan dan yang tidak perlu dikumpulkan selain itu fokus penelitian juga dapat berkembang atau berubah sesuai dengan perkembangan masalah penelitian di lapangan.

Penelitian kualitatif digunakan variabel mandiri tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan variabel yang lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian adalah Implementasi Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di kampus UPN ” Veteran ” Jawa Timur

Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka yang menjadi fokus, yaitu Bagaimana Implementasi Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008 tentang Kawasan Tanapa Rokok ( studi tentang kawasan tanpa rokok di Kampus UPN ” Veteran ” Jawa Timur ), yang dilakukan melalui :

1. Sosialisasi

Penanggung jawab kawasan tanpa rokok berkewajiban melakukan sosialisasi kepada semua stake holder yang ada di lingkup wilayah administratifnya tentang Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008 yang mengatur tentang kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas merokok. Yang menjadi sasaran kajian pada fokus ini adalah :


(45)

      kelompok sasaran.

2. Sanksi

Penangggung jawab kawasan dalam menegakkan peraturan yang telah ditetapkan dalam Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008 tentang kawasan tanap rokok dan terbatas merokok wajib memberikan teguran, peringatan dan/atau mengambil tindakan kepada peserta didik, pendidik ( Dosen ), tenaga kependidikan atau setiap orang yang berada di area tempat proses belajar mengajar yangmenjadi tanggung jawabnya apabila terbukti melakukan pelanggaran terhadap aturan ini. Yang menjadi sasaran kajian dalam fokus ini adalah :

a. Menegur pelaku pelanggaran

b. Memberikan sanksi administratif kepada pelaku pelanggaran

c. Melaporkan pelaku pelanggaran ke aparat yang berwenang

3. Kendala – kendala / hambatan

Dalam upaya mencapai tujuan implementasi kebijakan kawasan tanpa rokok di lingkungan kmapus UPN Veteran Jawa Timur tentunya tidak lepas dari pengaruh beberapa kendala – kendala yang di hadapi dalam implementasi sebuah kebijakan. Dari beberapa teori yang ada ada beberapa factor yang mempengaruhi implementasi kebijakan antara lain :


(46)

      c. Sumber daya manausia/staff pelaksana.

Atau ada faktor lain yang lebih dominan yang mempengaruhi implementasi kebijakan kawasan tanpa rokok di lingkungan kampus UPN ” Veteran ”Jawa Timur.

3.3 Lokasi penelitian dan situs penelitian

Yang dimaksud dengan lokasi penelitian ini adalah tempat dimana peneliti melakukan penelitian terhadap objek yang akan diteliti, maka lokasi penelitian ini berada di Kota Surabaya. Sedangkan yang dimaksud dengan situs penelitian adalah menunjukan dimana sebenarnya peneliti dapat menangkap keadaan dari objek yang akan diteliti, sehingga keakuratan data yang diperlukan dapat diperoleh. Sesuai dengan permasalahan penelitian dan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui implementasi Perda Kora Surabaya no 5 tahun 2008 tentang kawasan tanpa rokok di kampus UPN “ Veteran “ Jawa Timur, maka situs penelitian ini adalah pada kampus UPN “ Veteran “ Jawa Timur dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut :

a. Kampus UPN “ veteran “ Jawa Timur adalah tempat diselenggarakannya proses belajar mengajar.

b. Sebagai tempat dimana para calon sarjana dan calon cendikiawan muda menuntut ilmu sudah seharusnyalah UPN “ veteran “ menjadi contoh bagi masyarakat dalam hal pelaksanaan sebuah aturan pemerintah.


(47)

     

Sumber data merupakan asal dari mana data tersebut diperoleh atau didapatkan. Keberadaan data adalah untuk dapat disajikan sebagai sumber informasi yang dijadikan sebagai pokok kajian atau sebagai bahan untuk dapat diteliti. Sumber data menurut lofland yang dikutip lexy J, Moleong ( 2006 : 157 ) Penelitian kualitatif adalah kata – kata dan tindakannya selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain – lain. Adapun sumber data yang diperoleh oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Informan kunci ( key person )

Informan kunci, dimana pemilihannya secara purposive sampling dan diseleksi melalui teknik snow ball sampling yang didasarkan atas subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data dan bersedia memberikan data yang benar – benar relevan dan kompeten dengan masalah penelitian yaitu berupa data keterangan, cerita atau kata – kata yang bermakna. Sehingga data yang diperoleh dapat digunakan untuk membangun teori, oleh sebab itu dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah yang berada dilingkungan rektorat UPN “ veteran “ Jawa Timur yaitu : staf pelaksana di Rektorat serta para mahasiswa maupun dosen selaku bagian dari stake holders di kampus UPN veteran Jawa Timur dan informan yang dari instansi terkait yaitu pegawai Satpol PP dan Dinas Kesehatan Kota surabaya


(48)

     

Tempat dan peristiwa yaitu tempat dan peristiwa dimana fenomena yang terjadi atau yang pernah terjadi berkaitan dengan focus penelitian antara lain meliputi tentang implementasi kawasan tanpa rokok di lingkungan kampus yakni ada tiga tahap pelaksanaan yaitu : sosialisasi , dan penindakan atau pemberian saksi terhadap pelanggar aturan tersebut apakah sudah sesuai dengan yang tercantum dalam Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008

3. Dokumen

Dokumen sebagai sumber data yang lain yang sifatnya melengkapi data utama yang relevan dengan masalah da fokus penelitian antara lain meliputi : Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008, SK walikota no , foto – foto hasil obsevasi peneliti atas pelanggara – pelanggaran atauran tersebu

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan bagian terpenting dalam penelitian karena pada hakekat dari penelitian adalah pencarian data yang nantinya dianalisa dan diinterpretasikan. Dalam penelitian kualitatif, sumber data yang utama adalah kata – kata dan tindakan, selebihnya data tambahan seperti dokumen.

Dalam rangkaian pengumpulan data penelitian ini ada 3 ( tiga ) proses kegiatan yang dilakukan yaitu :


(49)

     

terlebih dahulu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, baik kelengkapan administrative maupun semua persoalan yang berhubungan dengan seting dan subjek penelitian dan mencari relasi awal. Dalam memasuki lokasi penelitian, peneliti menempuh pendekatan formal dan informal serta menjalin hubungan akrab dengan informan ( moleong , 2004 : 128 ). Maka dalam tahap ini peneliti memasuki lokasi penelitian guna memperoleh gambaran aktivitasnya dengan membawa surat ijin penelitian dari UPN “ Veteran “ Jawa Timur ke BAKESBANG ( Badan Kesatuan Bangsa ) Propinsi Jawa Timur sebagai surat tembusan ke lembaga maupun dinas – dinas di kota Surabaya yang terkait dengan focus penelitian.

2. Ketika berada di Lokasi Penelitian ( Getting Along )

Pada tahap ini peneliti melakukan wawancara maupun observasi untuk mencari informasi yang lengkap dan tepat serta menangkan intisari dari informasi dan fenomena yang diperoleh tentang implementasi Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008 tantang kawasan tanpa rokok di lingkungan kampus UPN “ Veteran “ Jawa Timur.

3. Teknik Pengumpulan Data

Setelah kedua langkah di atas maka peneliti melakukan pengumpulan data, dimana teknik yang digunakan adalah :


(50)

     

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara atau Tanya jawab secara langsung dengan informan mengenai implementasi Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008 tantang kawasan tanpa rokok di lingkungan kampus UPN “ Veteran “ Jawa Timur.

b. Observasi

Adalah cara pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan secara langsung terhadap gejala – gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan secara langsung ini peneliti lakukan mulai dari peneliti datang kelokasi penelitian sampai dengan peneliti meninggalkan lokasi penelitian. Peneliti mengamati langsung baik kepada petugas keamanan maupun kepada mahasiswa, dosen dan semua stake holders yang ada di UPN “ Veteran “ Jawa Timur. Seperti foto pelanggaran Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008 dan foto – foto tanda peringatan di laranga merokok.

3.6 Analisa Data

Analisa data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah karena dengan analisis data tersebut maka dapat member arti dan makna yang berguna dalam memcahkan masalah penelitian serta dasar dalam mendeskripsikan


(51)

     

diteliti. Analisa data kualitatif sebagaimana yang diungkapkanoleh sanifah faisal ( 1999 : 256 ), terdiri dari tiga kegiatan , yaitu :

1. Reduksi data merupakan suatu kegiatan untuk merangkum, mengikhtiar, atau menyeleksi data yang terekam dari hasil wawancara, observasi, atau dari sejumlah dokumen yang masing – masing dimasukkan kedalam kategori tertentu.

2. Display data adalah penyajian data kedalam sejumlah kategori yang sesuai dan akhirnya akan memudahkan dalam rangka menuturkan, meyimpulkan, dan menginterpretasikan data. Selain itu display data juga berfungsi sebagai daftar yang bisa secara cepat menunjukan cakupan data yang telah dikumpulkan. Penyajian data dalam penelitian ini memuat berupa gambaran umum kampus UPN “ Veteran “Jawa Timur dan penyajian data fokus penelitian.

3. Penarikan kesimpulan adalah dimana dalam kegiatan ini peneliti dapat

mengambil kesimpulan – kesimpulan tertentu dari hasil pemahaman dan pengertiannya. Langkah – langkah selanjutnya adalah memberikan penafsiran atau interpretasi data yang telah diperoleh terutama data ini langsung akan menggambarkan pandangan peneliti sesuai dengan pemahaman terhadap teori hasil kepustakaan yang relevan


(52)

      sebagai berikut :

Gambar

Analisa Model Interaktif Menurut Miles dan Huberman

Pengumpulan Data

  Reduksi Data Penyajian Data

Kesimpulan / verifikasi

Sumber : miles dan huberman ( 1992 : 20 )


(53)

HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Gambaran Umum Objek penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat UPN “ Veteran “ Jawa Timur

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur merupakan salah satu lembaga pendidikan tinggi swasta di Indonesia yang berdiri sejak 5 Juli 1959. Selama kurun waktu 51 tahun, UPN “Veteran” Jawa Timur telah mengalami berbagai perubahan status, yaitu:

a. Sejak Juli 1959 s/d 1965 Akademi Administrasi Perusahaan “Veteran” Cabang Surabaya.

b. Pada 17 Mei 1968 Perguruan Tinggi Pembangunan Nasional (PTPN) “Veteran” Cabang Jawa Timur dengan 3 Fakultas (Ekonomi, Pertanian dan Teknik Kimia), berdasarkan Surat Keputusan Kementerian Transmigrasi, Urusan Veteran dan Demobilisasi.

c. Periode 1976-1994, terjadi peralihan status PTPN “Veteran” Cabang Jawa Timur sebagai Perguruan Tinggi Kedinasan di-bawah Departemen Pertahanan Keamanan RI.

d. Periode tahun 1977, terjadi perubahan nama PTPN “Veteran” Cabang Jawa Timur menjadi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Cabang Jawa Timur.

e. Sejak tahun akademik 1994/1995 penyelenggaraannya dilakukan secara mandiri sebagai Perguruan Tinggi Swasta.


(54)

No. 001/BAN-PT/Ak-1/VIII/1998 tanggal 11 Agustus 1998 telah memperoleh status terakreditasi penuh untuk semua Jurusan/Program studi

g. Pada awal tahun akademik 2005/2006 jumlah mahasiswa yang terdaftar mencapai 12.500 orang, yang berasal dari SMU Negeri/Swasta, SMK Negeri/Swasta, Instansi Pemerintah dan swasta yang berasal dari dalam/luar wilayah Propinsi Jawa Timur. Sampai dengan akhir tahun 2005, UPN “Veteran” Jawa Timur telah meluluskan Sarjana S-1 sejumlah 25.000 orang.

h. Sejak bulan Desember 2007, dengan disatukannya beberapa yayasan di bawah Departemen Pertahanan RI, maka pembinaan UPN "Veteran" Jawa Timur beralih di bawah Yayasan Kesejahteraan Pendidikan dan Perumahan (YKPP).

4.1.2 Letak Kampus UPN “ Veteran “ Jawa Timur

Letak Kampus UPN “ Veteran “ Jawa Timur terletak di jalan Raya Gunung Anyar no 21 Kota Surabaya.

4.1.3 Visi dan Misi UPN “ veteran “ Jawa Timur

Dalam menjalankan fungsinya sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi maka Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur menetapkan Visi sebagai berikut

Visi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur adalah:


(55)

teknologi serta sumberdaya manusia yang dilandasi nilai dan semangat kejuangan “.

Dalam Upaya mencapai visi yang sudah ditetapkan didepan maka Universitas pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur perlu menetapkan Misi sebagai pedoman dalam mengambil langkah kegiatan yang harus dilakuakn dan bagaimana cara untuk melaksanakannya

Misi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur adalah :

1. Menghasilkan Sumber Daya Manusia yang memiliki nilia-nilai moralitas, mentalitas dan intelektualitas serta jasmani yang sehat.

2. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi menuju research university

3. Mengembangkan sistem pemberdayaan masyarakat.

4. Meningkatkan kerjasama dalam bidang akademik dan non akademik dengan perguruan tinggi lain, pemerintah dan swasta.

Dengan ditetapkannya visi dan misi Universitas Pembangunan Nasional ” Veteran ” Jawa Timur tersebut diharapkan pelaksanaan Fungsi dibidang Pendidikan yang lebih terarah.

4.1.4 Tujuan UPN “ Veteran “ Jawa Timur

Menunjang pembangunan nasional di bidang pendidikan tinggi dalam rangka terciptanya sumber daya manusia yang cakap, profesional, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki disiplin, tanggungjawab dan pengabdian yang tinggi serta rasa kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat.


(56)

Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur Berdasarkan Keputusan Ketua Yayasan Kessejahteraan Pendidikan dan Perumahan mempunyai tugas pokok yaitu menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran diatas sekolah menengah umum yang meliputi pendidikan dan pengajaran, Penelitian dan Pengembangan serta Pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan peraturan perundangan – undangan yang berlaku.

Untuk menjalankan tugas pokok tersebut Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur mempunyai Fungsi :

a. Menyelenggarakan Pendidikan dan pengajaran serta pengembangannya sesuai dengan lingkup kemampuannya.

b. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

c. Menyelenggarakan Pengabdian Kepada Masyarakat.

d. Menyelenggarakan pembinaan sivitas akademika dan hubungan lingkungannya

e. Melaksanakan kegiatan administrasi di lingkungan Universitas. 4.1.6 Struktur Organisasi

Struktur organisasi bagi setiap organisasi keberadaannya sangat penting sekali demi kelancaran aktifitasnya. Oleh karenanya struktur organisasi adalah suatu kerangka yang menunjukkan setiap tugas seseorang di dalam suatu organisasi sehingga jelas batas-batasnya, hubungannya, wewenangnya, dan tanggung jawabnya dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Struktur organisasi tersebut mempunyai peranan yang sangat penting bagi Universitas, karena dengan adanya struktur organisasi maka kegiatan-kegiatan


(57)

terarah.

Berdasarkan surat keputusan ketua Yayasan Kesejahteraan Pendidikan dan Perumahan Nomor 18 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Universitas Pembangunan Nasional ” Veteran ” Jawa Timur.

Struktur Organisasi UPN ” Veteran ” Jawa Timur adalah sebagai berikut:


(58)

nasional “ Veteran “ Jawa Timur. 1. Rektor

Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur dipimpin oleh seorang Rektor yang dalam melaksankan tugasnya bertanggung jawab langsung kepada kepala Badan Pelaksana Pendidikan ( BP DIK ) YYKP.

Jabatan ini dipegang oleh Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP

Rektor bertugas memimpin penyelenggaraan Pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan pengabdian masyarakat, serta pembinaan sivitas akademika di lingkungan universitas dan hubungan dengan lingkungannya.

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Rektor mempunyai fungsi : a. Memberikan laporan kepada ketua Yayasan , Kepala BP DIK dan

BPH tentang hal – hal yang berkaitan dengan Pembinaan Universitas. b. Mengelola Penyelenggaraan pendidikan, penelitian dan pengembangan

serta pengabdian kepada masyarakat.

c. Mengelola seluruh kekayaan perguruan tinggi dan secara optimal memanfaatkannya untuk kepentingan universitas.

d. Membina dosen, tenaga kependidikan, pertukaran dosen dan mahasiswa, teknisi dan alumni.

e. Menyusun rencana strategis yang memuat tujuan dan sasaran perguruan tinggi yang hendak tercapai dalam jangka waktu lima tahun. f. Memberikan arahan dan kebijaksanaan umum, serta menetapkan

peraturan, norma dan tolak ukur penyelenggaraan universitas atas dasar keputusan senat universitas.


(59)

Badan Penjamian Mutu mempunyai tugas pokok melaksanakan penilaian tentang penjaminan mutu ( quality assurance ) di bidang kinerja Universitas, Fakultas, dan Program studi, mulai dari masukan, proses, sampai dengan keluaran yang diselaraskan dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Badan Penjaminan Mutu mempunyai fungsi :

1. Perencanaan dan Pelaksanaan Kegiatan Penjaminan mutu 2. Penyiapan dan Penyusuna standar mutu

3. Penyiapan dokumaen pedoman/ perangkat lunak penjaminan mutu 4. Sosialisasi pedoman / perangkat lunak penjaminan mutu

5. Pemantauan dan penilaian penyelenggaraan penjaminan mutu 6. Evaluasi dan koreksi terhadap penyelenggaraan penjaminan mutu

7. Pelaksanaan kegiata audit internal dan evaluasi/ koreksi serta pembuatan laporan berkala di linkungan universitas , Fakultas, Akademik dan Progdi.

3. Sekretariat

Sekretariat umum disingkat Setum mempunyai tugas pokok melaksanakan pembinaan administrasi umum dan ketatausahaan di lingkungan universitas.

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut secretariat umum mempunyai fungsi :

1 Melaksanakan pembinaan administrasi umum dan ketatausahaan dilingkungan Universitas.


(60)

lingkungan Universitas.

3 Melaksanakan pengelolaan arsip dan dokumentasi Universitas.

4 Menyampaikan informasi dan berita kepada publik internal maupun eksternal.

5 Membina hubungan / komunikasi yang harmonis antara Universitas dengan publik.

a. Bagian Tata Usaha

Bagian Tata Usaha disingkat bag TU mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan administrasi umum dan ketatausahaan

Untuk melaksanakan tugas pokoknya tersebut bagian tata usaha mempunyai fungsi :

1. Mengatur tata naskah dilingkungan Universitas. 2. Mengatur klasifikasi dan draft surat

3. Mengatur prioritas surat yang akan diajukan kepada pimpinan b. Bagian Hubungan Masyarakat

Bagian Hubungan Masyarakat disingkat Bag Humas mempunyai tugas pokok melaksanakan tugas sebagai pelaksana teknis pengumpulan dan pengolahan data, pendokumentasian kegiatan, penyampaian berita, informasi dan komunikasi dalam rangka kelancaran tugas pokok Universitas.

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut bagian Humas mempunyai fungsi :

1. Menyampaikan informasi dan berita kepada publik internal maupun eksternal.


(61)

universitas dengan publik

3. Menjaga dan memelihara citra positif universitas

4. Menerbitkan majalah, buletin dan company profile Universitas 4. Biro Umum

Biro Umum sebagai unsur pembantu pimpinan, mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan bidang kepegawaian, bidang sarana prasarana dan bidang keamanan universitas.

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Biro Umum mempunyai fungsi :

1. Melaksanakan pembinaan administrasi kepegawaian dan administrasi metril serta administrasi pengamanan.

2. Melaksanakan kegiatan pengadaan, perawatan, pembinaan dan kesejahteraan serta mutasi pegawai.

3. Melaksanakan koordinasi dengan phak terkait untuk merumuskan evaluasi dan analisa sarana dan prasaran penunjang akademik 4. Mengkoordinasikan pengaturan penggunaan ruang – ruang kelas,

laboratorium, bengkel dalam rangka peningkatan manajemen kelas serta pendayagunaan peralatan sarana dan prasaran sebagai suatu profit center.

5. Melaksanakan pelayanan pengamanan personil, pengamanan kegiatan dan pengamanan materil.


(62)

Bagian kepegawaian mempunyai tugas pokok melaksanakan administrsi pengadaan, penggunaan, pembinaan / perawatan dan kesejahteraan serta mutasi pegawai.

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut bagian Kepegawaian mempunyai fungsi :

1. Menyusun kebutuhan dan rasionalilasi pegawai.

2. Menyiapkan administrasi pengadaan dan penggunaan pegawai. 3. Menyusun rencana peningkatan mutu pegawai

4. Menyusun pelaksanaan pembinaan dan perawatan pegawai.

5. Menyiapkan pelaksanaan mutasi pegawai dan pemisahan pegawai. b. Bagian Sarana dan Prasarana

Bagian Sarana dan Prasarana,mempunyai tugas pokok menyusun dan melaksanakan rencana pengadaan, penggunaan, dan pengambangan sarana dan prasarana universitas berdasarkan perundang – undangan yang berlaku.

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut bagian sarana dan prasarana mempunyai fungsi :

1. Melaksanakan koordinasi denga pihak terkait dalam merencanakan pengadaan dan penggunaan sarana dan prasarana akademik secara integratif serta melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap pemanfaatan sarana dan prasarana kampus

2. Mengkoordinasikan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa serta perlengkapan perorangan.


(63)

penghapusan barang.

4. Menyelenggarakan pelayanan umum, pemeliharaan kebersihan kampus, perawatan sarana dan prasarana kampus.

5. Biro Kerjasama dan kemahasiswaan

Biro Kerjasama dan Kemahasiswaan disingkat Ro kermawa mempunyai tugas pokok melaksanakan Bimbingan, Arahan konsultasi serta pengawasan terhadap organisasi dan kerjasama serta kegiatan mahasiswa.

Untuk melaksanakan tugas pokok terebut biro kerjasama dan kemahasiswaan mempunyai fungsi :

1. Menyusun petunjuk ketentuan organisasi kegiatan mahasiswa dan kerjasama

2. Melaksanakan kegiatan kesejahteraan mahasiswa

3. Melaksanakan pencatatan dan pelayanan administrasi kegiatan kerjasama dan mahasiswa serta kegiatan alumni.

4. Meneyelenggarakan bursa tenaga kerja dalam rangka pemasaran tenaga kerja alumni universitas.

5. Menyusun program kegiatan dan evaluasi serta laporan kegiatan dan pelaksanaan kegiatan kerjasama dan kemahasiswaan.

a. Bagian kemahasiswaan

Bagian kemahasiswaan disingkat bag Mawa mempunyai tugas pokok melaksanakan bimbingan serta pelayanaan teknis dan


(64)

kemahasiswaan.

Untuk melaksanakan tugas tersebut pokok tersebut bagian kemahasiswaan mempunyai fungsi :

1. Melaksanakan pendataan bakat dan minat mahasiswa baru untuk kaderisasi anggota organisasi mahasiswa.

2. Memberikan bimbingan, arahan dan pengawasan kegiatan 3. Memberi pelayanaan teknis administrative

4. Melaksanakan koordinasi dengan staff kemahasiswaan, fakultas da program pascasarjana dalam perancanaan, pelaksanaan dan pelayanan kegiatan mahasiswa.

5. Melaksanakan pembinaan keorganisasian mahasiswa. 6. Biro Administrasi Akademik

Biro Administrasi Akademik disingkat Biro admik mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan teknis dan administratif dibidang akademik serta melaksanakan perancanaan evaluasi dan pelaporan akademik.

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut biro administrasi akademik mempunyai fungsi :

1. Merumuskan program kegiatan Biro Administrasi Akademik dan Membantu penyusunan program kerja dan anggaran universitas dibidang pendidikan, pengajaran dan perencanaan, evaluasi dan laporan akademik

2. Menyusun rencana pengembangan ( RENSTRA ) bidang pendidikan dan pengajaran universitas


(65)

universitas.

4. Melaksanakan administrasi akademik

5. Melaksanakan statistik dan registrasi mahasiswa 6. Mengkoordinasikan dan menyusun kalender akademik. a. Bagian Pendidikan dan Pengajaran

Bagian pendidikan dan pengajaran disingkat bag dikjar mempunyai tugas pokok menyusun kurikulum dan rencana pengembangan akademik sesuai dengan program pendidikan dan pengajaran.

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut bagian pendidikan dan pengajaran mempunyai fungsi :

1. Menyusun program kegiatan pendidikan dan pengajaran

2. Mengkoordinasikan unit kerja bidang pendidikan dan pengajaran untuk menjalin kerjasama dengan baik.

3. Melaksanakan administrasi pendidikan dan pengajaran

4. Menyusun perumusan petunjuk teknis bidang pendidikan dan pengajaran.

(a) Sub Bagian Mahasiswa Baru

Sub Bag Mahasiswa Baru disingkat Sub Bag Maba mempunyai tugas pokok memberi pelayanan administrasi dikjar dan Herregistrasi bakal calon, calon sampai menjadi mahasiswa baru.

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut subbag mahasiswa baru mempunyai tugas :


(66)

2. Menyiapkan, melaksanakan dan olah data herregistrasi mahasiswa baru.

3. Mengakses data dan mengolah data untuk disajikan dalam bentuk laporan hasil penerimaan mahasiswa baru.

4. Melaksanakan penerbitan buku pedomanan mahasiswa. 5. Melayani penerbitan kartu mahasiswa.

6. Melaksanakan promosi kepada calon mahasiswa baru.

(b). Sub Bagian Registrasi dan Statistik

Sub Bagian Registrasi dan Statistik disingkat sub bag regstat mempunyai tugas pokok menyelenggarakan registrasi dan statistik mahasiswa serta evaluasi kemajuan data perkembangan mahasiswa.

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut subbag regstat mempunyai tugas :

a. Melaksanakan registrasi dan statistik mahasiswa

b. Menyusun petunjuk pelaksanaan data/statistik dan kemajuan belajar mahasiswa

c. Melaksanakan pemutakhiran data mahasiswa yang meliputi biodata, kemajuan belajar, jumlah SKS, IPK jumlah lulusan dan melaksanakan evaluasi pada awal tengah dan akhir semester.

d. Mengkomunikasikan dan memberikan pelayanan informasi data mahasiswa dan alumni.


(67)

Fakultas mempunyai tugas pokok melaksanakan pendidikan dan pengajaran dalam program sarjana untuk satu cabang ilmu pengetahuan dan keterampilan teknologi.

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut fakultas mempunyai fungsi ;

1. Melaksanakan dan mengembangkan pandidikan dan pengajaran dalam satu atau sekelompok bidang ilmu pengatahuan dan teknologi tertentu untuk program sarjana. 2. Membantu lembaga penelitian dan pengembangan universitas

dalam melaksanakan penelitian untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3. Membantu pelaksanaan pengabdian pada masyarakat. 4. Membantu melaksanakan pembinaan sivitas akademika. 5. Melaksanakan kegiatan pelayanan administrarif.

a. Dekan

Dekan mempunyai tugas dan fungsi pokok memimpin, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan, pengabdian kepada masyarakat serta sivitas akademika.

Untuk melaksankan tugas pokok tersebut dekan mempunyai fungsi :

1. Menyusun dan menyiapkan program kerja fakultas dibantu

para wakil dekan dan berpedoman kepada rencana strategis


(68)

kerja fakultas serta keputusan – keputusan rektor.

2. Memberikan pengarahan, bimbingan dan petunjuk serta melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan program fakultas.

3. Membagi tugas dan melimpahkan wewenang kepada para wakil Dekan masing- masing untuk bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada mayarakat, kerjasama dan kemahasiswaan serta alumni ( kepada wakil dekan I ), administrasi umum ( Kepada wakil dekan II )

4. Memotivasi, mengarahkan dan mengkoordinaskan para dosen yang bekerja pada fakultas, agar merasa dan berada pada situasi akademik, berprestasi ilmiah yang tinggi dan mampu melaksanakan tugas Tridharma Perguruan Tinggi serta membimbing mahasiswa asuhannya.

5. Melaksanakan evaluasi dan menyusun laporan pelaksanaan program kerja / kegiatan fakultas.

b. Wakil dekan I

Wakil dekan I disingkat wadek I mempunyai tugas pokok membantu dekan dalam memimpin pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan serta pengabdian pada masyarakat dan pelaksanaan dibidang pendidikan yang bersifat kulikuler.


(69)

mempunyai fungsi :

1. Menilik dan mengkoordinasikan kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengembangan pendidikan dan pengajaran serta penelitian.

2. Menilik dan mengkoordinasikan kegiatan penyiapan program pendidikan baru diberbagai tingkat maupun bidang.

3. Menilik dan mengkoordinasikan kegiatan penyusunan program bagi usaha pengembangan daya penalaran mahasiswa.

4. Menilik dan mengkoordinasikan rencana kegiatan dan pelaksanaan kerja sama pendidikan dan penelitian dengan semua unsur pelaksana di lingkungan universitas.

c. Wakil dekan II

Wakil dekan II disingkat Wadek II mempunyai tugas pokok membantu dekan dalam memimpin pelaksanaan kegiatan dibidang administrasi umum.

Untuk melaksanaan tugas pokok tersebut wakil dekan II mempunyai fungsi :


(70)

keuangan

2. Menilik dan mengkoordinasikan kegiatan pengurusan kepegawaian.

3. Menilik dan mengkoordinasikan kegiatan pengurusan perlengkapan.

4. Menilik dan mengkoordinasikan kegiatan pengurusan kerumahtanggaan dan pemeliharaan/ketertiban.

5. Menilik dan mengkoordinasikan kegiatan pengurusan ketatausahaan.

d. Bagian Tata Usaha

Bagian Tata Usaha disingkat Bag TU mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggan fakultas.

Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut bagian tata usaha mempunyai fungsi :

1. Melaksanakan urusan surat – menyurat, rumah tangga, perlengkapan, kepegawaian dan keunganan.

2. Melaksanakan administrasi akademik, penelitian dan pengabdian pada masyarakat.


(1)

a. Membuat dan memasang tanda larangan

Pada kegiatan sosialisasi tentang kawasan tanpa rokok di lingkungan kampus sudah terimplementasi dan cukup berhasil untuk menginformasikan kampus sebagai kawasan tanpa rokok. karena sebagian besar sivitas akademika mengetahui adanya aturan tentang kampus sebagai kawasan tanpa rokok. Meskipun masih terdapat beberapa pelanggaran baik itu yang di lakukan oleh oknum mahasiswa maupun oknum karyawan universitas sendiri. b. Melakukan kampanye / penyuluhan tentang bahaya rokok

Sosialisasi yang dilaksanakan oleh pihak UPN ” Veteran ” Jawa timur belum terimplementasi masih hanya terbatas pada memasang spanduk dan rambu – rambu larangan merokok di setiap gedung kampus. Masih belum ada kegiatan – kegiatan yang sifatnya inovatif seperti memberikan penyuluhan kepada segenap sivitas akademika tentang bahaya akibat rokok yang dapat diderita oleh seorang dan orang yang ada di sekitarnya. Meskipun dampak yang timbulkan tidak bersifat langsung.

5.1.2 Tindakan / Sanksi

Suatu aturan hukum tidak terlepas dari pemberian sanksi sebagai akibat dari perbuatan yang melanggar aturan hukum. Pemberian sanksi bertujuan untuk membuat kelompok sasaran patuh terhadap sebuah aturan dan juga untuk menimbulkan efek jera bagi para pelanggar.


(2)

a. Menegur setiap pelanggar

Rektorat / Pimpinan selaku penangung jawab kawasan di UPN ” Veteran ” Jawa Timur dalam mengimplementasikan kebijakan kawasan tanpa rokok di lingkungan kampus sudah sesuai dengan aturan yang tercantum dalam perda no 5 tahun 2008. Dalam hal ini pihak rektorat hanya melakukan teguran langsung kepada oknum mahasiswa / karyawan yang kedapatan merokok atau kegiatan lain yang bertentangan dengan perda no 5 tahun 2008 di dalam lingkungan kampus.

b. Memberikan sanksi administratif

Kewenangan penanggung jawab kawasan untuk memberikan sanksi administratif terhadap pelaku pelanggaran belum teimplementasi. Masih belum ada tindakan tegas dari rektorat bagi pelanggar. Pihak rektorat belum pernah mengeluarkan sanksi adminstratif kepada para pelanggar. Masih hanya sebatas teguran ringan dengan mengingatkan pelanggar secara lisan.

c. Melaporkan kepada aparat keamanan

Penanggung jawab tempat proses belajar mengajar sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Walikota Surabaya dapat melakukan beberapa tindakan untuk menjamin pelaksanaan kebijakan ini yaitu : melarang setiap peserta didik, tenaga kepandidikan atau setiap orang yang berada di tempat proses belajar mengajar yang menjasi tanggung jawabnya untuk tidak


(3)

Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan oleh penanggung jawab kawasan apabila ada oknum yang melanggar yaitu : melaporkan kepada aparat yang berwenang. Namun masih belum pernah dilakukan oleh pihak Rektorat untuk menekan pelaku pelanggaran. Yang dilakukan oleh pihak Rektorat hanya sebatas teguran ringan.

5.1.3 Hambatan / kendala

Dari hasil penelitian, penulis menemukan beberapa kendala / hambatan dalam pengimplementasian kebijakan kawasan tanpa rokok di kampus UPN “ Veteran “ Jawa Timur :

1. Kepatuhan kelompok sasaran yang kurang terhadap aturan.

2. Komitmen pejabat pelaksana. sikap lunak dari penanggung jawab kawasan dengan mentolerir pelanggaran yang terjadi.

3. Tidak ada tim khusus yang bertugas melakukan pengawasan di lapangan. 5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas maka penulis menyampaikan saran yang berhubungan dengan Implementasi Kawasan Tanpa Rokok Di lingkungan Kampus UPN ” Veteran ” Jawa Timur :


(4)

5.2.1. Sosialisasi

Saran yang peneliti berikan sebagai masukan kepada UPN ” Veteran ” Jawa Timur sebagai penanggung jawab kawasan dalam upaya menumbuhkan kesadaran para civitas akademika untuk ikut berpartisipasi dalam mewujudkan kawasan kapus bebas asap rokok yaitu dengan cara pemberian materi informasi tentang bahaya merokok bagi kesehatan sendiri maupun bagi orang yang ada di sekitar. Agar kelompok sasaran ( perokok aktif ) lebih peduli dengan kesehatannya dan orang yang ada di lingkungannya dengan sendirinya tingkat pelanggaran diharapkan akan semakin menurun.

Selain itu Universitas Pembangunan Nasional ” Veteran ” Jawa Timur juga bisa memasukkan program sosialisasi bahaya rokok kedalam kegiatan PP dan K pada saat penerimaan mahasiswa baru sehingga sejak awal masuk lingkungan kampus UPN ” Veteran ” Jawa Timur para mahasiswa bisa menerima aturan yang ada di dalam kampus termasuk aturan tentang kampus sebagai kawasan tanpa rokok.

5.2.2. Tindakan / sanksi

Saran yang peneliti berikan sebagai masukan bagi Universitas Pembangunan Nasional ” Veteran ” Jawa Timur yang berfungsi sebagai penanggungjawab kawasan dalam hal implementasi kebijakan tentang kawasan tanpa rokok di lingkungan kampus. Sebagai bentuk upaya untuk mewujudkan lingkungan kampus sebagai kawasan tanpa rokok adalah dengan menegakkan aturan yang ada dengan memberi


(5)

mengadakan satuan pengawas internal kampus yang melakukan patroli untuk menajaring pelaku pelanggaran yang ada di dalam lingkungan kampus

5.2.3. Hambatan

Saran yang peneliti bisa berikan sebagai masukan bagi UPN ” Veteran Jawa Timur dalam upaya untuk mengatasi kendala yang ada dalam implementasi kebijakan kawasan tanpa rokok dan terbatas merokok adalah

1. Perlunya komitmen yang kuat dari pejabat pelaksana untuk mengimplementasikan kebijakan ini

2. Melakukan keegiatan penyuluhan / kampanye tentang bahaya rokok yang tidak di tujukan untuk mahasiswa tetapi juga karyawan universitas yang merupakan perokok aktif. Dengan adanya kegiatan ini di harapkkan dapat mengurangi resistensi kelompok sasaran

3. Membentuk satuan khusus yang bertugas untuk melakukan penegakan aturan ini di lingkungan kampus, unsur – unsur yang ada di dalam satuan khusus ini harus terdiri dari seluruh elemen – eleman civitas akademika dengan melibatkan mahasiswa.

4. Selain memberi sanksi juga harus ada reward bagi setiap satuan kerja yang berkomitmen menjalankan aturan ini. Dengan pemberian sanksi yang tegas diharapkan tujuan implementasi ini dapat mencapai sasaran yang telah ditentukan.


(6)

Islamy, Irfan,2004, Prinsip – prinsip perumusan Kebijaksanaan Negara, Jakarta : PT Bumi Aksara

Tangkilisan, 2004. Kebijakan Publik yang Membumi, Yogyakarta : Lukman Offset Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya Burhan, Hadari, 2005 Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta : Kencana Prenada Media

Group

Sugiyono, 2005. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung : Alfabeta ( anggota IKAPI ) Soenarko, 2005. Public Policy ( Pengertian Pokok Untuk Memahami dan Analisa

Kebijaksanaan Pemerintah ), surabaya : Airlangga University Press

Juhandi, 2007 Penelitian Dengan Judul ” Implementasi Perda Kabupaten Lombok Timur no 6 tahun 2004 Tentang Pemerintah Desa ”

Peraturan Daerah Kota Surabaya No 5 tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok


Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI PERDA KOTA PADANG PANJANG NO 8 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN TANPA ASAP ROKOK DAN KAWASAN TERTIB ROKOK (Studi Pada Kawasan Tanpa Asap Rokok di RSUD Kota Padang Panjang).

0 0 28

IMPLEMENTASI PERDA KOTA PADANG PANJANG NO 8 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN TANPA ASAP ROKOK DAN KAWASAN TERTIB ROKOK (Studi Pada Kawasan Tanpa Asap Rokok di RSUD Kota Padang Panjang).

0 0 16

TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MEWUJUDKAN KAWASAN TANPA ROKOK DI UPN “VETERAN” JAWA TIMUR.

1 10 106

SIKAP PEGAWAI PEMERINTAH KOTA SURABAYA TENTANG PEMBERITAAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NO. 5 TAHUN 2008 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK (KTM) PADA HARIAN SURAT KABAR JAWA POS ( Studi Deskriptif Kuantitatif tentang sikap P

0 0 129

Sikap Mahasiswa UPN Veteran Jatim Pasca Pemberitaan Perda Anti rokok No 5 Mengenai Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok Di Surat Kabar (Studi Deskriptif Sikap Mahasiswa UPN Veteran Jatim Pasca Pemberitaan Perda Anti rokok No 5 Mengenai Kawasan

0 2 80

PERDA KAWASAN TANPA ROKOK

0 0 9

PERDA NO 9 TAHUN 2010 TENTANG KAWASAN TANPA ASAP ROKOK

0 0 15

IMPLEMENTASI PERDA KOTA SURABAYA NO 5 TAHUN 2008 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK ( Studi tentang KawasanTanpa Rokok di Kampus UPN “ veteran “ Jawa Timur ) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

0 0 8

Sikap Mahasiswa UPN Veteran Jatim Pasca Pemberitaan Perda Anti rokok No 5 Mengenai Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok Di Surat Kabar (Studi Deskriptif Sikap Mahasiswa UPN Veteran Jatim Pasca Pemberitaan Perda Anti rokok No 5 Mengenai Kawasan

0 0 19

SIKAP PEGAWAI PEMERINTAH KOTA SURABAYA TENTANG PEMBERITAAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NO. 5 TAHUN 2008 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK (KTM) PADA HARIAN SURAT KABAR JAWA POS ( Studi Deskriptif Kuantitatif tentang sikap P

0 0 33