Teori Strukturalisme LANDASAN TEORETIS

BAB II LANDASAN TEORETIS

2.1 Teori Strukturalisme

Secara etimologis struktur berasal dari bahasa latin yaitu structura yang berarti bentuk atau bangunan Ratna 2004:88. Lebih lanjut Ratna menyatakan definisi strukturalisme berarti paham mengenai unsur-unsur yaitu di sutu pihak hubungan antarunsur yang satu dengan unsur yang lainnya, di pihak lain hubungan antarunsur unsur dengan totalitasnya. Hubungan antarunsur tersebut tidak semata-mata bersifat positif, seperti keselarasan, kesesuaian, dan kesepahaman, tetapi juga negatif seperti konflik dan pertentangan. Istilah stuktur merupakan kaitan-kaitan tetap antara kelompok- kelompok gejala. Kaitan kaitan tersebut diadakan oleh seorang peneliti berdasarkan observasinya Luxemburg 1989:36. Lebih lanjut Nurgiyantoro 2002: 36-37 mengatakan strukturalisme merupakan satu pendekatan kesastraan yang menekankan pada kajian antar unsur pembangun karya sastra yang bersangkutan. Menurut Hawkes dan Pradopo dalam Nurgiyantoro 2002: 37, pada dasarnya strukturalisme dapat dipandang sebagai cara berpikir 2 8 tentang dunia kesastraan yang merupakan susunan hubungan daripada susunan benda. Abrams dalam Nurgiyantoro 2002:36, mengartikan struktur adalah susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah. Teori struktural memandang karya sastra sebagai sebuah struktur yang unsur- unsurnya atau bagaian-bagiannya saling berjalin erat saling menentukan keseluruhan. Bagi setiap penelitian sastra, analisis struktural karya sastra yang akan diteliti merupakan suatu prioritas, pekerjaan pendahuluan, sebab karya sastra sebagai “dunia dalam kata“ Dresden dalam Teeuw 1983:60. Ratna 2004:91 menyatakan strukturalisme berarti paham mengenai unsur-unsur, yaitu unsur itu sendiri, dengan mekanisme antarhubungannya, disatu pihak antarhubungan unsur yang satu dengan unsur lainnya, di pihak yang lain hubungan antar unsur dengan totalitasnya. Teeuw 1988:135 berprinsip bahwa tujuan dari struktural adalah untuk membongkar, dan memaparkan dengan cermat, teliti, detail, dan mendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Sejalan dengan pendapat tersebut, Nurgiyantoro 2002:37 mengungkapkan analisis struktural karya sastra dalam fiksi, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik fiksi yang bersangkutan. Pada dasarnya analisis struktural bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi keterkaitan antarberbagai unsur karya sastra yang secara bersamaan menghasilkan sebuah keseluruhan. Stanton dalam Nurgiyantoro 2002:25 membedakan unsur pembangun sebuah karya sastra ke dalam tiga bagian yaitu: fakta cerita, tema, dan sarana cerita. Menurut Hartoko dalam Nurgiantoro 2000:38 analisis struktural dapat berupa kajian yang menyangkut relasi unsur-unsur dalam mikroteks, satu keseluruhan wacana, dan relasi intertektual. Analisis unsur-unsur teks itu misalnya berupa analisis kata-kata dalam kalimat atau kalimat-kalimat dalam alinea atau konteks wacana yang lebih besar. Namun, ia dapat juga berupa analisis fungsi dan hubungan antara unsur latar, waktu, tempat, dan sosial budaya dalam analisis latar. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat diselaraskan bahwa srtukturalisme adalah cara untuk menganalisis sebuah karya sastra yang bertujuan untuk mengatahui isi dari sebuah karya sastra yang dilakukan dengan cara mengidentifikasi, mengkaji, dan mendiskripsikan fungsi atau unsur intrinsik karya sastra yang bersangkutan. Adapun unsur pembangun sebuah karya sastra yang meliputi fakta cerita, tema, dan sarana cerita yang akan dibahas lebih lanjut untuk mengetahui isi dari crita cekak-crita cekak dalam penelitian ini.

2.2 Fakta Cerita