b. Crita cekak “Musibah”
Cerita crita cekak ini di awali dengan adanya alur sorot balik. Dibawah ini merupakan kutipan yang menunjukkan penggawatan.
…Lamat-lamat aku isih eling cilikanku ana maumere biyen. Mesthine ana tilas murid-muride bapak sing dadi korban. Ana mitra-mitrane
Bapak biyen sing dadi korban. Ana wong-wong liyane maneh sing Bapak tau kepotangan budi marang wong-wong iku uga tau dadi
korban. Jaya Baya, No. 29 tahun 1994. Hlm 16
…Sedikit-sedikit saya masih ingat kecilku di maumere dulu. Pastinya ada mantan murid-muridnya bapak yang jadi korban. Ada teman-
teman Bapak dulu yang menjadi korban. Ada orang-orang lainnya lagi yang Bapak pernah berhutang budi pada orang-orang itu juga pernah
menjadi korban
Berdasarkan kutipan peristiwa di atas, alur penggawatan terjadi ketika teringat pada masa kecilnya dahulu, dimana terdapat banyak korban yang
sudah dikenal oleh Bapak. Tahan awal cerita dimulai dengan adanya peristiwa pecahnya panitia yang sudah dibentuk Hlm ini dapat dilihat dari kutipan di
bawah ini. Pancen yen digagas lucu lan nrenyuhake. Panitia sing wis didhapuk
mlanthing-mlanthing, ujug-ujug padha mundur siji-siji. Mung kari Bapak minangka ketua Panitia. Jaya Baya, No. 29 tahun 1994. Hlm
16
Memang jika dipikir lucu dan menyesalkan. Panitia yang sudah dibangun secara susah payah, tiba-tiba mundur satu-satu. Hanya
tinggal Bapak yang merupakan ketua Panitia.
Berdasarkan kutipan di atas merupakan awal dari cerita dimana panitia yang sudah dibentuk dengan susah payah kini mundur semua kecuali Bapak
selaku ketua panitia. Kemudian terjadi lagi peristiwa yang menceritakan kejadian sebelumnya. Hlm ini ditunjukkan dengan kutipan di bawah ini.
Biyen nalika rapat neng omah, ketoke padha semangat banget. Kaya yak-yaka. Aku isih kelingan usule wong-wong kaya Pak Barata, Pak
Sunu, Pak Wisnu sajroning rapat…Jaya Baya, No. 29 tahun 1994. Hlm 16
Dulu ketika rapat di rumah, kelihatan semua bersemangat sekali. Seperti menggbeu-gebu. Saya masih ingat pada usulnya orang-orang
seperti Pak Barata, Pak Sunu, Pak Wisnu di dalam rapat…
Kutipan di atas menunjukkan peristiwa yang sebelumnya. Peristiwa tersebut menceritakan tentang rapat yang pernah dilaksanakan dulu, sebelum
peristiwa ini terjadi, dimana Bapak juga ingat dengan usulusul teman- temannya.
Alur maju yang terdapat pada cerita terdapat pada kutipan di bawah ini. Peristiwa yang terjadi dalam kutipan di bawah merupakan peristiwa
dimana terjadinya konflik. “Acara iki ora kena wurung”, ngendikane Bapak sawise ambegan
landhung. Paningale manther njanjagi atine Nono. “Mula kowe kabeh dak kumpulake bengi iki.” Jaya Baya, No. 29 tahun 1994. Hlm 17
“Acara ini tidak boleh gagal” kata Bapak setelah bernafas panjang. Penglihatannya menatap tajam dan menyentuh hatinya Nono.” Maka
semua saya kumpulkan malam ini.”
Kutipan di atas merupakan kutipan dimana konflik muncul yaitu, Bapak tidak ingin acara yang akan diadakan gagal, sehingga Bapak
mengumplkan semuanya malam ini. Cerita selanjutnya adalah dimana disat
acara akan dimulai, dikejutkan dengan adanya seseorang naik panggung. Peristiwa ini merupakan konflik mulai memuncak. Hlm ini dapat ditunjukkan
dengan kutipan di bawah ini. …Nono kang lungguh ana ngarep wiwit ngadek, mlaku menyang
panggung. Nanging dumadakan bareng karo Nono, ana wong tuwa wetenge gedhe mlaku edang-edong uga munggah panggung. Nono
katon bingung. Ana panggung wong mau omong-omongan sedilut karo Nono, banjur ngacarani Nono mudhun Jaya Baya, No. 29 tahun
1994. Hlm 19
…Nono yang duduk di depan mulai berdiri, berjalan menuju panggung. Tetapi tiba-tiba bersamaan dengan Nono, ada orang tua
perutnya besar berjalan dengan percaya diri juga naik panggung. Nono kelihatan bingung. Di paggung orang tadi bercakap-cakap sebentar
denganNono, kemudian menyuruh Nono untuk turun.
“Lho, jabang bayi” clulukku uga tanpa sadhar bareng ndulu wong tuwa endang-endong kaya ora liya Pak Barata iku pidhato makili
panitia. Jaya Baya, No. 29 tahun 1994. Hlm 19
“Lho, astaga’ celutukku tanpa sadar bersama dengan melihat orang tua kekar seperti tidak lain lagi Pak Barata itu pidato mewakili
panitia.
Berdasarkan kutipan di atas diketahui dimana peristiwa konflik semakin memuncak. Konflik memuncak ini menceritakan ada orang lain yang
menggantikan pidato panitia yang seharusnya dilakukan oleh Nono. Orang tersebut tak lain adalah Pak Barata. Cerita selanjutnya adalah merupkan
peristiwa peleraian atau akhir dari cerita. Hlm ini ditunjukkan oleh kutipan di bawah ini.
Aku metu, lungguh thenger-thenger ana lobi hotel. “Mbak Wening bali menyang rumah sakit bae, njaga Bpak. Ayo dak terke” kandhane
Sandi kang ujug-ujug wis ana sisihku. Jaya Baya, No. 29 tahun 1994. Hlm 19
Saya keluar, duduk terkapar di lobi hotel. “Mbak Wening pulang ke rumah sakit saja, menjaga Bapak. Ayo saya antarkan” kata Sandi
yang tiba-tiba sudah berada disamping saya.
Kutipan di atas merupakan peleraian atau akhir dari cerita. Setelah peristiwa yang tidak diinginkan terjadi pada acara tersebut, Mbak Wening
kemudian diantar Sandi pulang rumah sakit untuk menjaga Bapak yang sedang dirawat.
c. Crita cekak “Para Penjarah”