Aku banjur kelingan kang Wardiman kang ngenger maratuwane. Jaya Baya, No. 44 Tahun 1994
Saya kemudia teringat kang Wardiman yang mengikuti jejak mertuanya
Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui adanya kata-kata yang bermakna tidak sebenarnya atau bermakna konotatif. Hal itu ditunjukkan
dengan kata “kudu gemi” yang dalam arti sebenarnya adalah harus tidak boros dan juga terdapat kata “ngenger” yang berarti “mengikuti jejak”. Dapat
disimpulakan bahwa dalam crita cekak ini kata-kata yang digunakan pengarang adalah dominan bermakna sesungguhnya atau bermakna denotatif,
tetapi juga terdapat makna kata yang tidak sebenarnya atau bermakna konotatif. Bahasa yang digunakan juga dominan menggunakan bahasa Jawa
ngoko.
d. Crita cekak “Warisan”
“Asih, kowe krungu pitakonku? Sapa kae?” sepisan maneh pitakon semu panuding kuwi tekan kupinge. Raine panas kaya debeset-beseta.
Jaya Baya, No. 44 Tahun 1994
“Asih, kamu dengar pertanyaanku? Siapa dia?” sekali lagi tanya semu menunjuk itu sampai kupingnya. Mukanya panas seperti disayat-
sayat.
Lambene wis dipeksa peksakake kanggo menga, arep ngomong bares wae. Suwalike lambene, malah mingkem rapet kaya dikunci. Jaya
Baya, No. 44 Tahun 1994
Bibirnya sudah dipaksa paksakan untuk membuka, ingin berkata begitu saja. Sebaliknya bibirnya, malah tertutup rapat seperti dikunci.
Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui adanya kata-kata yang bermakna tidak sebenarnya atau bermakna konotatif. Hal itu ditunjukkan
dengan kalimat “Raine panas kaya dibeset-beseta” yang berarti seperti disayat-sayat dan kata “kaya dikunci” yang berarti seperti dikunci, dimana
kata-kata tersebut adalah bermakna menyerupai disayat-sayat dan dikunci. Dapat disimpulakan bahwa dalam crita cekak ini kata-kata yang digunakan
pengarang adalah dominan bermakna sesungguhnya atau bermakna denotatif, tetapi juga terdapat makna kata yang tidak sebenarnya atau bermakna
konotatif. Kalimat yang digunakan pendek. Bahasa yang digunakan juga dominan menggunakan bahasa Jawa ngoko.
e. Crita cekak “Karantina”
Sedheng mancik empere wae age-age dipel banjur diurak kaya luwak. Jaya Baya, No. 19 tahun 1998
Hanya menapakan kaki terasnya saja cepat-cepat dipel kemudian diusir seperti luwak.
Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui adanya kata-kata yang bermakna tidak sebenarnya atau bermakna konotatif. Hal itu ditunjukkan
dengan kalimat “diurak kaya luwak” yang berarti diusir menyerupai mengusir binatang luwak. Dapat disimpulkan bahwa dalam crita cekak ini kata-kata
yang digunakan pengarang adalah dominan bermakna sesungguhnya atau bermakna denotatif, tetapi juga terdapat makna kata yang tidak sebenarnya
atau bermakna konotatif yang bermakna menyerupai. Kalimat yang digunakan
pendek. Bahasa yang digunakan juga dominan menggunakan bahasa Jawa ngoko.
f. Crita cekak “Matur Nuwun Bidan Kartini”