d. Crita cekak “Warisan”
Cerita crita cekak ini diawali oleh peristiwa tanah yang harus dijaul apa tidak untuk membayar hutang. Hlm ini dapat ditunjukkan dengan kutipan
di bawah ini. “Piye? Tanah omah iki arep mbokdol? Iya? Arep mbokgawe nyaur
utang lan bunci nggonmu ngumbar seneng ngono” Jaya Baya, No. 44 Tahun 1994. Hlm 14
“Bagaimana? Tanah rumah ini akan kamu jual? Iya? Akan kamu gunakan untuk membayar hutang dan untuk bekal dirimu bersenang-
senang begitu”
Kutipan di atas menunjukkan bahwa awal atau pendahuluan dari ceirta crita cekak ini. Terjadi awal cerita dimana membingungkan tanah rumah ingin
dijual untuk bersenang-senang. Cerita selanjutnya yang merupakan munculnya konflik dimana ketika ibu bertanya kepada Asih tentang adanya
orang ketiga dalam kehidupan mereka. Hlm ini ditunjukkan dengan kutipan di bawah ini.
“Emm kowe lak ora duwe sesambungan karo lanangan liya, ta Sih?” Asih njenggirat Wangsulane karo gemeter “Mboten…mboten wonten
Bu.”
“Yen Sayuti kae apamu? Jaya Baya, No. 44 Tahun 1994. Hlm 15 “Emm kamu tidak punya hubungan dengan laki-laki lain kan Sih?”
Asih kaget Jawabannya gemetaran “Tidak… tidak, Bu.” “Kalau Sayuti itu siapamu?”
Kutipan di atas menunjukkan munculnya konflik yang terjadi dalam cerita. Asih yang terkejut dengan pertanyaan yang ditunjukkan kepadanya
tentang orang ketiga, terlebih tentang Sayuti. Cerita selanjutnya adalah peristiwa terbunuhnya Sayuti. Peristiwa ini merupakan peristiwa konflik yang
memuncak. Hlm ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini. “Sayuti ketangkep. Salawase wong ngimbu bathang bakal konangan.
Jebul dheweke sing mateni anakku.” Mripate mandeng tajem marang Asih. Ana kanepson ing mripat kuwi sing durung nate diweruhi
selawase dheweke ngopeni wong wadon tuwa ing ngarepe kuwi. Jaya Baya, No. 44 Tahun 1994. Hlm 15
Sayuti tertangkap. Selamanya orang menyembunyikan sesuatu pasti ketahuan. Ternyata yang dialah yang membunuh anakku.” Mata
menatap tajam terhadap Asih. Ana kenafsuan di mata itu yang belum pernah dilihat selama ia menjaga wanita tua di depannya itu.
Kutipan di atas merupakan dimana konflik memuncak setelah Bu Darjo menegtahui Sayuti tertangkap karena Sayuti telah membunuh Saleh.
Kemudian Bu Darjopun kelihatan sangat marah terhadap Asih. Cerita selanjutnya Asih akhirnya ditangkap polisi karejna juga diduga berhubungan
dengan peristiwa pembunuhan. Peristiwa tersebut merupakan peleraian atau akhir dari cerita. Hlm ini dapat ditunjukkan oleh kutipan di bawah ini.
Oling awake krungu panguman-umane Bu Darjo. Kaget, isin, mangkel, susah lan pegel dadi siji ing awake. Wis ora bisa dirungu
maneh nalika pulisi-pulisi kuwi teka, ngecrek dheweke. Awake lemes jiwane pepes. Map ijo ing ndhuwur meja kuwi ceblok. Kertase mawut
ing plesteran. Jaya Baya, No. 44 Tahun 1994. Hlm 15
Lemas badannya mendengar kata-kata Bu Darjo. Terkejut, malu, jengkel, susah, dan pegal jadi satu di badannya. Sudah tidak bisa
didengar lagi ketika polisi-polisi itu dating , menangkapnya. Badannya lemas jiwanya tergocang. Map hijau di atas meja itu jatuh. Kartasnya
berserakan di lantai.
Kutipan di atas menunjukkan bahwa akhir atau peleraian dari cerita, dimana Asih kemudian ditangkap oleh polisi, karena peristiwa terbunuhnya
Saleh. Kertas warisan yang diletakkan di map hijau yang berada di atas meja juga berserakan di lantai.
e. Crita cekak “Karantina”