Sudut Pandang Sarana Cerita

pengarang, dan merasakan pengalaman seperti yang dirasakan pengarang Nurgiyantoro 2002:25. Penelitian ini akan digunakan sarana cerita yang menyangkut sudut pandang, gayabahasa dan nada penceritaan seperti dengan apa yang akan diuraikan di bawah.

2.4.1 Sudut Pandang

Sudut pandang merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca Abrams dalam Nurgiyantoro 2002:248. Sedangkan sudut pandang menurut Stevick dalam Nurgiyantoro, 2002:249 merupakan teknik yang dipergunakan pengarang untuk menemukan dan menyampaikan makna karya artistiknya, untuk dapat sampai dan berhubungan dengan pembacanya. Stanton dalam Nurgiyantoro, 2002:146 menyatakan sudut pandang, point of view, viewpoint merupakan salah satu unsur fiksi yang digolongkan sebagai sarana cerita, literary device. Menurut Suharianto 2005:25 suatu cerita hakikatnya adalah lukisan perikehidupan manusia yang ditampilkan melalui tokoh-tokoh tertentu. Untuk menampilkan cerita tentang perikehidupan tokoh itu, pengarang akan menentukan siapa orangnya dan berkedudukan sebagai apa pengarang dalam cerita tersebut. Siapa yang bercerita itulah yang disebut pusat pengisahan atau sudut pandang. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat diselaraskan bahwa sudut pandang merupakan suatu cara pengarang untuk menyampaikan atau menyajikan tokoh. Melalui sudut pandang pengarang menyampaikan makna karya artistiknya agar selalu berhubungan dengan pembacanya. Nurgiyantoro 2002:256, mengemukakan pembedaan sudut pandang berdasarkan pembeda umum yang dilakukan orang, yaitu persona tokoh cerita: persona orang ketiga “dia” dan persona orang pertama “aku”. Pengisahan cerita yang menggunakan persona orang ketiga “dia”, narator adalah seseorang yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya: ia, dia, mereka. Pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona pertama “aku”, pengarang ikut terlibat dalam cerita Nurgiyantoro 2002: 262. Tokoh “aku” tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadarannya diri sendiri, mengisahkan peristiwa dan tindakan, yang diketahui, dilihat, didengar, dialami dan dirasaka, serta sikapnya terhadap tokoh lain kepada pembaca. Meredith dan Fitzgerald dalam Nurgiyantoro 2002:262, mengungkapkan bahwa persona pertama adalah sudut pandang yang bersifat internal, maka jangkauannya terbatas. Sudut pandang campuran digunakan pengarang yang menggabungkan antara persona pertama dan ketiga, antara “aku” dan “dia” sekaligus. Campuran “aku” dan “dia” terjadi secara bergantian, mula-mula cerita dikisahkan dari sudut “aku” terjadi pergantian ke “dia”, namun kemudian kembali lagi ke “aku” Nurgiyantoro 2002:268. Sudut pandang di dalam sarana telah diuraikan seperti yang ada di atas, kemudian akan dibahas tentang GayaBahasa dan Nada.