Kutipan di atas menunjukkan bahwa akhir atau peleraian dari cerita, dimana Asih kemudian ditangkap oleh polisi, karena peristiwa terbunuhnya
Saleh. Kertas warisan yang diletakkan di map hijau yang berada di atas meja juga berserakan di lantai.
e. Crita cekak “Karantina”
Crita crita cekak ini di awali oleh peristiwa di mana Sipir yang baru saja keluar dari penjara, yang ingin ketemu denga istri dan anaknya. Hlm ini
dapat ditunjukan oleh kutipan di bawah ini. Sipir gawang-gawang eling marang bojone sing jarene wis nduwe
bocah loro. Siji Nina Bobo, wiji tinggalane Sipir sadurunge lunga menyang ukumane, lan siji Beby, asile sesambungan karo bojone sing
anyar iku. Jaya Baya, No. 19 tahun 1998. Hlm 16
Sipir yang tiba-tiba ingat terhadap istrinya yang katanya sudah mempunyai dua anak. Satu Nina Bobo, buah tinggalannya Sipir
sebelum pergi ke hukuman, dan satu Beby, hasil dari suami yang baru itu.
Kutipan di atas menunjukkan awal atau pendahuluan cerita. Sipir yang ingat tentang istri dan anaknya yang ikut dengn orang lain. Cerita selanjutnya,
Sipir tiba-tiba dapat kabar tentang anaknya melalui telepon. Kemudian muncul konflik cerita. Hlm ini dapat ditunjukkan dengan kutipan di bawah
ini. Tangan-tangane kedher Gagang telpun nyeblok. Awak sakojur lemes.
Dudu perkara apa-apa, mung wiring campur mangkel lan ngungun. Gek anake digawa menyang endi? Aja-aja disiya-siya karo bapake
sesambungan dupeh saiki uripe wis bangkrut. Jaya Baya, No. 19 tahun 1998. Hlm 17
Tangan-tangannya gemetar Telepon jatuh. Seluruh badan lemas. Bukan perkara apa-apa, hanya takut campur rasa jengkel dan tertegun.
Apakah anaknya dibawa kemana? Jangan-jangan disia-sia sama bapak tirinya, hanya sekarang hidupnya sudah bangkrut.
Kutipan di atas menunjukkan adanya konflik yang muncul, setelah Sipir dapat kabar tentang anaknya melalui telepon. Sipir takut kalau terjadi
sesuatu dengan anaknya. Cerita selanjutnya adalah Beby yang tiba-tiba dating ke Sipir, dimana peristiwa ini merupakan puncak cerita. Hlm ini dapat
ditunjukkan dengan kutipan di bawah ini. “Paak Tak rangu pirang-pirang ndina tibake bapak ana kene,”
kandhane bocah wadon sing mlaku ingkrah ingkruh kabotan weteng. Sipir rada kaget nyawang bocah iku. Jaya Baya, No. 19 tahun 1998.
Hlm 47
“Paak Saya cari beberapa hari ternyata bapak ada di sini,” kata seorang wanita yang jalan termekeh-mekeh keberatan perut. Sipir
seperti kaget melihat orang itu.
Kutipan di atas menunjukkan kutipan di mana puncak cerita terjadi. Tiba-tiba datang seorang wanita yang mengaku bahwa anak Sipir. Cerita
selanjutnya adalah cerita dimana Beby yang mengaku sebagai anaknya tiba- tiba pergi tanpa pamit dan Sipir ditemukan meninggal. Peristiwa ini
merupakan akhir atau peleraian cerita. Hlm ini dapat dilihat dari kutipan di bawah ini.
“Apa bocah wadon iku wis dadi loro?” batine Sipir kaya pitakon marang wewe. Nanging esuk-esuk sing wening, Sipir wis gemlethak
ana njurang tanpa napas. Ora ana sing ngerti apa dheweke bunuh dhiri apa dipulasara uwong. Jaya Baya, No. 19 tahun 1998. Hlm 47
“Apa wanita itu sudah menjadi dua?” batin Sipir seperti tanya ke hantu. Tetapi pagi-pagi yang sejuk, Sipir tergeletak di jurang tanpa
nafas. Tidak ada yang tahu apa dia bunuh diri apa dibunuh orang.
Kutipan di atas menunjukkan akhir dari cerita, dimana Sipir yang tidak tahu keberadaan Beby, dan yang kemudian Sipir ditemukan meninggal di
jurang.
f. Crita cekak “Wiring Kuning”