Crita cekak “Wiring Kuning”

ana njurang tanpa napas. Ora ana sing ngerti apa dheweke bunuh dhiri apa dipulasara uwong. Jaya Baya, No. 19 tahun 1998. Hlm 47 “Apa wanita itu sudah menjadi dua?” batin Sipir seperti tanya ke hantu. Tetapi pagi-pagi yang sejuk, Sipir tergeletak di jurang tanpa nafas. Tidak ada yang tahu apa dia bunuh diri apa dibunuh orang. Kutipan di atas menunjukkan akhir dari cerita, dimana Sipir yang tidak tahu keberadaan Beby, dan yang kemudian Sipir ditemukan meninggal di jurang.

f. Crita cekak “Wiring Kuning”

Cerita crita cekak ini diawali adanya peristiwa dimana Mbah Karji Kung sudah tidak tahan dengan sakit mata yang di deritanya. Hlm ini dapat ditunjukkan oleh kutipan di bawah ini. Mbah Karji Kung wis ora kuwat maneh ngampet ngeresing mripate sing sisih tengen, ngeres sing wis rong minggu dirasakake wiwit klilipen grame wesi nalika mbeji wesine timbangan kodhokan dhek kemis kliwon kae. Jaya Baya, tahun 1999. Hlm 14 Mbah Karji Kung sudah tidak kuat lagi menahan rasa kotornya matanya yang sebelah kanan, kotor yang sudah dua minggu dirasakan semenjak termasuki percikan besi ketika memotong besi timbangan kodokan ai hari kamis kliwon itu. Kutipan di atas menunjukkan dimana awal dari cerita. Peristiwa Mbah Karji Kung yang sudah tidak tahan lagi dengan kotor matanya karena kemasukan percikan besi yang dirasakan sudah dua muinggu yang lalu. Cerita selanjutnya adalah ketika Pak Yitno tertidur ketikan sedang menunggu operasi Mabha karji Kung, Pak Yitno bermimpi. Peristiwa ini merupakan dimana konflik muncul. Hlm ini dapat ditemukan dalam kutipan di bawah ini. Sajerone turu, Pak Yitno ngimpi kaya weruh ana pitik jago tarung. Sing siji wulune abang sembur ireng, sijine wiring kuning. Pitik loro mau padha rosane, tarung keket. Jalune padha lincipe, dedege padha, kengkenane padha. Jaya Baya, No. tahun 1999. Hlm 15 Di dalam tidunya, Pak Yitno bermimpi seperti melihat anak ayam jago bertarung. Yang satu bulunya merah bercampur hitam, satunya wiring kuning. Dua ayam tadi sama kuatnya, gagahnya sama, bertahannyapun sama. Kutipan di atas menunjukkan peristiwa munculnya konflik. Pak Yitno ketika tidur bermimpi melihat anak ayam jago yang bertarung dan sama-sama kuat. Cerita selanjutnya, mimpi Pak Yitno tersebut merupakan pertanda. Ternyata Operasi Mbah Karji Kung gagal karena ada yang aneh dalam operasi. Peristiwa ini merupakan peristiwa konflik memuncak. Hlm ini ditunjukkan dengan kutipan di bawah ini. “Otot-otote niku lho, dipotong mboten kenging Selapute dipuncapit nggih awrat, gek anehe biyus pirang-pirang jebulane muspra, Pak Karji panggah ngraosaken sakit kemawon” Pak Dhokter njlentrehaken. Jaya Baya, No. tahun 1999. Hlm 15 “Otot-ototnya itu lho, dipotong tidak bisa Selaputnya dijepit juga susah, yang anehnya lagi biyus yang banyak ternyata musnah, Pak Karji elalu merasakan sakit saja” Pak Dokter menerangkan. Kutipan di atas merupakan kutipan yang menunjukkan konflik memuncak. Mbah Karji Kung yang operasinya gagal karena tubuhnya yang kebal, walau sudah dibiaus beberapa kali tetap saja bius itu tidak ada reaksi, yang ada Mbah Karji Kung merasakan sakit. Cerita selanjutnya yang merupakan dari akhir cerita adalah, mata Mbah karji Kung yang harus jadi korban karena gagal operasi. Hlm ini dapat ditunjukkan dengan kutipan di bawah ini. “Socane Mbah Kung kudu dadi kurban. Operasine gagal merga Mbah Kung ora kena dibiyus gek ora tedhas karo peralatan bedhah. Mbah Kung kelaran, keluwen, mesakake…..” Jaya Baya, No. tahun 1999. Hlm 15 Matanya kakek harus menjadi korban. Opersinya gagal karena kakek tidak bisa dibius dan juga tidak bisa dengan peralatan bedah. Kakek kesakitan, kelaparan, kasihan….” Kutipan di atas menunjukkan peristiwa berakhir. Cerita diakhiri dengan peristiwa Mbah Karji Kung harus mengorbankan matanya, karena operasinya yang gagal. Mbah Karji ketika dioperasi semua alat operasi tidak bisa digunakan, bius yang disunikkan juga tida bisa.

g. Crita cekak “Matur Nuwun Bidan Kartini”