Rumusan Masalah Metode Penelitian

Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseeorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara UU No 10 tahun 2009. Pembuatan paket wisata dengan mengangkat keunikan serta keragaman budaya Indonesia yaitu wayang kulit dimana juga merupakan warisan budaya dunia asli Indonesia akan menjadi hal yang menarik mengingat wayang kulit saat ini memerlukan promosi pengenalan terhadap masyarakat dunia tentang keberadaannya. Berdasar latar belakang yang dikemukakan di atas, maka penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul Penyusunan Paket Wisata Minat Khusus seni Wayang kulit di Surakarta.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas, maka dirumuskan permasalahan- permasalahan sebagi berikut 1. Bagaimana potensi seni wayang kulit di Surakarta sebagai obyek dan daya tarik wisata minat khusus. 2. Bagaimana model penyusunan paket wisata minat khusus seni wayang kulit di Surakarta.

C. Tujuan Penulisan.

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang ingin penulis capai dalam penelitian ini antara lain: 1. Untuk mengetahui obyek dan daya tarik wisata minat khusus seni wayang kulit di Surakarta. 2. Untuk mengetahui model penyusunan paket wisata minat khusus seni wayang kulit di Surakarta. D.Manfaat Penulisan Adapun manfaat penulisan Tugas Akhir ini antara lain: Manfaat praktis 1. Sebagai bentuk praktek nyata pembuatan paket wisata dengan beberapa obyek dan daya tarik wisata yang dirasa mempunyai potensi untuk dikunjungi banyak wisatawan 2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk memajukan kepariwisataan di daerah yang diteliti. Manfaat akademis 1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan untuk tambahan pengetahuan di Program DIII Usaha Perjalanan Wiata Universitas Sebelas Maret Surakarta tentang penyusunan paket wisata minat khusus. 2. Hasil penyusunan paket wisata minat khusus seni wayang kulit ini dapat dilaksanakan oleh mahasiswa Program DIII Usaha Perjalanan Wisata sebagai bentuk praktek nyata dalam pembuatan paket wisata serta pelaksanaannya. E.Kajian Pustaka 1. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pariwisata dan bersifat multi dimensi serta multi disiplin. UU No.10 2009 2. Pariwisata merupakan aktivitas, pelayanan dan produk hasil industri pariwisata yang mampu menciptakan pengalaman perjalanan bagi wisatawan. Muljadi A.J.,2009:7. 3. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat terentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempeelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. UU No.10 2009 4. Produk wisata merupakan berbagai jasa wisata dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi satu dengan lainnya saling terkait dan dihasilkan oleh berbagai perusahaan pariwisata,misalnya akomodasi, angkutan wisata, biro perjalanan, restoran, dan daya tarik wisata, dan perusahaan lain yang terkait. Muljadi A.J.,2009:47. 5. Macam-macam Pariwisata Menyinggung tentang kepariwisataan tentunya tidak luput dari macam-macam pariwisata . Adapun macam-macam pariwisata menurut Nyoman S. Pendit dalam bukunya yang berjudul Ilmu Pengetahuan Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana tahun 2002 antara lain a. Wisata Budaya Seseorang melakukan perjalanan wisata atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka, budaya dan seni mereka. Sering perjalanan serupa ini disatukan dengan kesempatan-kesempatan mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan budaya. b. Wisata Kesehatan Hal ini dimaksud dengan perjalanan seorang wisatawan dengan tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat tinggalnya, sehingga mengobati kelelahan- kelelahan jasmani dan rohani dengan mengunjungi tempat peristirahatan seperti mandi di sumber air panas untuk penyembuhan. Tempat yang beriklim udara menyehatkan atau tempat-tempat yang menyediakan fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya. c. Wisata Olahraga Ini dimaksudkan untuk wisatawan-wisatawan yang melakukan perjalanan dengan tujuan berolahraga atau memang sengaja bermaksud mangambil bagian aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat atau Negara, seperti Olimpiade, Thomas Cup, Uber Cup, dan lain-lain. d. Wisata Komersil Jenis ini termasuk perjalanan untuk mengunjungi pameran-pameran dan pekan raya yang bersifat komersil seperti pameran industri, pameran dagang dan sebagainya. Tidak jarang pameran atau pekan raya ini dimeriahkan dengan berbagai macam atraksi dan pertunjukan kesenian. e. Wisata Industri Wisata industri adalah perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa atau orang-orang ke suatu komplek atau daerah perindustrian di mana pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel besar dengan tujuan mengadakan peninjauan atau penelitian. f. Wisata Politik Wisata politik adalah perjalanan yang dilakukan untuk atau mengambil bagian aktif dalam pariwisata kegiatan politik, misalnya perayaan 17 Agustus di Jakarta, Perayaan 10 Oktober di Moskow dan sebagainya. Biasanya fasilitas akomodasi, sarana transportasi, dan atraksi yang beraneka ragam diadakan secara meriah bagi pengunjung di dalam maupun luar negeri. Saat ini, peristiwa politik seperti tersebut di atas selalu disertai dengan kegiatan dunia pariwisata. g. Wisata Konvensi Berbagai negara saat ini membangun wisata konvensi dengan menyediakan fasilitas bangunan yang dilengkapi dengan ruangan-ruangan sidang bagi peserta suatu konferensi, musyawarah, konvensi, atau pertemuan lainnya baik yang bersifat nasional maupun internasional. h. Wisata Sosial Wisata sosial adalah pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah untuk memberi kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah untuk mengadakan perjalanan misalnya buruh, petani, pelajar atau mahasiswa dan sebagainya. i. Wisata Pertanian Seperti halnya wisat industry, wisata pertanian ini adalah pengorganisasian perjalanan yang dilakukan proyek-proyek pertanian, perkebunan, lading pembibitan, dan sebagainya di mana wisatawan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk tujuan studi. j. Wisata Maritim atau Bahari Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olahraga air seperti di danau, sungai, pantai atau memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan, kompetisi berselancar, balapan mendayung, berkeliling melihat taman laut dengan pemandangan yang indah dari permukaan air serta berbagai rekreasi perairan yang banyak dilakukan di daerah-daerah atau Negara-negara maritim di lautan Karibia, Hawai, Tahiti, dan Fuji. k. Wisata Cagar Alam Jenis wisata ini banyak diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan wisata dengan jalan wisata ke tempat cagar alam atau hutan lindung. l. Wisata Buru Kegiatan wisata ini dikaitkan dengan hobi berburu. Lokasi ini tentunya telah dibenarkan oleh pemerintah sebagai daerah perburuan. Jenis wisata ini banyak dilakukan di negara –negara yang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang bibenarkan oleh pemerintah. m. Wisata Pilgirim. Wisata ini banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, kepercayaan ataupun adat istisdat masyarakat setempat. Wisata pilgrim banyak dilakukan oleh perorangan maupun rombongan ke tempat-tempat suci, ke makam-makam orang besar dan sebagainya. n. Wisata Bulan Madu Suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan-pasangan pengantin baru yang sedang berbulan madu dengan fasilitas khusus dan tersendiri. o. Wisata Petualangan Wisata petualangan adalah jenis wisata yang melakukan kegiatan wisata seperti masuk hutan belantara yang tadinya belum pernah dijelajahi, mendaki tebing terjal, terjun ke dalam sungai yang curam, arum jeram dan menyusuri gua.

6. Faktor pendorong dan Penarik Wisatawan

Keputusan seseorang untuk melakukan perjalanan wisata dipengaruhi oleh kuatnya faktor-faktor pendorong push factor dan factor-faktor penarik pull factor . Factor pendorong dan penarik ini sesungguhnya merupakan faktor internal dan eksternal yang memotivasi wisatawan untuk mengambil keputusan untuk melakukan perjalanan. Faktor pendorong umumnya bersifat social-psilogis ,atau merupakan person specific motivaton, sedangkan faktor penarik merupakan destination specific attribute . Dengan adanya faktor pendorong, maka seseorang ingin melakukan perjalanan wisata, tetapi belum jelas daerah mana yang akan dituju. Berbagai faktor penarik yang dipilih oleh DTW akan menyebabkan orang tersebut memilih DTW tertentu untuk memenuhi needs and wants Faktor pendorong bagi seseorang untuk melakukan perjalanan wisata seperti di bawah ini: 1. Escape . Ingin melepaskan diri dari lingkungan yang dirasakan menjemukan, atau kejenuhan dari pekerjaan sehari-hari. 2. Relaxation . Keinginan untuk rekuperasipenyegaran, yang juga berhubungan dengan motivasi untuk escape di atas. 3. Play . Ingin menikmati kegembiraan, melalui berbagai permainana, yang merupakan pemunculan kembali dari sifat kekanak-kanaan, dan melepaskan diri sejenak dari berbagai urusan yang serius. 4. Strengthening Family Bonds . Ingin mempercepat hubungan kekerabatan, khususnya dalam konteks VFR Visiting Friends and Relations . Keakraban hubungan kekerabatan ini juga terjadi diantara anggota keluarga yang melakukan perjalanan bersama-sama, karena kebersamaan sangat sulit diperoleh dalam suasana kerja sehari-hari di Negara industry. 5. Prestige . Untuk menunjukkan gengsi, dengan mengunjungi destinasi yang menunjukkan kelas dan gaya hidup, yang merupakan juga dorongan untuk meningkatkan status atau derajat sosial. Bagi berbagai masyarakat, perjalanan keluar merupakan suatu bentuk ‘inisiasi’. 6. Social interaction . Untuk dapat melakukan interaksi sosial dengan teman sejawat, atau dengan mayarakat lokal yang dikunjungi. 7. Romance . Keinginan untuk bertemu dengan orang-orang yang memberikan suasana romantis, atau untuk memenuhi kebutuhan seksual, khususnya dalam pariwisata seks. 8. Educational opportunity . Keinginan untuk melihat sesuatu yang baru, mempelajari orang lain dandaerah lain, atau mengetahui kebudayaan etnis lain. Ini merupakan pendorong yang dominan di dalam pariwisata. 9. Self-fulfilment . Keinginan untuk menemukan diri sendiri self discovery. Karena diri sendiri biasanya bisa ditemuka pada saat kita menemukan daerah atau orang yang baru. 10. Wish-fulfilment . Keinginana untuk merealisasikan mimpi-mimpi,yang lama dicita-citakan, sampai mengorbankan diri dengan cara berhemat, agar bisa melakukan perjalanan. Hal ini juga sangat jelas dalam wisata religius, sebagai bagian dari keinginan atau dorongan yang kuat dari dalam diri. I Gde Pitana dan Putu G. Gayatri,2005:67.

7. Menurut Mathieson dan Wall 1982, Proses pengambilan keputusan

seorang wisatawan melalui fase yang sangat penting, yaitu: 1. Kebutuhan atau keinginan untuk melakukan perjalanan. Tujuan dari perjalanan dirasakan oleh calon wisatawan, yang selanjutnya ditimbang-timbang apakah perjalanan tersebut memang harus dilakuakan atau tidak. 2. Pencarian dan penilaian informasi. Hal ini misalkan dilakukan dengan menghubungi agen perjalanan, memepelajari bahan-bahan promosi brosur, leaflet, media massa, atau mendiskusikan dengan mereka yang telah berpengalaman terlebih dahulu. Info ini dievaluasi dari segi keterbatasan dana dan waktu alternative dari berbagai destinasi yang memungkinkan dikunjungi, dan pertimbangan-pertimbangan lainnya. 3. Keputusan melakuakn perjalanan wisata. Keputusan ini meliputi antara lain daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi jenis akomodasi, dan cara berpergian, dan aktifitas yang akan dilakukan di daerah tujuan wisata. 4. Persiapan perjalanan dan pengamanan wisata. Wisatawan melakukan booking, dengan segala persiapan pribadi, dan akhirnya perjalanan wisata dilakukan. 5. Evaluasi kepuasan perjalanan wisata. Selama perjalanan, tinggal di daerah tujuan wisata, dan setelah kembalin ke negara asal, wisatawan secara sadar atau tidak sadar, selalu melakukan evaluasi terhadap perjalanan wisatanya, yang akan mempengaruhi perjalanan wisatanya di masa yang akan datang. Prof. Dr. I Gde Pitana,M.Si. dan Ir.Putu G. Gayatri.M.Si.,2005:72

8. Pengertian Wisata Budaya

Wisata budaya secara umum merupakan perjalanan yang bertujuan untuk mengenal adat istiadat, kesenian, dan hasil-hasil sejarah baik yang berupa bangunan candi, keraton, benteng, maupun makam atau petilasan para leluhur. Objek wisata budaya adalah objek wisata yang bentuk dan wujudnya berupa monumentasi hasil peradaban manusia di masa lampau maupun atraksi atau kegiatan budaya manusia. Wisata Budaya adalah gerak atau kegiatan wisata yang dirangsang oleh adanya objek-objek wisata berwujud hasil-hasil seni budaya setempat, misalnya : adat istiadat; upacara-upacara agama; tata hidup masyarakat setempat; peninggalan-peninggalan sejarah; hasil-hasil seni dan kerajinan rakyat dan lain sebagainya R.S. Damardjati 2001 : 31 Menurut Oka A. Yoeti wisata budaya yaitu jenis wisata di mana motivasi orang- orang untuk melakukan perjalanan disebabkan karena adanya daya tarik dari seni budaya suatu tempat atau daerah. Jadi objek kunjungan adalah warisan nenek moyang dan benda-benda kuno Oka A. Yoeti 1996 : 123 9. Pengertian Konsep 4A Di dalam pengembangan dan pengelolaan suatu objek wisata diperlukan suatu metode agar dalam pelaksanaan program yang telah direncanakan dapat berjalan dengan lancar. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pengembangan objek wisata menurut James Spillane yaitu dengan analisis 4A Atraksi, Aksesbilitas, Amenitas, Aktifitas a. Atraksi Atraksi yang juga disebut dengan objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu tujuan wisata. Daya tarik wisata dapat digolongkan menjadi: 1 Daya tarik alam, merupakan suatu obyek wisata yang didalamnya terdapat unsur alam, fisik, fauna dan floranya. 2 Daya tarik budaya, kebudayaan yang dimaksud tidak hanya meliputi kebudayaan tinggi seperti kesenian atau peri kehidupan keraton dan sebagainya akan tetapi juga meliputi adat istiadat dan segala kebiasaa yang hidup ditengah-tengah suatu masyarakat seperti pakaiannya, cara berbiacara, kegiatannya, dan sebagainya. 3 Daya tarik buatan manusia, bahwa manusia bisa menjadi atraksi wisata di dalam suatu obyek wisata dan menarik kedatangan wisatawan untuk berkunjung ke obyek tersebut b. Aksesbilitas Aksesbilitas adalah sarana yang memberi kemudahan bergerak untuk mencapai daerah tujuan wisata. Aksesbilitas tidak dapat dipisahkan dari ketersediaan : 1 Kondisi jalan jaringan rute sejalan dengan angkutan transportasi seperti jalan, rel kereta api, jalur udara. 2 Sistem transportasi seperti bus, kereta api, pesawat. 3 Papan petunjuk menuju daerah tujuan wisata. c. Amenitas Amenitas adalah fasilitas pendukung yang memberikan kemudahan bagi para wisatawan dalam menikmati kegiatan wisata yang dilakukan di daerah tujuan wisata, seperti akomodasi, restoran TIC, dan lain-lain. Amenitas merupakan salah satu faktor penting dalam menganalisis objek wisata karena faktor ini dinilai mempunyai kaitan yang erat dengan fasilitas-fasilitas yan ada di objek, sehingga akan mempengaruhi kenyamanan wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. d. Aktifitas Aktifitas adalah kegiatan wisata yang dapat dilakukan oleh wisatawan maupun penduduk setempat di daerah tujuan wisata. 10. Perencanaan dan Pengelolaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Sosial- Budaya Happy Marpaung,2002:88 1. Peninggalan Sejarah Kepurbakalaan dan Monumen. Peninggalan sejarah kepurbakalaan dan monumen termaksuk gololongan budaya, monumen nasilonal, gedung bersejarah, kota, desa, tempat-tempat sejarah lain seperti battlefield merupakan suatu jenis obyek dan daya tarik wisata utama di banyak Negara. Jenis lain dari obyek dan daya tarik wisata ini adalah : 1 Penelitian bawah air, misalnya kapal karam atau tenggelam. 2 Industri arkeologi. 3 Taman-taman bersejarah. Perencanaan dan pengembangan obyek dan daya tarik wisata ini memerlukan zonasi. Fasilitas harus terkonsentrasi di satu atau beberapa area dan harus terintegrasi dengan visitor center complex . Fasilitas ini harus berada atau dekat pintu masuk. Pengaturan kesan alami perlu diperhatikan disekitar atraksi utamadan diseluruh kawasan. Perlu diperhatikan arus pengunjung agar tidak terkonsentrasi pada satu tempat, jarak antara pintu masuk dan pintu keluar harus di perhatikan. Penyediaan brosur dapat membantu dalam memberikan informasi yang lebih lengkap selain menyediakan pemandu wisata yang menguasai beberapa bahasa. Pendekatan imajinatif dalam perencanaan pengembangan fasilitas akhir-akhir ini merupakan hal yang efektif untuk diterapkan,khususnya dalam menyampaikan informasi yang lebih akurat kepada pengunjung seperti penyediaan museum. Ruang penelitian, ruamg pandang dengar, diorama, panggung, perpustakaan, dan lain-lain.

2. Museum dan fasilitas budaya lainnya

Jenis obyek dan daya arik wisata ini berhubungan dengan aspek alam dan aspek kebudayaan di suatu kawasan atau daerah tertentu. M useum dapat dikembangkan berdasar pada temmanya, antara lain museum arkeologi, sejarah, etnologi, sejarah alam, seni dan kerajinan, ilmu pengetahuan, teknologi dan industri, ataupun dengan tema khusus lainnya. Jenis obyek dan daya tarik wisata ini biasanya dikembangkan untuk memenuhi masyarakat local dalam melakukan aktifitas rekreasinya atau mengisi waktu luang, tapi jika suatu museum dikelola dengan baik akan dapat memberikan peluang yang cukup penting bagi peningkatan kegiatan pariwisata domestik maupun internasional. Tujuan dari pengeembangan suatu museum tidak hanya menampilkan suatu koleksi yang ada secara baik untuk keeperluan rekreasi tetapi unsure pendidikan jugamerupakan tujuan utama, melalui interpretasi ataupun program-program khusus. Menataan ruang dan pencahayaan museum harus dibuat sebaik mungkin, agar informasi yang disampaikan lebih akurat dengan penataan lokasi disetiap ruangan dengan label-label khusus. Fasilitas pengunjung yang harus disediakan adalah WC umum, tempat sampah, papan petunjuk, pussat informasi, ruang pandang dengar, perpustakaan, kios, tempat penitipan barang dan lain-lain. Pemandu wisata harus berkualitas tidak hanya mampu menguasai beberapa bahasa tetapi juga mengerti secara rinci isi dari koleksi museum yang ada. Pusat informasi yang tersedia tidak hanya menyediakan informasi mengenai koleksi yang ada dalam museum saja, tetapi juga informasi lain diluar museum yang masih berhubungan dengan koleksi museum.

3. Pola kehidupan

Pola kehidupan dan tradisi, termasuk adat istiadat, pakaian, upacara dan kepercayaan dari suatu suku bangsa tertentu merupakan komponen kebudayaan yang penting, sebaagai obyek dan daya tarik wisata yang dapat memberikan tambahan pengetahuuan bagi pengunjung, selian keuntungan ekonomi bagi daerah tersebut. Hal yang perlu dipertimmbangkan adalah daerah-daerah yang memiliki keunikan adat-istiadat yang masih tradisional pada umumnya mempunyai masyarakat yang belum berkembang, adany interaksi dengan pengunjung dikhawatirkan menimbulkan dampak negative bagi masyarakat penerima. Oleh karena itu, pertimbangan-pertimbangan terhadap skala pengembangan harus ditentukan secara hati-hati, khususnya dalam penentuan tujuan pengembangannya. Pengembangan jenis obyek dan daya tarik wisata ini akan lebih efektif jika berada langsung ditempat kebudayaan suku bangsa aslinya, misalnya desa tradisional. Tetapi jika desa-desa tradisional sulit dikembangkan atau dianggap sudah kurang baik tidak utuh, usaha-usaha rekonstruksi dapat dilakukan, perlu adanya peragaan pembuatan barang-barang kerajinan tradisional, tari-tarian, music tradisional, dan lain-lain.

4. Desa Wisata

Pengembangan desa wisata sebagai obyek dan daya tarik wisata akan berhubungan dengan wisatawan atau pengunjung yang tinggal disuatu desa tradisional,atau hanya untuk kunjungan singgah dimana desa wisata ini biasanyaterletak didaerah terpencil. Wisatawan atau pengunjung tidak hanya menyaksikan kebudayaan tradisional, tetapi biasanya ikut langsung berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat setempat. Pendekatan perencanaan pengembangan yang biasa dilakukan adalah community approach atau community based development . Dalam hal ini masyarakat lokal akan membangun, memiliki, dan mengelola langsung fasilitas wisata serta pelayanannya, sehingga dengan demikian masyarakat diharapkan dapat menerima secara langsung keuntungan secara ekonomi serta mencegah terjadinya urbanisasi. Penekanan pada kehidupan tradisional merupakan hal penting yang harus dipertimbangkan, mempersiapkan interaksi spontan antara masyarakat dan wisatawan atau pengunjung untuk dapat memberikan pengertian dan pengetahuan pengunjung tentang lingkungan dan kebudayaan setempat selain memberiakn rasa bangga masyarat lokal terhadap kebudayaannya. Pembangunan penginapan tradisional yang sederhana menggunakan bahan lokal ntuk tradisional diharapkan dapat membarikan kesan tersendiri bagi pengunjung, termasuk masakan tradisional. Perlu pertimbangan jumlah penginapan, jenis transportasi tradisional, dan lain- lain. Penataan zonasi dan penataan lingkungan alam sekitar desa perlu dilakukan selain penyedian fasilitas wisatawan atau pengunjung. Dalam penentuan zona untukn desa wisata perlu dipertimbangkan front stage dan back stage atau daerah depan dan daerah belakang. Yang dimaksud dengan daerah depan adalah temp at pengalaman, artificial atau buatan, tetapi masih berkaitan dengan tema dari adat- istiadat dan budaya setempat. Di sini wisatawan tidak langsung mendapatkan pengalaman budaya asli. Daerah ini dimaksudkan untuk menarik wisatawan ataupun memberikan kesan awal bagi wisatawan atau pengunjung. Fasilitas dan pelayanan wisatawan dikelompokkan didaerah depan ini antara lain akomodasi,toko cinderamata, warung, dan sebagainya. Daerah belakang adalah daya tarik utamanya, yaitu pemukiman penduduk asli dengan seluruh aktifitas budayanya. Di sini wisatawan atau pengunjung diharapkan dapat memperoleh pengalamn budaya asli yang ontentik.

5. Wisata keagamaan, Etnis dan Nostalgia

Jenis wisata keagamaan, etnis dan nostalgia erat kaitannya dengan wisatawan atau pengunjung yang memiliki latar belakang budaya, agama, etnis, dan sejarah yang sama atau hal-hal yang berhubungan dengan masa lalunya. Wisatawan jenis kegiatan ini biasanya tidak tinggal atau menginap di akomodasi komersial, tetapi dirumah saudara atau teman namun demikian kebutuhan akan fasilitas dan pelayanan lainnya masih merupakan hal penting. Lokasi dan jenis dan kecenderungan pasar wisata kedaerah mana mereka berkunjung. Sebagai contoh kebutuhan fasilitas dan pelayanan pasar wisata nostalgia dan keagamaan akan berada satu dengan yang lain, misalnya dari segi informasi. Pertimbangan penting bagi perencanaan pengembangannya adalah bahwa wisatawan akan meluangkan waktu untuk melakukan rekreasi atau sight-seeing di daerah yang dikunjunginya. Hal ini memerlukan pertimbangan bagi penyediaan aktifitas danjenis obyek dan wisata lainnya, yang sekaligus diharapkan dapat dapat memperpanjang lama tinggal, memperbesar pengeluaran wisatawan dan meningkatkan kepuasan wisatawan. Pengembangan dalam skala besar seperti wisata keagamaan di Mekah akan memerlukan fasilitas dan pelayanan serta kemudahan lain yang bervariasi dan komplek. Sedangkan untuk pengembangan dalam skala kecil atau sedang, penyediaan fasilitas, pelayanan, dan kemudahan lain akan lebih sederhana. Selain penyediaan fasilitas dan pelayanan, penataan zonasi dan penataan lingkungan tetap harus diperimbangkan.

11. Jenis-jenis

tour menurut M.Kesrul dalam bukunya berjudul Penyelenggaraan Operasi Perjalanan Wisata halaman 38 menyebutkan: 1. Paket Tour. Tour dengan harga tertentu yang direncanakan dan diselenggarakan oleh TATO atas resiko tanggung jawab sendiri. Harga sudah termasuk akomodasi,trasportasi,obyak wisata, dan lain-lain. 2. Independent Tour . Tour disusun atas permintaan tamutidak memiliki time scedule, pelaksanaan anytime, dan harga dihitung berdasarkan komponen yang disepakati. 3. Optional Tour . Tur tambahan yang tidak tercantum dalam acara perjalanan. Tur yang di selenggarakandirencanakan disela-sela acara paket tur tertentu. Peserta tidak harus mengikuti acara perjalanan tersebut. 4. Escorted Tour . Tur yang direncanakan dan diselenggarakan oleh TATO dengan mengelompokkan para peserta tur kedalam satu grup yang dipimpin oleh seorang conductor tour leader = guide selama perjalanan tur berlangsung. 5. Study Tour . Tur yang disusun dan diselenggarakan untuk tujuan surveyriset bagi mahasiswa atau pelajar ketempat-tempat tertentu badaya, obyek wisata, dan lain-lain 6. Reguler Tour . Tur yang direncanakandiselenggarakan dengan waktuharga yang telah ditentukan untuk bebagai tujuan domestic,inbound,ataupun outbound.

12. Jenis-jenis Paket tur dilihat dari kegiatanaktifitas

1. Pleasure Tourism . Berlibur, menikmati udara segar, mengendurkan ketegangan saraf, ingin mengetahui suatu Negara, daerah, atau tempat. 2. Recreation Tourism . Pemanfaatan hari libur: beristirahat, memulihkan kedegaran jasmani dan rohani. 3. Cultural Tourism . Khusus mempelajari adat istiadat dan cara hidup suatu kaum,peninggalan sejarah, keagamaan, festifal music. Contoh: Iwan Fals tour,slank emas tour, Jacko word tour, teater dan kesenian, Grammy award, Cannes award, pemutaran film Prancis, Jepang, Spayol di Jakarta. 4. Adventure Tourism . Kegiatan tur dilakukan di alam terbuka, memerlukan kehlian khusus dan fisik yang fit, dengan resiko yang cukup berbahaya. Tur dipandu oleh pramuwisata yang berpengalaman. Harga paket ini agak mahal. 5. Sport Tourism . Big sport event:Olimpiade, Asian games, ATF Tour, Pergelaran tinju akbar, ALL England, Word Cup dan lain-lain. Sport Tourism of the practitioners: berlatih dan mempraktikkan mendaki gunung, olah raga berkuda, berburu, memancing, dan lain-lain. 6. Business Tourism . Berkaitan dengan pekerjaan dan jabatan pemerintah atau swasta sebagai insentive tour sekaligus berbisnis. 7. Convention Tourism . Tur untuk menghadiri suatu konvensi, seminar, muktamar, konggres, dan lain-alin, dalam tingkat nasional ataupun dunia. 8. Special Interest Tourism . Acara perjalanan khusus dengan asumsi peserta terbatas karena paket tur ini tidak umum. Contohnya: pilgrim dan terjun paying. M.Kesrul,S.E.,M.B.A.,2003:39

13. Komponen paket wisata

1. Harga paket Rincian komponen perhitungan harga paket didasarkan pada : a. Biaya Trasportasi b. Biaya Akomodasi c. Biaya Makan d. Pemandu Wisata e. Biaya Parkir f. Biaya ODTW g. Biaya Pajak Jalan Raya h. Biaya Tak Terduga Biaya lain-lain Miscelleousness i. Keuntungan Profit j. Biaya Pajak 2. Penyusunan paket wisata selalu disertai dengan Itenerar y. 14. Itinerary adalah karena merupakan suatu jadwal dan daftar dengan keterangan lengkap tentang penyelenggaraan perjalanan. Itinerary adalah sebuah dokumen yang memuat acara perjalanan,sejak keberangkatan, di tempat tujuan, hingga kembali ketempat asal. Keterangan-keterangan yang disebutkan dalam dokumen tersebut antara lain waktu penyelenggaraan, tempat obyek kunjungan, dan tempat makan. M.Kesrul,S.E.,M.B.A.,2003:41

G. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan faktor penting didalam suatu penelitian disamping untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian juga untuk mempermudah pengembangan data guna kelancaran penyusunan tugas akhir. Adapaun metode yang digunakan dalam pengumpulan data diperinci sebagi berikut: 1. Lokasi penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di: a. Museum Radya Pustaka Surakarta b. Bale Agung Surakarta c. Desa Wirun, Mojolaban, Sukoharjo d. Sanggar Wayang kulit Haryanto, Telukan, Sukoharjo e. PDMN Pendidikan Dalang Mangkunrgaran Jl. RM Said Rt3RwIV No. 111 Punggawan Surakarta sebagai tempat pertunjukkan wayang. 2. Tehnik Pengumpulan Data Berdasar jenis penelitian dan sumber data yang digunakan, maka metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: a. Metode Observasi, Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala- gejala dalam suatu penelitian. Afifudin Beni Ahmad Saebani,2009:134. Observasi ke empat obyek yaitu Museum Radyapustaka, Bale Agung, desa Wirun dan gedung PDMN Pendidikan Dalang Mangkunegaran sebagai tempat pertunjukkan wayang dalam paket ini dilakukan pada bulan Mei-Juni 2010 sebanyak 3 kali untuk mengamati lokasi objek, meneliti benda-benda koleksi, mengambil gambar serta wawancara dengan pihak pengelola dan karyawan ketiga obyek dalam paket wisata ini. b. Metode Wawancara, Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang yang menjadi informan atau responden. Caranya dengan bercakap-cakap secara tatap muka. Afifudin Beni Ahmad Saebani,2009:131. Penulis mencari data yang dibutuhkan melalui wawancara dan tanya jawab langsung dengan pihak yang berkompetensi dengan masalah yang dikaji. Dalam hal ini penulis mewawancarai pihak yang terkait yaitu: 1 Wahyu Kristiana,SS Kabid bidang promosi dan Informasi DISBUDPAR Surakarta 2 Soewarni Wijyanti yaitu guiding staff Museum Radya Pustaka Surakarta 3 Sukadi adalah pengelola Bale Agung Surakarta 4 Joko Darmono salah satu pengrajin gamelan di desa Wirun 5 Pandu Miseno yaitu dalang yang akan mempertunjukkan seni wayang dalam paket ini. c. Studi pustaka, Studi pustaka adalah cara pengumpulan data dengan mempelajari serta mengkaji berbagai macam buku referensi, arsip maupun dokumen yang berhubungan dengan materi yang diteliti. d. Metode Library Research Studi KepustakaaanStudi Dokumentasi, Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan metode library research, yaitu studi literatur dan studi dokumentasi. Metode atau teknik dokumenter adalah teknik pengumpulan data dan informasi melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti. Metode documenter ini merupakan metetode pengumpulan data yang berasal dari sumber nonmanusia. Seperti foto yang bermanfaat sebagai sumber informasi karena mampu membekukan dan menggambarkan peristiwa yang terjadi. Afifudin Beni Ahmad Saebani,2009:131.

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA SURAKARTA DAN SENI WAYANG KULIT

A. Sejarah Singkat Kota Surakarta

Kota Surakarta berdiri tahun 1745 namun memiliki peran sejarah yang besar. Kota ini pernah menjadi pusat pemerintahan pada masa akhir Kesultanan Mataram, Surakarta menjadi pusat pemerintahan Kasunanan dan Praja Mangkunegaran. Jika ditarik lebih jauh, kedua fiodalisme Jawa ini memiliki keterkaitan dengan Majapahit. karena dinasti Mataram merupakan keturunan dari raja-raja kesultanan Demak, yang juga merupakan penerus suksesi dinasti Wijaya, sang pendiri Majapahit. Pada tanggal 17 tahun 1745 Paku Buwono II boyongan ke desa Sala untuk menenpati istananya yang baru. Dan mulai saat itu desa Sala berkembang pesat sebagai pusat pemerintahan kerajaan Mataram Islam. Untuk mengenang peristiwa boyongan Keraton yang menjadi tonggak penting bagi tonggak sejarah Kota Surakarta maka tanggal 17 Februari dijadikan sebagai hari jadi kota Surakarta. Namun sebagai imbalan jasa dari dari bantuan tersebut maka tahun 1755 dibuatlah perjanjian Giyanti yang membuat kerajaan Mataram Islam pecah menjadi kerajaan Surakarta dengan raja Paku Buwono II dan kerajaan Yogyakarta dengan pangeran Mangkubumi sebagi raja dengan gelar Hamengku Buwono. Dalam perkembangannya kota Surakarta menjadi kota dagang penting di Surakarta berdiri Syarikat Dagang Islam pada tahun 1905 kota wisata, dijuluki “kota plesir” dengan konotasi agak negatif, dan kota budaya. Bangunan bersejarah, produk kesenian, makanan khas, serta hiburan www.Kota Solo.com