8.
Educational opportunity
. Keinginan untuk melihat sesuatu yang baru, mempelajari orang lain dandaerah lain, atau mengetahui kebudayaan
etnis lain. Ini merupakan pendorong yang dominan di dalam pariwisata. 9.
Self-fulfilment
. Keinginan untuk menemukan diri sendiri self discovery. Karena diri sendiri biasanya bisa ditemuka pada saat kita menemukan
daerah atau orang yang baru. 10.
Wish-fulfilment
. Keinginana untuk merealisasikan mimpi-mimpi,yang lama dicita-citakan, sampai mengorbankan diri dengan cara berhemat,
agar bisa melakukan perjalanan. Hal ini juga sangat jelas dalam wisata religius, sebagai bagian dari keinginan atau dorongan yang kuat dari
dalam diri. I Gde Pitana dan Putu G. Gayatri,2005:67.
7. Menurut Mathieson dan Wall 1982, Proses pengambilan keputusan
seorang wisatawan melalui fase yang sangat penting, yaitu:
1. Kebutuhan atau keinginan untuk melakukan perjalanan. Tujuan dari perjalanan
dirasakan oleh calon wisatawan, yang selanjutnya ditimbang-timbang apakah perjalanan tersebut memang harus dilakuakan atau tidak.
2. Pencarian dan penilaian informasi. Hal ini misalkan dilakukan dengan
menghubungi agen perjalanan, memepelajari bahan-bahan promosi brosur, leaflet, media massa, atau mendiskusikan dengan mereka yang telah
berpengalaman terlebih dahulu. Info ini dievaluasi dari segi keterbatasan dana dan waktu alternative dari berbagai destinasi yang memungkinkan dikunjungi,
dan pertimbangan-pertimbangan lainnya.
3. Keputusan melakuakn perjalanan wisata. Keputusan ini meliputi antara lain
daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi jenis akomodasi, dan cara berpergian, dan aktifitas yang akan dilakukan di daerah tujuan wisata.
4. Persiapan perjalanan dan pengamanan wisata. Wisatawan melakukan booking,
dengan segala persiapan pribadi, dan akhirnya perjalanan wisata dilakukan. 5.
Evaluasi kepuasan perjalanan wisata. Selama perjalanan, tinggal di daerah tujuan wisata, dan setelah kembalin ke negara asal, wisatawan secara sadar atau
tidak sadar, selalu melakukan evaluasi terhadap perjalanan wisatanya, yang akan mempengaruhi perjalanan wisatanya di masa yang akan datang. Prof. Dr. I Gde
Pitana,M.Si. dan Ir.Putu G. Gayatri.M.Si.,2005:72
8. Pengertian Wisata Budaya
Wisata budaya secara umum merupakan perjalanan yang bertujuan untuk mengenal adat istiadat, kesenian, dan hasil-hasil sejarah baik yang berupa bangunan candi,
keraton, benteng, maupun makam atau petilasan para leluhur. Objek wisata budaya adalah objek wisata yang bentuk dan wujudnya berupa monumentasi hasil peradaban
manusia di masa lampau maupun atraksi atau kegiatan budaya manusia. Wisata Budaya adalah gerak atau kegiatan wisata yang dirangsang oleh adanya
objek-objek wisata berwujud hasil-hasil seni budaya setempat, misalnya : adat istiadat; upacara-upacara agama; tata hidup masyarakat setempat; peninggalan-peninggalan
sejarah; hasil-hasil seni dan kerajinan rakyat dan lain sebagainya R.S. Damardjati 2001 : 31
Menurut Oka A. Yoeti wisata budaya yaitu jenis wisata di mana motivasi orang- orang untuk melakukan perjalanan disebabkan karena adanya daya tarik dari seni
budaya suatu tempat atau daerah. Jadi objek kunjungan adalah warisan nenek moyang dan benda-benda kuno Oka A. Yoeti 1996 : 123
9. Pengertian Konsep 4A
Di dalam pengembangan dan pengelolaan suatu objek wisata diperlukan suatu metode agar dalam pelaksanaan program yang telah direncanakan dapat berjalan dengan
lancar. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pengembangan objek wisata menurut James Spillane yaitu dengan analisis 4A Atraksi, Aksesbilitas, Amenitas,
Aktifitas a.
Atraksi Atraksi yang juga disebut dengan objek wisata merupakan potensi yang menjadi
pendorong kehadiran wisatawan ke suatu tujuan wisata. Daya tarik wisata dapat digolongkan menjadi:
1 Daya tarik alam, merupakan suatu obyek wisata yang didalamnya
terdapat unsur alam, fisik, fauna dan floranya. 2
Daya tarik budaya, kebudayaan yang dimaksud tidak hanya meliputi kebudayaan tinggi seperti kesenian atau peri kehidupan keraton dan
sebagainya akan tetapi juga meliputi adat istiadat dan segala kebiasaa yang hidup ditengah-tengah suatu masyarakat seperti pakaiannya, cara
berbiacara, kegiatannya, dan sebagainya.
3 Daya tarik buatan manusia, bahwa manusia bisa menjadi atraksi wisata
di dalam suatu obyek wisata dan menarik kedatangan wisatawan untuk berkunjung ke obyek tersebut
b. Aksesbilitas
Aksesbilitas adalah sarana yang memberi kemudahan bergerak untuk mencapai daerah tujuan wisata. Aksesbilitas tidak dapat dipisahkan dari ketersediaan :
1 Kondisi jalan jaringan rute sejalan dengan angkutan transportasi seperti
jalan, rel kereta api, jalur udara. 2
Sistem transportasi seperti bus, kereta api, pesawat. 3
Papan petunjuk menuju daerah tujuan wisata. c.
Amenitas Amenitas adalah fasilitas pendukung yang memberikan kemudahan bagi para
wisatawan dalam menikmati kegiatan wisata yang dilakukan di daerah tujuan wisata, seperti akomodasi, restoran TIC, dan lain-lain.
Amenitas merupakan salah satu faktor penting dalam menganalisis objek wisata karena faktor ini dinilai mempunyai kaitan yang erat dengan fasilitas-fasilitas yan ada di
objek, sehingga akan mempengaruhi kenyamanan wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata.
d. Aktifitas
Aktifitas adalah kegiatan wisata yang dapat dilakukan oleh wisatawan maupun penduduk setempat di daerah tujuan wisata.
10. Perencanaan dan Pengelolaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Sosial-
Budaya Happy Marpaung,2002:88 1.
Peninggalan Sejarah Kepurbakalaan dan Monumen. Peninggalan sejarah kepurbakalaan dan monumen termaksuk gololongan budaya,
monumen nasilonal, gedung bersejarah, kota, desa, tempat-tempat sejarah lain seperti
battlefield
merupakan suatu jenis obyek dan daya tarik wisata utama di banyak Negara. Jenis lain dari obyek dan daya tarik wisata ini adalah :
1 Penelitian bawah air, misalnya kapal karam atau tenggelam.
2 Industri arkeologi.
3 Taman-taman bersejarah.
Perencanaan dan pengembangan obyek dan daya tarik wisata ini memerlukan zonasi. Fasilitas harus terkonsentrasi di satu atau beberapa area dan harus terintegrasi
dengan
visitor center complex
. Fasilitas ini harus berada atau dekat pintu masuk. Pengaturan kesan alami perlu diperhatikan disekitar atraksi utamadan diseluruh
kawasan. Perlu diperhatikan arus pengunjung agar tidak terkonsentrasi pada satu tempat, jarak antara pintu masuk dan pintu keluar harus di perhatikan.
Penyediaan brosur dapat membantu dalam memberikan informasi yang lebih lengkap selain menyediakan pemandu wisata yang menguasai beberapa bahasa.
Pendekatan imajinatif dalam perencanaan pengembangan fasilitas akhir-akhir ini merupakan hal yang efektif untuk diterapkan,khususnya dalam menyampaikan
informasi yang lebih akurat kepada pengunjung seperti penyediaan museum. Ruang penelitian, ruamg pandang dengar, diorama, panggung, perpustakaan, dan lain-lain.
2. Museum dan fasilitas budaya lainnya