Wayang Gedog atau Wayang Panji adalah wayang yang memakai cerita dari Wayang Calonarang juga sering disebut sebagai

bule yang diolah sedemikian rupa dengan nama cempurit yang terdiri dari tuding dan gapit .

b. Wayang Madya adalah Wayang kulit yang diciptakan oleh Mangkunegara

IV sebagai penyambung cerita Wayang Purwa dengan Wayang Gedog. Cerita Wayang Madya merupakan peralihan cerita Purwa ke cerita Panji. Salah satu cerita Wayang Madya yang terkenal adalah cerita Anglingdarma. Wayang madya tidak sempat berkembang di luar lingkungan Pura Mangkunegaran. Cerita Wayang Madya menceritakan sejak wafatnya Prabu Yudayana sampai Prabu Jayalengkara naik tahta. Cerita Wayang Madya ditulis oleh R.Ngabehi Tandakusuma dengan judul Pakem Ringgit Madya yang terdiri dari lima jilid, dan tiap jilid berisi 20 cerita atau lakon. Tokoh dalam Wayang Madya a. Anglingdarma b. Batik Madrim c. Anglingkusuma d. Gandakusuma e. Merusupadma f. Wil Maricikunda

c. Wayang Gedog atau Wayang Panji adalah wayang yang memakai cerita dari

serat Panji. Wayang ini mungkin telah ada sejak zaman Majapahit. Bentuk wayangnya hampir sama dengan wayang purwa. Tokoh-tokoh kesatria selalu memakai tekes dan rapekan. Tokoh-tokoh rajanya memakai garuda mungkur dan gelung keling. Dalam cerita Panji tidak ada tokoh raksasa dan kera. Sebagai gantinya, terdapat tokoh Prabu Klana dari Makassar yang memiliki tentara orang-orang Bugis. Namun, tidak selamanya tokoh klana berasal dari Makassar, terdapat pula tokoh-tokoh dari Bantarangin Ponorogo, seperti Klana Siwandana, kemudian dari Ternate seperti prabu Geniyara dan Daeng Purbayunus, dari Siam seperti Prabu Maesadura, dan dari negara Bali. Wayang gedog yang kita kenal sekarang, konon diciptakan oleh Sunan Giri pada tahun 1485 gaman naga kinaryeng bathara pada saat mewakili raja Demak yang sedang melakukan penyerbuan ke Jawa Timur invasi Trenggono ke Pasuruan. Wayang Gedog baru memakai keris pada zaman panembahan Senapati di Mataram. Barulah pada masa Pakubuwana III di Solo wayang gedog diperbarui, dibuat mirip wayang purwa, dengan nama Kyai Dewakaton . Dalam pementasannya, wayang gedog memakai gamelan berlaras pelog dan memakai punakawan Bancak dan Doyok untuk tokoh Panji tua, Ronggotono dan Ronggotani untuk Klana, dan Sebul-Palet untuk Panji muda. Seringkali dalam wayang gedog muncul figur wayang yang aneh, seperti gunungan sekaten, siter kecapi, payung yang terkembang, perahu, dan lain-lain. Di Surakarta, tinggal ada dua dalang wayang gedog, yaitu Bp. Subantar SMKI Konservatori dan Bp. Bambang Suwarno, S.Kar STSI yang juga salah satu desainer wayang gedog yang masih bertahan sampai sekarang.

d. Wayang Calonarang juga sering disebut sebagai

Wayang Leyak , adalah salah satu jenis wayang kulit Bali yang dianggap angker karena dalam pertunjukannya banyak mengungkapkan nilai-nilai magis dan rahasia pangiwa dan panengen. Wayang ini pada dasarnya adalah pertunjukan wayang yang mengkhususkan lakon-lakon dari ceritera Calonarang. Sebagai suatu bentuk seni perwayangan yang dipentaskan sebagai seni hiburan, wayang Calonarang masih tetap berpegang pada pola serta struktur pementasan wayang kulit tradisional Bali Wayang parwa. Pagelaran wayang kulit Calon arang melibatkan sekitar 12 orang pemain yang terdiri dari: a. 1 orang dalang b. 2 orang pembantu dalang c. 9 orang penabuh Diantara lakon-lakon yang biasa dibawakan dalam pementasan wayang Calonarang ini adalah: a. Katundung Ratnamangali b. Bahula Duta c. Pangesengan Beringin Kekhasan pertunjukan wayang Calonarang terletak pada tarian sisiya-nya dengan teknik permainan ngalinting dan adegan ngundang-ngundang di mana sang dalang membeberkan atau menyebutkan nama-nama mereka yang mempraktekkan pangiwa. Hingga kini wayang Calonarang masih ada di beberapa Kabupaten di Bali walaupun popularitasnya masih di bawah wayang Parwa.

e. Wayang krucil pertama kali diciptakan oleh Pangeran Pekik dari Surabaya