20 Model pengambilan keputusan ini berangkat dari kehidupan nyata
yaitu adanya keterbatasan rasionalitas manusia dalam pengambilan keputusan. Pengambil keputusan juga dibatasi oleh sejumlah keterbatasan
atau hambatan ketika menentukan proses pengambilan keputusan dan menentukan pilihan.
2. Model pengambilan keputusan yang tidak terstruktur
Model ini dikenal sebagai model tong sampah. Hal demikian dikarenakan model ini pengambilan keputusan ini membalikan proses awal
pengambilan keputusan yang artinya pengambil keputusan dapat mengajukan sejumlah solusi terhadap masalah yang sesungguhnya tidak
ada, maka pengambil keputusan menciptakan sejumlah masalah yang dapat diselesaikan melalui solusi yang sudah tersedia.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa pengambilan keputusan dalam hal ini tidak terjadi di ruang hampa. Pengambilan keputusan
dapat didasari oleh berbagai faktor, serta terjadi melalui suatu proses atau mekanisme tertentu yang kemudian pada akhirnya terpilihlah satu alternatif
yang dinilai paling tepat.
B. Pernikahan Dini
1. Definisi Pernikahan Dini
Definisi pernikahan dini pada dasarnya bukan hal yang mudah dilakukan karena berkaitan dengan definisi dari istilah “dini”. Beberapa ahli
mendefinisikan istilah dini dalam pernikahan sebagai usia menikah yang
21 terlalu muda. Definisi usia muda sendiri juga belum mencapai kesepakatan
di antara para ahli ilmu pengetahuan karena belum ada batasan pasti mengenai usia muda mengingat pembatasannya tergantung pada keadaan
masyarakat yang meninjaunya Nasir, 1999: 69. UNICEF sebagai salah satu organisasi di bawah PBB juga
memberikan definisi pernikahan dini dari batasan usia sebagaimana dapat dilihat pada kutipan berikut IAC, 1993: 7:
”Any marriage carried out below the age of 18 years, before the girl is physically, physiologically, and psychologically ready to shoulder
the responsibilities of marriage and childbearing.” Kutipan tersebut menunjukkan bahwa UNICEF menilai pernikahan
dini adalah pernikahan yang terjadi pada seseorang di bawah usia 18 tahun. Pernikahan dini pada perempuan berkaitan dengan pernikahan yang terjadi
sebelum kondisi fisik, fisiologis, dan psikologis siap untuk menanggung beban atau tanggung jawab dalam pernikahan maupun mengurus anak.
Berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia, pernikahan dini dapat dikaitkan dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974
tentang Perkawinan. Pasal 7 ayat 1 ketentuan tersebut menyatakan bahwa “Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun
dan pihak wanita sudah mencapai 16 tahun”. Ketentuan tersebut
menunjukkan bahwa pernikahan dini jika ditinjau dari Undang-Undang Perkawinan adalah perkawinan yang dilakukan oleh laki-laki sebelum usia
19 tahun danatau perempuan di bawah usia 16 tahun.
22 BKKBN dalam hal ini mengungkapkan usia menikah yang ideal bagi
perempuan adalah 20-21 tahun, sedangkan untuk laki-laki yaitu 25 tahun http:www.tribunnews.com, diakses pada 18-06-2014 10.10. Batasan usia
menikah ideal tersebut menurut BKKBN diperlukan guna mengarahkan remaja agar tidak menikah pada usia terlalu muda. Penentuan usia ideal
untuk menikah tersebut menunjukkan bahwa pernikahan dini merupakan pernikahan yang dilakukan oleh remaja di bawah usia 20-21 tahun untuk
perempuan dan di bawah 25 tahun untuk laki-laki. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa pada dasarnya
pernikahan dini merupakan pernikahan yang dilakukan sebelum batas usia ideal untuk menikah. Batasan usia yang digunakan pada penelitian ini
merujuk pada penentuan usia ideal menikah oleh BKKBN, yaitu 20-21 tahun untuk perempuan dan 25 tahun untuk laki-laki.
2. Faktor-Faktor Penyebab Pernikahan Dini