116
khsus psikologi perkembangan. Guru harus menguasai perkembangan kejiwaan, intelektual dan pisik anak didik untuk dapat memberikan motivasi
yang sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing anak didik. Gurupendidik harus efektif bagi setiap individu anak didik dalam
membangun semangat yang tinggi untuk mengembangkan diri dalam kegiatan
pembelajaran. Seorang
pamongguru seyogyanya
memperhitungkan potensi anak didik untuk berkembang secara maksimal to become what heshe is capable of being, Conny Semiawan Raka
Joni, 1993: 62, baik untuk kepentingan diri sendiri anak didik, maupun untuk berperan serta bersama-sama individu lain dalam meningkatkan
mutu kehidupan masyarakat, dan pada gilirannya untuk pembangunan kemanusiaan.
Menciptakan manusia merdeka lahir dan batin, jiwa dan raga hanya dapat direalisasikan dengan memberikan keleluasaan kepada individu
untuk melakukan kegiatan yang diinginkan sesuai keinginan dan kemampuannya. Asas ‘tut wuri handayani’ menjadi strategi yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran, di mana pamongguru mengarahkan,
memberikan dorongansemangat kapada anak didik, atau sekedar mengawasi dengan waspada sesuai kebutuhan yang dipandu oleh
pengupayaan pencapaian tujuan pendidikan secara utuh Conny Semiawan Raka Joni, 1993: 52. Sebagaimana dalam pengertian kata
‘pamong’ atau pengasuh, anak dibiarkan berkegiatan belajar sesuai keinginan, bakat, minat dan kecepatan belajarnya, dan jika anak
menyimpang dari tujuan pembelajaran pamong mengarahkan untuk kembali kepada jalur yang benar.
D. Pembelajaran Tematik Dan Integratif
Demikian juga strategi pembelajaran yang mengajarkan materi pelajaran kepada anak didik secara partial atau terpisah-pisah, kemudian
berubah menekankan pada model terpadu atau jaringan. Pembelajaran berbagai bahan pembelajaran yang terkait dikemas dalam satu tema yang
117
dapat dijadikan pembahasan untuk beberapa mata pelajaran secara bersama. Model pembelajaran yang demikian biasa disebut pembelajaran
tematik-integratif, yang menjadi penting mengingat anak didik pada akhirnya harus memahami dan memecahkan persoalan kehidupan yang
akan dihadapai dalam kehidupan nyata dalam masyarakat secara utuh, komprehensif, dan melibatkan berbagai pengetahuan dan pemahaman,
bukan hanya menekankan pada salah satu sudut pandang atau meninjau persoalan hanya dari satu aspek atau sisi pandang saja. Banyak masalah
dalam kehidupan anak didik kelak dalam masyarakat yang harus diselesaikan dengan menggunakan pendekatan multi, antar dan inter
disiplin, agar dalam penyelesaian masalah kehidupan yang dihadapi diperoleh hasil yang utuh, komprehensif dan final, dan tidak menimbulkan
masalah-masalah baru. Dalam model pembelajaran atau pendidikan berwawasan budaya
dan etika menuntut penyampaiakan materi secara utuh integrative dari beberapa mata pelajaran serta bersifat kontekstual, yang menggambarkan
hubungannya dengan lingkungankeadaan sosial dan suasana kehidupan anak didik dalam keseharian. Menurut Dewey 516 khususnya untuk
pendidikan anak usia dini haruslah bersikap akrab, langsung dan konkrit, bukan sintetis, buatan dan simbolis. Pendidikan moral harus terintegrasi
dengan bidang kurikulum lain dan harus bersentuhan dengan isu-isu kehidupan nyata yang menarik dan penting bagi anak.
Model pembelajaran dalam pendidikan yang berbudaya dan beretika menggunakan strategi sebagai padanan metode yang mengacu pada
materi pembelajaran, yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor, untuk membangun dan mengembangkan aspek cipta kemampuan pikir, rasa
kemampuan afektif dan karya kemampuan motorik, keterampilan dan terbangunnya semangat yang tinggi karsa. Pembelajaran afektif
menekankan pada
strategi pemahaman
memahamimengerti, penghayatan, dan melaksanakan. Strategi pembelajarannya adalah
dengan mengintegrasikan aspek-aspek kurikulum dengan kehidupan
118
sekolah. Tanggung jawab sekolah yang utama adalah memberikan bimbingan kepada anak didik untuk dapat hidup bahagia secara lahir dan
batin. Semangat sekolah adalah semangat di mana pendidik harus selalau ada di sana untuk membantu saat anak didik menyelesaikan masalahnya
sendiri saat sedang menghadapi masalah. Model-model pembelajarannya pun dilakukan sesui dengan lingkungan dan karakteristik materi
pendidikannya, serta tingkat perkembangan jiwa dan phisik anak didik.
E. Beberapa model dalam pembelajaran