41
BAB III MODEL PENDIDIKAN
A. Pengertian Model
Briggs 1977:23 menjelaskan bahwa model adalah seperangkat prosedur dan berurutan untuk mewujudkan suatu proses. Soemarno
2003, dalam konteks terminologi penelitian operasional operation research, secara umum model didefinisikan sebagai suatu perwakilan atau
abtraksi dari suatu obyek atau situasi aktual. Model melukiskan hubungan langsung dan tidak langsung serta kaitan timbal-balik dalam terminologi
sebab akibat. Oleh karena suatu model adalah abstraksi dari realita, maka pada wujudnya lebih sederhana dibandingkan dengan realita yang
diwakilinya. Model dapat disebut lengkap apabila mewakili berbagai aspek dari realita yang sedang dikaji.
Simarmata 1983:9 mendefinisikan model sebagai abstraksi dari realitas dengan hanya memusatkan perhatian pada beberapa bagian atau
sifat dari kehidupan sebenarnya. Model merupakan suatu pola dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Sementara itu Hawking 1993 dan Jones
1987 dalam Sitompul 2003 menyatakan bahwa model berperanan penting dalam pengembangan teori karena berfungsi sebagai konsep dasar
yang menata rangkaian aturan yang digunakan untuk menggambarkan sistem. Oleh karena itu ada dua sasaran pokok modeling yaitu 1 untuk
memperoleh pengertian yang lebih baik mengenai hubungan sebab akibat cause-effect dalam suatu sistem, dan 2 untuk menyediakan interprestasi
kualitatif dan kuantitatif yang lebih baik akan sistem tersebut. Menurut Ming-Yang Yang 2005 dalam Widiyanto2010:91 model
adalah suatu deskripsi naratif untuk menggambarkan prosedur atau langkah-langkah dalam mencapai suatu tujuan khusus, dan langkah-
langkah tersebut dapat dipergunakan untuk mengukur keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai tujuan. Pendapat lain yang dikemukakan oleh
8
42
Kelton1991:5 dan Sudarman1998:22 bahwa model adalah representasi suatu sistem yang dipandang dapat mewakili sistem yang sesungguhnya.
Pengertian model yang telah dijelaskan diatas dapat dimaknai bahwa suatu model merupakan suatu desain yang menggambarkan
bekerjanya suatu sistem dalam bentuk deskripsi atau bagan yang menggambarkan tahapan atau langkah-langkah spesifik yang sekaligus
dapat dipergunakan untuk mengukur keberhasilan untuk mencapai tujuan pengembangan keputusan yang valid. Oleh karena itu keabsahan suatu
model dapat dipertanggungjawabkan baik secara teori maupun prosedur ilmiah.
Sementara itu Bell,Raiffa, and Tversky1988 dalam Widiyanto 2010 :94 membagi model menjadi tiga yaitu : 1 Normative Model,
mengkhususkan pada bagaimana secara rasional memberikan gambaran tujuan, dan hubungan antar fungsi-fungsi dalam mencapai tujuan. Secara
garis besar model normatif merupakan sejumlah jalan yang harus dilalui untuk memaksimalkan kemungkinan untuk mencapai tujuan khusus.
Sehingga model normatif dalam pelaksanaannya seringkali disesuaikan dengan situasi, misalnya karena keterbatasan kognisi, waktu, maupun
pendanaan; 2 Descriptive Model, melukiskan dan menggambarkan langkah-langkah dalam mencapai tujuan dan pengaruh setiap langkah
pada langkah yang lainnya secara aktual; 3 Prescriptive Model, yaitu model yang menggambarkan langkah-langkah dengan memberikan
kerangka proses pencapaian tujuan. Sedangkan Gati and Asher 2001:203 mengembangkan pembagian model Bell,Raiffa and Tversky tersebut
dengan menambahkan satu model lain yang disebut Predictive Model model prediksi yaitu model yang menarasikan langkah-langkah proses
untuk mencapai tujuan, karena model ini masih merupakan konsep yang belum diaplikasikan dalam ujicoba. Namun demikian model ini tetap harus
teruji keabsahannya untuk memenuhi standard teori dan ilmiah, yaitu dengan validasi ahli dari sejumlah pakar, pengambil kebijakan, orang yang
43
terlibat dengan aplikasi, dan bila memungkinkan diseminarkan dalam kalangan yang luas.
Dengan demikian model pendidikan yang beretika dan berbudaya adalah suatu sistem yang berisi berbagai komponen pendidikan yang
bekerja secara terpisah tetapi terpadu serta langkah-langkah dalam melaksanakan pendidikan yang beretika dan berbudaya.
B. Struktur Model