113 guru BK mendata anak-anak kelas XII yang masuk
perguruan tinggi peserta education expo, karena siswa kelas X dan kelas XI butuh informasi dari awal.
Terkadang dari pihak perguruan tinggi tidak melayani pertanyaan dari kelas X dan kelas XI.
Sedangkan education
expo open
house, kelebihannya adalah banyak pengunjung yang datang
dari masyarakat umum, namun masalah biaya yang mahal. Belum ada evaluasi tertulis dari sisi manfaat ke
orang tua. Pihak sekolah juga mengarahkan orang tua untuk antusias membimbing anak menuju masa
depan yang cerah. Adanya sosialisasi education expo ke orang tua melalui surat saat penerimaan rapor,
dilampiri daftar perguruan tinggi. Media sosialisasi ke masyarakat melalui spanduk dan media-media.
4.4. PEMBAHASAN Berdasarkan penjelasan hasil penelitian diatas,
maka ketegorisasi proses dan hasil evaluasi program education expo dapat diuraiakan dibawah ini.
4.4.1. Evaluasi Konteks Context Evaluation
Evaluasi konteks dilakukan untuk mengetahui apakah
program yang
disusun sesuai
dengan kebutuhan
siswa. Dalam
evaluasi konteks
mendefinisikan konteks program yang dilaksanakan, mengidentifikasi kebutuhan semua individu yang
terlibat dalam program, mendiagnosis hal-hal yang mendasari kebutuhan dan mendesain tujuan program.
Evaluasi konteks ini mencakup evaluasi terhadap
114 program kegiatan education expo motif kegiatan,
pengertian topik kegiatan, tujuan atau hasil yang diharapkan, identifikasi kebutuhan individu dan
lingkungan, manajemen program serta personil yang terlibat dalam kegiatan dan peranannya masing-
masing.
Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi terfokus dengan responden dapat disimpulkan bahwa
program education expo di SMA Karangturi ini merupakan salah satu aplikasi dari program BK yang
diselenggarakan tiap tahun sejak tahun 1997. Program education
expo dilaksanakan
karena adanya
kebutuhan siswa
yang ingin
melanjutkan ke
Perguruan Tinggi baik dalam maupun luar negeri, disamping juga dikarenakan kebutuhan sekolah dalam
meningkatkan prestasi sekolah. Jadi program ini dapat merupakan jembatan antara siswa dengan Perguruan
Tinggi, dimana siswa dapat mencari referensi untuk melanjutkan
pendidikan ke
perguruan tinggi.
Disamping itu
dapat membantu
orang tua
mempersiapkan kebutuhan kuliah anaknya jika berkuliah di Perguruan Tinggi yang mereka inginkan,
serta membantu perguruan tinggi mensosialisasikan diri tentang program-program unggulan mereka
kepada calon mahasiswa. Definisi kontek education expo dalam kontek topik
kegiatan difahami oleh siswa, guru, ortu dan mitra. Pemahaman mereka bervariatif. Pemahaman guru BK,
Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah memahami
115 jelas topik dari kegiatan education expo. Demikian juga
urusan humas
yang terlibat
langsung dalam
perumusan kegiatan ini. Tetapi pemahaman yang bervariatif muncul dari guru-guru dan siswa yang
tidak terlibat langsung maupun mereka yang hanya menerima manfaat dari program kegiatan ini. Mereka
memahami topik tetapi tidak bisa menyebutkan secara jelas apa topik kegiatan education expo tahun 2014
dan siapa penggagas munculnya topik tersebut. Sementara dalam aspek identifikasi kebutuhan
individu dan lingkungan adalah pertama Kebutuhan individu
siswa untuk
mengambil keputusan,
tergambarkan tetapi belum di rumuskan dalam dokumen laporan assessment kebutuhan sekolah.
Kebutuhan siswa ini didapatkan oleh guru melalui komunikasi tidak terstruktur, secara lesan dan
dimatangkan dalam rapat terbatas antara guru BK dan
pimpinan sekolah.
Belum diselenggarakan
kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan gambaran utuh kebutuhan siswasekolah dalam kegiatan education
expo. Termasuk
kegiatan asssessment
yang terstruktur sehingga hasilnya bisa dijadikan rujukan
landasan kegiatan. Kedua, Kebutuhan lingkungan masyarakat dan orang tua, juga belum dikenali. Tetapi
kebutuhan mitra universitas sudah diidentifikasi meskipun masih terbatas pada informasi umum.
Dalam aspek tujuan diselenggarakan education expo dirumuskan oleh panita yang dibentuk oleh
sekolah. Meskipun demikian siswa, guru, ortu dan
116 mitra mengaku memahami tujuan dari education expo
ini. Pemahaman meraka adalah kegiatan edu expo untuk
memberikan informasi
bagi siswa
SMA Karangturi yang ingin melanjutkan jenjang pendidikan
tinggi yaitu ke universitas. Pemahaman ini mereka dapatkan dari informasi mulut ke mulut bukan dari
membaca brosur atau pamflet yang disediakan oleh panitia penyelenggara. Meski demikian, mereka rata-
rata merasa cukup mendapatkan informasi atas kegiatan education expo ini. Sementara pihak luar
mitra sekolah, memahami tujuan edu expo dari proposal kegiatan yang dikirimkan oleh sekolah dalam
bagian dari pengajuan kerjasama oleh sekolah SMA Karangturi.
Dilihat dari evaluasi tujuan program, telah sesuai dengan teori Badrujaman , yang menyatakan
bahwa orientasi utama dari evaluasi tujuan program adalah untuk mengidentifikasi berbagai kebutuhan
peserta didik
dan juga
untuk menyediaka.
Badrujaman, 2011. Karena obyek yang dituju adalah siswa maka tujuan dari program kegiatan education
expo sendiri adalah: 1 Memberikan peluang kepada siswa Sekolah Menengah Atas agar mengetahui
berbagai informasi tentang Perguruan Tinggi demi masa
depan siswa,
2 Memberikan
informasi perkembangan dunia Perguruan Tinggi dan dinamika
dalam bentuk-bentuk pelayanan pembelajarannya, 3 Memberikan
bimbingan kepada
pelajar untuk
menentukan pilihan fakultas, jurusan, dan Perguruan
117 Tinggi yang tepat demi pengembangan kompetensi
dimasa depan. Dari tujuan tersebut, diharapkan siswa
dapat memilih Perguruan Tinggi yang diinginkan sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan masing-
masing siswa. Tujuan edu expo ini juga sejalan dengan pernyataan Graha Pena Menado pos 2013 dan dalam
proposal De Britto Education Fair 2010, yang intinya adalah
memberikan informasi
seluas-luasnya perguruan tinggi yang diminati siswa
Sementara sasaran peserta education expo sejak awal ditetapkan adalah pertama, peserta SMA
Karangturi meliputi siswa di semua kelas, orang tua dan gurustaf sekolah. Mereka ini yang dalam
perencanaan konteks dijadikan penerima manfaat secara langsung. Kedua, masyarakat luas, adalah
mereka adalah siswa dan orang tua siswa dari berbagai sekolah tingkat atas yang hadir atau
diundang berpartisipasi dalam kegiatan education expo ini. Pemilihan dua sasaran ini karena merekalah yang
paling membutuhkan diselenggarakannya kegiatan education expo.
Kompetensi yang ingin dicapai pada pelaksanaan education expo adalah pemenuhan
informasi perguruan tinggi yang dibutuhkan oleh siswa di dua kelompok sasaran tersebut diatas.
Pemenuhan kebutuhan tersebut oleh SMA Karangturi menjadi bagian dari tugas sekolah khususnya bidang
BK untuk melayani siswa mendapatkan informasi
118 yang lengkap tentang perguruan tinggi dan ruang
lingkupnya. Pemenuhan
kebutuhan ini
akan membantu siswa mengambil keputusan yang tepat
dalam meneruskan jenjang pendidikan perguruan tinggi.
Dalam evaluasi konteks program education expo, yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi
kebutuhan siswa dan lingkungan agar sesuai dengan tujuan
program yang
ditetapkan. Berdasarkan
identifikasi pengalaman kegiatan tahun lalu, maka identifikasi kebutuhan sekolah didapatkan melalui
hasil wawancara responden disimpulkan bahwa identifikasi kebutuhan siswa dan lingkungan melihat
dari ketidakhadiran siswa siswa yang ijin sekolah untuk melihat perguruan tinggi yang diminati,
kemudian pemberian angket untuk mengetahui perguruan tinggi mana saja yang diminati siswa,
namun sayangnya angket itu hanya untuk kelas XII. Kelas X dan XI tidak diberikan angket dikarenakan
sasaran utamanya adalah kelas XII. Angket itupun tidak rutin tiap tahun diberikan, padahal setiap tahun
siswa tidak samaberbeda kalaupun sasarannya hanya kelas XII. Selain itu identifikasi kebutuhan
siswa dilihat dari alumni yang telah masuk di Perguruan Tinggi. Oleh karena itu, ada stan perguruan
tinggi yang sepi pengunjung atau dilewati, karena memang tidak diminati oleh siswa.
Sebenarnya pihak
sekolah berusaha
selektif dalam mengundang perguruan tinggi, tetapi
119 memang
ada beberapa
perguruan tinggi
yang memaksa ikut dalam stan education expo tersebut
dikarenakan merasa tidak enak dengan perguruan tinggi itu, resikonya sepi pengunjung.
Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa dalam pemilihan perguruan tinggi yang ikut stan
dalam education expo belum sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan siswa SMA Karangturi ataupun
lingkungan pihak sekolah, orang tua, dan siswa SMA lain. Secara otomatis identifikasi kebutuhan siswa
dan lingkungan belum sepenuhnya sesuai dengan kriteria keberhasilan antara tujuan program dan
kebutuhan siswa, seperti yang dinyatakan oleh Badrujaman2011 ataupun Gysbers dan Henderson
2006 bahwa “sebuah program dikatakan berhasil jika memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan
”. Menurut Trotter et al, dalam Badrujaman, 2011,
menyatakan bahwa identifikasi kebutuhan siswa melalui diskusi dengan siswa, guru dan orang tua,
merancancang item
survei, melakukan
survei kebutuhan, serta membandingkan kebutuhan siswa
berdasarkan evaluasi dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam program
education expo
dibutuhkan keterlibatan dari berbagai pihak, baik dari masyarakat di dalam sekolah maupun di luar sekolah.
Seperti yang dikemukakan Gysbers dan Henderson 2006 bahwa personil merupakan salah satu sumber
yang ada
dalam sebuah
program. Dari
hasil
120 wawancara dan diskusi kelompok dapat disimpulkan
bahwa personil yang terlibat dalam pelaksanaan education expo secara umum jelas semua terlibat baik
dari seluruh siswa SMA Karangturi, pihak sekolah semua guru dan karyawan, termasuk juga orang tua
siswa. Secara khusus adalah guru BK, humas dan siswa. Karena kegiatan education expo ini adalah salah
satu aplikasi dari program BK, secara otomatis guru BK terlibat penuh, disamping itu humas, yayasan, dan
semua guru juga terlibat karena terhitung besar acaranya. Sebelum pelaksanaan, dibentuk panitia agar
bekerja sesuai dengan tugas masing-masing dari mulai ketua, sekretaris, bendahara, dan seksi-seksi baik
seksi perlengkapan, seksi dekorasi, seksi konsumsi, seksi dokumentasi dan lainnya. Adanya kepanitiaan
menunjukkan keseriusan sebuah program. Karena kepanitiaan nantinya yang akan terlibat langsung
dalam proses penyelenggaraan program education expo, mengidentifikasi kekurangan dan kekuatan yang
dimiliki, memperbaiki
kekurangan, mendiagnosis
masalah sehingga dapat ditemukan solusi perbaikan, serta memberi gambaran setting program Stufflebeam
dalam Badrujaman 2011. Semua guru terlibat dalam kepanitiaan.
Humas berperan
penting dalam
mengelola kegiatan,
baik persiapan
maupun pengelolaannya. Guru BK selain mengkoordinir, juga
memiliki kewenangan untuk menangani presentasi dari perguruan tinggi, mengurusi penempatan dan
penyaluran siswa
selepas lulus.
Orang tua
121 mendampingi dan menentukan pilihan perguruan
tinggi bagi anaknya. Siswa berperan aktif dalam mencari informasi perguruan tinggi baik dalam
maupun luar negeri.
4.4.2. Evaluasi Masukan Input Evaluation