Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Education Expo Sma Karangturi Semarang Tahun 2014 T2 942012070 BAB II

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Evaluasi Program BK

2.1.1 Pengertian Evaluasi Program BK (Education

Expo)

Menurut Gysbers dan Henderson (2006) bahwa program BK mencakup tiga hal yaitu dari perencanaan program, pelaksanaan program, dan hasil program. Ketiganya saling berkaitan. Hasil program akan terlihat jika proses evaluasinya berjalan baik. Program education expo yang merupakan salah satu program BK, yang dilaksanakan setiap tahun oleh SMA Karangturi Semarang sejak tahun 1997. Program education expo perlu diadakan evaluasi. Evaluasi program mencakup evaluasi perencanaan, evaluasi proses pelaksanaan dan evaluasi hasil, atau dapat dikatakan evaluasi secara menyeluruh. Berdasarkan pandangan Gysbers dan Henderson (2006) dapat dinterpretasikan bahwa evaluasi program merupakan evaluasi secara menyeluruh dari evaluasi perencana-an, evaluasi pelaksanaan hingga evaluasi hasil dari program. Program yang dibuat perlu dievaluasi (evalu-asi perencanaan program) sejauh mana dapat dilaksa-nakan (evaluasi proses/pelaksanaan) dan bermanfaat untuk mencapai hasil yang diinginkan (evaluasi hasil),


(2)

sehingga jika terdapat kelemahan program dapat segera diperbaiki dan dikembangkan.

Evaluasi program juga merupakan suatu proses penilaian terhadap penyusunan, pelaksanaan, analisis hasil serta tindak lanjut kegiatan program. Pernyataan tentang evaluasi program ini sejalan dengan Sugiyo (2011) yang menyatakan bahwa evalu-asi program merupakan sebuah proses penilaian ter-hadap penyusunan program, pelaksanaan program, penilaian dan analisis hasil serta tindak lanjut kegiat-an ykegiat-ang dilakskegiat-anakkegiat-an. Badrujamkegiat-an (2011) menyata-kan bahwa evaluasi program bimbingan & konseling merupakan sebuah proses pemberian penilaian terhadap keberhargaan dan keberhasilan program BK, salah satunya program BK yaitu education expo yang dilaksanakan melalui pengumpulan, pengolahan, dan analisis data yang akan dijadikan dasar untuk mem-buat keputusan. Evaluator melakukan kegiatan evaluasi melalui prosedur-prosedur atau tahapan-tahapan tertentu dalam mengumpulkan data. Tahapan evaluasi dimulai dengan menentukan tujuan evaluasi program.

2.1.2 Tujuan Evaluasi Program BK

Evaluasi program BK (salah satunya education expo) sangat penting dilaksanakan oleh guru BK karena dapat mengetahui sejauh mana pelaksanaan program education expo mencapai tujuan yang dite-tapkan. Gysbers dan Henderson (2006) menyatakan


(3)

bahwa diadakannya evaluasi program bertujuan untuk mengetahui kelemahan program dan dapat segera melakukan perbaikan serta pengembangan program. Pernyataan Gysbers dan Henderson didukung oleh Badrujaman (2011) yang menyatakan bahwa tujuan dari evaluasi program adalah:

Pertama, dengan adanya evaluasi kita dapat mengetahui dan mengidentifikasi keberhasilan pelaksanaan program BK yang diselenggarakan. Kedua, dengan adanya evaluasi kita dapat mengetahui efektivitas program. Ketiga, dengan adanya evaluasi dapat meningkatkan akunta-bilitas program BK dimata stakeholder, seperti guru, kepala sekolah, orang tua, terutama siswa. Keempat, dengan adanya evaluasi kita dapat mengetahui kelemahan program. Kelima, dengan adanya evaluasi kita dapat melakukan perbaikan dan pengembangan program BK.

Berdasarkan pernyataan Gysbers dan Henderson (2006), serta Badrujaman (2011) dapat diinterpretasikan bahwa tujuan dilaksanakannya eva-luasi program adalah untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan program mencapai tujuan yang ditetap-kan, dengan kata lain dapat mengetahui keberhasilan pelaksanaan program education expo di SMA Karangturi. Selain itu dapat memperbaiki praktek penyelenggaraan program education expo dan dapat meningkatkan akuntabilitas program education expo di mata stakeholder sekolah. Evaluasi program juga dapat digunakan sebagai alat untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan program. Ketika kelebihan dan kekurangan program dapat terdeteksi, program akan bisa dikembangkan. Perbaikan dan


(4)

pengem-bangan program akan meningkatkan kepercayaan stakeholder. Program yang akuntabel dapat memberi-kan informasi yang memadai mengapa sebuah program dapat atau tidak dapat dilaksanakan. Infor-masi akurat hanya bisa disampaikan jika ada pelak-sanaan evaluasi program oleh guru BK.

Terdapat tiga hal penting yang perlu diperhati-kan dalam mengevaluasi secara menyeluruh program BK. Pertama, evaluasi perencanaan program dilakukan untuk mengetahui apakah perencanaan program sudah baik atau belum. Kedua, evaluasi proses/ pelaksanaan program dilakukan untuk mediagnosis kelebihan dan kelemahan program. Ketiga, evaluasi hasil dilakukan untuk mengukur sejauh mana capai-an tujucapai-an ycapai-ang telah ditetapkcapai-an dalam program BK (Badrujaman, 2011).

2.1.3 Prinsip Dasar Evaluasi Program BK

Evaluasi program BK merupakan proses pem-berian skor pada suatu program dalam rangka meng-ambil keputusan. Pengmeng-ambilan keputusan digunakan untuk perbaikan dan pengembangan program. Meski terlihat mudah pelaksanaannya, evaluasi program sering terjadi pengulangan setiap tahun atau belum sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan siswa. Dengan kata lain evaluasi program masih terdapat kelemahan program.

Dalam menjaga tujuannya untuk melakukan perbaikan program, maka ketika evaluasi dilakukan,


(5)

evaluator harus memegang erat prinsip dasar dalam mengevaluasi program. Seperti yang dikemukakan oleh Badrujaman (2011) terdapat tujuh prinsip dasar dalam mengevaluasi program. Ketujuh prinsip dasar evaluasi harus menjadi pedoman bagi evaluator dalam melaksanakan evaluasi program. Ketujuh prinsip dasar evaluasi meliputi: (1) evaluasi yang efektif membutuhkan pengenalan atas tujuan program, (2) evaluasi yang efektif membutuhkan kriteria pengu-kuran yang valid, (3) evaluasi yang efektif tergantung pada pelaksanaan pengukuran yang valid terhadap kriteria, (4) program evaluasi harus melibatkan semua yang berpengaruh, (5) evaluasi yang bermakna mem-butuhkan umpan balik, (6) evaluasi harus direnca-nakan dan terus menerus sebagai sebuah proses, (7) evaluasi menekankan pada kepositifan.

2.1.4 Kriteria Evaluasi Program BK

Program BK dikatakan berhasil dan sukses manakala program BK dapat memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Kriteria keberhasilan tidak terlepas dengan standar dan indikator. Ketiganya saling keterkaitan. Menurut Winkel & Hastuti (2006), kriteria merupakan patokan dalam evaluasi program. Kriteria dapat ditentukan berdasarkan ciri yang mele-kat dalam program baik internal maupun eksternal. Menurut Badrujaman (2011), kriteria merupakan karakteristik program yang dianggap sebagai basis relevan dan penting untuk melakukan riset evaluasi.


(6)

Pemberian skor pada kriteria didasarkan pada keya-kinan, pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, dan hasil kajian teoritik.

Berbeda dengan kriteria, standar memiliki penekanannya pada pertanyaan ”seberapa banyak kriteria penting telah mencukupi?”. Menurut Gysbers dan Henderson (2006), standar program cukup men-jamin keputusan yang dibuat, melengkapi program BK komprehensif, dan aktualisasinya bermanfaat bagi murid, orang tua, guru, dan komunitas lainnnya. Menentukan standar siswa dalam program BK (program education expo) harus mempertimbangkan pengetahuan apa yang seharusnya siswa peroleh, ketrampilan apa yang seharusnya siswa kembangkan, dan sikap apa yang seharusnya terbentuk pada siswa setelah berpartisipasi dalam program education expo. Karena pada akhir program, standar siswa harus diukur tingkat pencapaiannya, maka standar sejak awal harus dirancang sedemikian sehingga bisa diukur pada akhirnya, tanpa lepas dari visi, misi, dan tujuan program. Sedangkan indikator merujuk pada ukuran yang digunakan untuk mengumpulkan data sehubungan dengan performansi nilai kriteria.

Menetapkan kriteria sebagai patokan dalam evaluasi memang tidak mudah. Menurut Schmidt (1999), penetapan kriteria dapat dilakukan dengan menggunakan pencapaian melalui persentase, mem-bandingkan pencapaian siswa yang mengikuti program dan yang tidak mengikuti program, menanyakannya


(7)

kepada siswa, orang tua, atau guru, serta memban-dingkan skor pre-test dan post-test.

2.1.5 Faktor Yang Mempengaruhi Evaluasi Program

BK

Winkel dan Hastuti (2006) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi evaluasi adalah kedudukan layanan dan fasilitas yang ada, serta sikap anggota staf sekolah terhadap layanan. Di samping itu, kebijakan sekolah juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi evaluasi manajemen program. Seperti yang dikemukakan oleh Gysbers dan Henderson (2006) bahwa kebijakan sekolah merupakan faktor penting dalam rangka pelaksanaan evaluasi program BK di sekolah. Kebijakan yang dimaksud adalah dukungan yang diberikan oleh kepala sekolah dalam penyenggaraan program BK salah satunya adalah program education expo di sekolah. Dukungan kepada program education expo dapat berupa pemberian ijin untuk melakukan kegiatan serta peran guru BK di sekolah. Selain kebijakan, anggaran juga merupakan faktor yang mempengaruhi evaluasi manajemen program. Dengan anggaran yang baik maka evaluasi manajemen program dapat terlaksana. Menurut Myrick, 2005 (dalam Badrujaman 2011) menyatakan bahwa waktu juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi evaluasi program. Dengan adanya waktu yang cukup, maka evaluasi program dapat dilaksanakan dengan baik. Seringnya ada tekanan


(8)

dalam melaksanakan tugas-tugas yang ada, membuat guru BK mengabaikan kegiatan evaluasi program .

Gysbers dan Henderson (2006) juga menge-mukakan bahwa dalam membantu pendekatan yang berorientasi pada perbaikan dalam evaluasi manaje-men program ada empat hal penting untuk dipahami yaitu:

1) Konselor sekolah harus terlibat secara personal dalam mengevaluasi program mereka, yaitu program.

2) Pentingnya dilakukan evaluasi manajemen program untuk menentukan sasaran yang sesuai dan adanya kompetensi siswa.

3) Evaluasi manajemen program dalam prosesnya akan melibatkan observasi terhadap perilaku, wa-wancara, menelaah produksi media dan rekaman lain, focus group discussion (FGD), forum terbuka, survei, pengukuran yang terstandar, penilaian ahli, serta telaah teman.

4) Evaluasi manajemen program akan sukses apabila didukung oleh administrator, diadakan oleh kon-selor sekolah, berkolaborasi dengan lainnya yang menjadi customer.

Seperti dikemukakan sebelumnya oleh Gysbers dan Henderson (2006) bahwa evaluasi manajemen program meliputi evaluasi terhadap perencanaan, pelaksanaan dan hasil dari program. Ketiga evaluasi tersebut dijelaskan sebagai berikut.


(9)

2.1.6 Evaluasi Perencanaan Program (Education Expo)

Evaluasi perencanaan program merupakan evaluasi tentang penentuan tujuan yang hendak dicapai dari kegiatan pemilihan strategi, serta teknik yang tepat untuk mencapai tujuan kegiatan. Badrujaman (2011) menyatakan bahwa tujuan dari evaluasi perencanaan program adalah untuk mengetahui apakah perencanaan yang dibuat sudah baik atau belum. Pandangan Badrujaman (2011) ini dapat diinterpretasikan bahwa evaluasi perencanaan program merupakan evaluasi yang dilakukan oleh guru BK untuk mengetahui apakah perencanaan yang dibuat sudah sesuai dengan kriteria perencanaan atau bisa dikatakan perencanaan sudah baik atau belum. Perencanaan program merupakan sebuah proses asesmen terhadap program yang ada saat ini dengan cara mengkaji program dari berbagai sudut. Asesmen ini merupakan suatu proses untuk memperoleh gambaran yang konkret dan detail mengenai program. Dengan menilai program yang ada, guru BK akan mampu menentukan apa yang benar-benar dibutuh-kan dalam menyusun sebuah program BK, salah satunya adalah program education expo . Gysbers dan Henderson (2006).

Menurut Badrujaman (2011), secara garis besar evaluasi perencanaan program BK dibagi menjadi dua yaitu evaluasi tujuan program dan evaluasi input


(10)

program. Dalam hal ini salah satu program BK adalah program education expo.

2.1.6.1. Evaluasi Tujuan Program

Terdapat 3 hal yang harus dilakukan dalam mengevaluasi tujuan program, yaitu memahami konsep, prosedur pelaksanaan, dan penyusunan laporan evaluasi tujuan program. Badrujaman (2011). a.Konsep Evaluasi Tujuan Program

Menurut Stufflebeam (dalam Badrujaman 2011) mengemukakan bahwa objektivitas utama dari tipe ini adalah menelaah status objek secara keseluruhan, mengidentifikasi kekurangan, mengidentifikasi kekuatan untuk memperbaiki kekurangan, mendiagnosis masalah sehingga ditemukan solusi memperbaikinya, dan memberikan gambaran karakteristik lingkungan/setting program. Sejalan dengan Stufflebeam (dalam Badrujaman, 2011) menyatakan bahwa evaluasi pada aspek tujuan ini merupakan kesesuaian antara tujuan yang telah ditetapkan dengan kebutuhan siswa. Orientasinya untuk mengidentifikasi berbagai kebutuhan peserta didik, menyediakan arahan perbaikan, dan membantu guru BK memformulasikan tujuan program dan kompetensi siswa yang diharapkan. Gysbers dan Henderson (2006) menyatakan bahwa dibutuhkan informasi mengenai siswa dan komunitas. Informasi mengenai siswa berupa apa yang mereka ketahui, mereka pelajari, dan mereka butuhkan. Informasi


(11)

komunitas yang dimaksud adalah konteks dimana siswa tinggal seperti etnisitas, bahasa, status sosio-ekonomi, dan latar belakang keluarga. Informasi siswa dan komunitas penting untuk menentukan tujuan layanan BK. Ini merupakan langkah awal dalam menyusun program BK, salah satunya yaitu program education expo.

b.Prosedur Pelaksanaan Evaluasi Tujuan

Menurut Badrujaman (2011), prosedur pelaksanaan evaluasi tujuan meliputi enam tahap, yaitu:

(1) Menentukan tujuan evaluasi: penentuan tujuan ini sangat penting karena berdasarkan tujuan ini, guru BK akan melakukan evaluasi. Tujuan evaluasi secara umum berkaitan dengan 2 hal yaitu aspek yang akan dievaluasi dengan objek evaluasi. Oleh karena itu, evaluasi tujuan memiliki tujuan untuk mengetahui ketepatan tujuan yang ditetapkan dalam program. (2) Menentukan kriteria evaluasi: sebuah program dikatakan berhasil jika memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Menurut Winkel & Hastuti (2006), kriteria merupakan patokan dalam evaluasi program. Kriteria dapat ditentukan berdasarkan ciri yang melekat dalam program baik internal maupun eksternal. Menurut Badrujaman (2011), kriteria merupakan karakteristik program yang dianggap sebagai basis relevan dan penting untuk melakukan riset evaluasi. Pada aspek tujuan, kriteria yang dapat digunakan dalam evaluasi program adalah tujuan bersumber pada kebutuhan yang realistis. Sesuai dengan pendapat Gysbers (2006), kebutuhan yang dimaksud adalah sesuai dengan tugas perkembangan dan permasalahan siswa. (3) Memilih desain evaluasi untuk meyakinkan bahwa evaluasi yang dilakukan sesuai organisasi teratur atau sesuai aturan evaluasi yang baik. Agar dapat diketahui hasil suatu program, maka diperlukan desain yang


(12)

sesuai dengan karakteristik program tersebut. (4) Menyusun tabel perencanaan evaluasi berdasarkan tujuan evaluasi yang sudah ditetapkan. Komponen atau aspek evaluasi terdiri atas satu komponen yaitu tujuan. Dari komponen, kita dapat menjabarkan indikator-indikatornya, kemudian menentukan sumber data dan cara mengumpulkan data tersebut. (5) Menentukan instrumen evaluasi: Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam evaluasi tergantung dari jenis penelitian yang dilakukan. Jika penelitiannya kuantitatif, biasanya dengan menyebarkan angket atau kuesioner. Jika penelitiannya kualitatif, biasanya dengan observasi, wawancara ataupun dokumentasi. (6) Menentukan teknik analisa data: Teknik analisa ini dilakukan tergantung dari jenis penelitiannya, kualitatif atau kuantitatif. Pertama dilakukan penelaahan terhadap permasalahan siswa akan kebutuhan, kemudian dianalisa sesuai indikator. Setelah tujuan ditentukan, kemudian membandingkan tujuan yang dihasilkan melalui evaluasi konteks dengan tujuan yang ditetapkan dalam program.

c.Penyusunan Laporan Evaluasi Tujuan Program Kegiatan akhir dalam kegiatan evaluasi yang dilakukan adalah membuat laporan hasil evaluasi. Setiap bagian dalam laporan hasil evaluasi perencanaan hendaknya dimulai dengan deskripsi data, kemudian menuliskan hasil analisis data evaluasi, dan terakhir menuliskan keputusan.

2.1.6.2. Evaluasi Input Program a.Konsep Evaluasi Input Program

Menurut Stufflebeam & Shinkfield (dalam Badrujaman 2011), orientasi utama evaluasi input adalah membantu menentukan program yang membawa pada perubahan yang dibutuhkan. Evaluasi input mempermasalahkan apakah strategi


(13)

yang dipilih untuk mencapai tujuan program sudah tepat. Evaluasi input dilakukan dengan menelaah dan menilai secara kritis pendekatan yang relevan yang tepat digunakan.

Menurut Badrujaman (2011), tujuan evaluasi input adalah:

Untuk mengidentifikasikan dan menelaah kapabilitas sistem, alternatif strategi program, desain prosedur dimana strategi akan diimplementasikan. Evaluasi dapat menggunakan metode menginventarisasi dan menganalisis sumber-sumber yang tersedia, baik guru BK ataupun material, strategi solusi, relevansi desain prosedur, kepraktisan dan biaya, kemudian dibandingkan dengan kriteria yang ditetapkan

Pernyataan Badrujaman (2011) sejalan dengan yang dikemukakan Gysbers dan Henderson (2006),

Efisiensi program BK dapat diukur berdasarkan keberadaan sumber yang dimiliki oleh sekolah. Dengan mempertimbangkan sumber-sumber yang dimiliki, strategi akan lebih realistis dan didukung dengan kemampuan yang ada.

Evaluasi program pada aspek input perlu diarahkan untuk melihat sejauh mana strategi yang ditetapkan untuk mencapai tujuan program, termasuk di dalamnya menelaah sumber-sumber yang mendukungnya. Terdapat tiga sumber yang semestinya ada dalam program, yaitu sumber berupa personel, keuangan, dan kebijakan. Gysbers dan Henderson (2006). Jadi dapat interpretasikan bahwa tiga sumber yang seharusnya ada dalam program meliputi: (1)personel yang terlibat dalam


(14)

kegiatan (2) keuangan, yang merupakan biaya anggaran kegiatan (dari sumber hingga pengelolaannya), (3) kebijakan sekolah demi terselenggaranya kegiatan

Ketiga sumber pendukung ini, dijelaskan sebagai berikut:

(1) Personel yang terlibat dalam kegiatan

Menurut Gysbers dan Henderson (2006), pada dasarnya personel BK yang dimaksud adalah administrator BK itu sendiri. Dalam kegiatan education expo, guru BK terlibat sebagai panitia kegiatan education expo. Guru BK mengkoordinir, memiliki kewenangan presentasi dari perguruan tinggi dan memberi bimbingan ke siswa sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan siswa, mengurusi penempatan dan penyaluran siswa selepas lulus, mencatat dan mengevaluasi seluruh kegiatan program, sehingga diperlukan guru BK yang profesional.

(2) Keuangan

Gysbers dan Henderson (2006) mengemukakan sumber keuangan yang menunjang program BK adalah penetapan anggaran. Penetapan anggaran sangat diperlukan untuk menunjang program kegiatan ( untuk education expo). Kategori anggaran meliputi bahan (material), perlengkapan (equipment), dan fasilitas (facilities). Memilih strategi yang tepat untuk mencapai tujuan program untuk education expo memerlukan analisis terhadap


(15)

anggaran yang dimiliki. Anggaran education expo digunakan untuk membiayai kelengkapan (sarana dan prasarana), diantaranya biaya sewa gedung, konsumsi, sound sistem dan sarana lainnya. Strategi yang dipilih harus menyesuaikan anggaran yang dimiliki. Tanpa adanya pertimbangan anggaran, maka hanya akan menjadi angan-angan yang mungkin sulit untuk mencapai tujuan program (Badrujaman, 2011). Salah satu tidak terlaksananya evaluasi program, kebanyakan pembimbing tidak memiliki anggaran yang baik untuk melaksanakan evaluasi program serta tidak memiliki anggaran yang baik untuk program BK. Schimdt (dalam Badrujaman, 2011).

(3) Kebijakan Sekolah

Menurut Gysbers dan Henderson (2006) mengemukakan bahwa kebijakan sekolah merupakan faktor penting dalam rangka pelaksanaan program BK di sekolah. Jadi, kebijakan dari pihak sekolah juga merupakan faktor penting dalam pelaksanaan program education expo SMA. Kebijakan yang dimaksud adalah dukungan yang diberikan oleh kepala sekolah dalam penyenggaraan program education expo di sekolah ataupun di luar sekolah. Dukungan pada program education expo dapat berupa pemberian ijin untuk melakukan kegiatan serta peran guru BK dalam kegiatan education expo di sekolah ataupun di luar sekolah.


(16)

b. Prosedur Pelaksanaan Evaluasi Input Program Menurut Badrujaman (2011), terdapat enam tahapan dalam prosedur pelaksanaan evaluasi input program yaitu:

(1)Menentukan tujuan evaluasi untuk mengetahui ketepatan strategi (termasuk di dalamnya sumber-sumber) yang ditetapkan guru BK dalam mencapai tujuan program. (2) Menentukan kriteria evaluasi untuk menentukan efektivitas program BK. Pada aspek input program ini, yang menjadi kriteria adalah terdapatnya ahli bimbingan, kualifikasi yang memadai dari staf BK, terdapat rencana anggaran, waktu yang disediakan, terdapat ruangan/ tempat penyelenggaraan, terdapat peralatan yang memadai, materi yang ingin disampaikan, media yang bervariasi dan menarik, metode penyampaian, dan kebijakan dari sekolah. (3) Memilih desain evaluasi yang sesuai dengan karakteristik program yang diselenggarakan. Dari kriteria yang telah ditetapkan, kemudian dilakukan studi dokumentasi dan observasi ataupun survey dibandingkan dengan kajian literatur, sehingga bisa diambil suatu keputusan. (4) Menyusun tabel perencanaan evaluasi untuk memudahkan kita memahami evaluasi yang dilakukan. Pada aspek evaluasi ini terdiri atas komponen input, kemudian bisa dijabarkan indikator-indikatornya, sumber data serta teknik pengumpulan datanya. (5) Menentukan instrumen yang digunakan. Pengumpulan data menggunakan teknik diantaranya: wawancara, angket, review ahli/kajian literatur, studi dokumentasi, memberikan tes/survey, serta observasi. (6) Menentukan teknik analisa data tergantung dari jenis penelitian. Teknik analisa data yang digunakan dalam evaluasi program kegiatan pada aspek input adalah analisa data kualitatif, yaitu dengan melakukan analisis perbandingan antara strategi yang digunakan dengan kajian literatur yang ada.


(17)

Evaluasi input merupakan evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui ketepatan strategi yang digunakan dengan capaian tujuan. Strategi yang dimaksud adalah kualifikasi guru BK, fasilitas pendukung, dukungan keuangan, materi, metode, serta media yang ditetapkan dalam program dapat mencapai tujuan program. Setelah data dipaparkan, kemudian menuliskan hasil analisis, dan terakhir menyusun laporan dan menuliskan keputusan. (Badrujaman, 2011).

2.1.7. Evaluasi Proses Program untuk Education

Expo

Menurut Badrujaman (2011), evaluasi program BK pada aspek proses merupakan evaluasi yang berorientasi pada diagnosis kelebihan dan kelemahan program. Dari pernyataan Badrujaman dapat dinterpretasikan bahwa melalui evaluasi proses diharapkan kelemahan yang ada pada saat pelaksanaan program kegiatan education expo dapat segera diperbaiki. Untuk melakukan evaluasi program education expo pada aspek proses, maka perlu memahami konsep evaluasi program education expo pada aspek proses dan prosedur pelaksanaannya.

a.Konsep Evaluasi Proses untuk Education Expo

Menurut Stufflebeam (dalam Badrujaman, 2011), evaluasi proses merupakan pengecekan yang berkelanjutan atas implementasi perencanaan. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa evaluasi proses


(18)

bertujuan untuk mengidentifikasi dan memprediksi dalam proses pelaksanaan, seperti cacat dalam desain prosedur atau implementasinya. Bagian terpenting yang harus dipahami dalam evaluasi proses program adalah penekanannya pada usaha perbaikan yang dapat dilakukan berkenaan dengan aspek program. Gysbers menggunakan istilah program evaluation untuk evaluasi terhadap aspek proses dalam program. Menurut Adelman dan Taylor (dalam Gysbers dan Henderson, 2006) menyatakan bahwa ada dua mekanisme dalam menetapkan infrastruktur dan rencana kegiatan untuk melaksanakan perubahan/perbaikan, yaitu:

(1)Mempunyai staf pembangun yang komitmen terhadap rencana perbaikan dan pengembangan program untuk menyelesaikan tujuan program. Cara ini untuk memperbaiki adanya antara rancangan program umum dan rancangan program yang diinginkan dan untuk merubah aktivitas yang dilakukan dalam program. (2)

Mempunyai staf pembangun yang

mengembangkan transisi dan implementasi dari

rencana program atau pengembangan

peningkatan distrik. Cara ini untuk merubah sumber-sumber program BK.

Gysbers dan Henderson (2006) juga menyatakan bahwa

untuk memperbaiki aktivitas program perlunya membandingkan program umum dengan program yang dimaksud, mengidentifikasi rancangan program yang sama dan yang berlainan, membuat aktivitas program secara spesifik

Ciri aktivitas program itu efektif, efisien, serta berkualitas tinggi adalah moral staff nya bagus,


(19)

menjamin banyak program yang dilaksanakan. Pentingnya menjamin perubahan yang dibuat, staf konsul sukses membuat perubahan, mengerjakan perubahan dengan baik, membantu anggota lainnya melakukan perubahan. Hal ini berarti dibutuhkan skill untuk melakukan aktivitas dengan baik, perencanaan aktivitas dengan cermat, dan kesemuanya dipengaruhi oleh perubahan proses perencanaan. Dalam memperbaiki aktivitas program, ada 4 hal yang harus dilakukan yaitu: (1) Mengganti aktivitas diluar program, (2) Membatasi konselor yang terkait dengan aktivitas di luar program, (3) Menambah aktivitas baru, (4) Memperbesar keberadaan aktivitas. Gysbers dan Henderson (2006).

Evaluasi program sangat dibutuhkan terutama dalam memaparkan secara sistematis dan detail, untuk mengetahui sampai sejauh mana suatu program itu telah berjalan. Berikut ada empat faktor pendorong atau kecenderungan yang menyebabkan evaluasi dibutuhkan.

1.Akuntabilitas, merujuk pada justifikasi untuk pencapaian hasil yang realistis suatu program. 2.Pelaporan perihal dana. Jika suatu program akan

dipertanggungjawabkan, tentu dibutuhkan rincian secara detail penggunaan dananya secara transparan.

3.Kegiatan untuk mengetahui sampai sejauh mana performa dan hasil kerja yang sedang atau telah


(20)

dilakukan baik dalam tahap proses, hasil, dan dampak.

4.Pengambilan keputusan suatu program pendidikan. Untuk memutuskan apakah program dapat terus dilaksanakan, direvisi dan dikembangkan, atau dihentikan. (Roswati, 2008).

Keberadaan evaluasi proses yang dilakukan oleh guru BK sesungguhnya memberikan jaminan bahwa pelaksanaan program (education expo) secara berkelanjutan mengalami perbaikan terus-menerus. Usaha perbaikan (di dalamnya terdapat identifikasi kelebihan, kelemahan, hambatan) tersebut tentunya dapat dilakukan apabila guru BK memiliki cukup informasi / data berkenaan dengan kelebihan dan kelemahan program yang dilakukan.

b. Prosedur Pelaksanaan Evaluasi Pada Aspek Proses Menurut Badrujaman (2011), prosedur melaksanakan evaluasi pada aspek proses ini meliputi:

(1)Menentukan tujuan evaluasi yaitu untuk menggambarkan analisis masalah yang berkaitan dengan komponen proses, meliputi: kesesuaian

antara perencanaan program dengan

pelaksanaan. (2) Menentukan kriteria evaluasi yaitu terlaksananya program sesuai dengan waktu yang direncanakan, kepuasan siswa dengan materi yang disampaikan, ketertarikan siswa dan pengunjung lain terhadap media yang digunakan, keterlibatan siswa dalam kegiatan, pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan. (3) Memilih desain evaluasi. Dari kriteria yang telah ditetapkan, dilakukan survey, disesuaikan dengan hasil yang didapat, sehingga


(21)

diketahui terdapat kelebihan dan kelemahan dari program kegiatan yang diselenggarakan. Jika terdapat kelemahan atau adanya hambatan, maka bisa dilakukan perbaikan/perubahan. (4) Menyusun tabel perencanaan evaluasi agar

mempermudah memahaminya. Tabel

perencanaan evauasi terdiri atas komponen proses, kemudian bisa dijabarkan indikator-indikatornya, sumber data serta teknik pengumpulan datanya. (5) Menentukan instrumen evaluasi tergantung dari jenis penelitiannya. Instrumen evaluasi pada aspek proses dapat berpedoman pada observasi, studi dokumen, wawancara, angket. (6) Menentukan teknik analisa data tergantung dari jenis penelitian yang dipakai. Untuk capaian materi program, tanggapan siswa terhadap materi, metode, serta media, data analisis dengan menggunakan statistik deskriptif untuk melihat persentase. Sedangkan untuk keterlaksanaan program dan waktu pelaksanaan, data dianalisis dengan analisa kualitatif.

c. Menyusun Laporan Evaluasi Program ( Education Expo) Pada Aspek Proses

Badrujaman (2011), evaluasi proses merupakan evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui apakah pelaksanaan program sudah sesuai dengan perencanaan, sehingga evaluasi diarahkan untuk mengumpulkan data mengenai pelaksanaan program tersebut. Dari pernyataan Badrujaman (2011) dapat diinterpretasikan bahwa evaluasi proses program education expo dilaksanakan untuk mengetahui apakah dari pelaksanaan program education expo sudah sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat dan dilakukan pengumpulan data pelaksanaan program


(22)

education expo. Evaluasi program pada aspek proses menggunakan beberapa alat pengumpul data, yaitu: catatan guru bimbingan konseling, pedoman observasi, angket tanggapan, serta tes. Dari hasil pengumpulan data kemudian dikelompokkan berdasarkan kategori yang telah ditetapkan sebelumnya. Setelah melakukan evaluasi proses, langkah berikutnya adalah menyusun laporan. Laporan evaluasi proses program education expo harus memuat keputusan yang diambil oleh guru BK berkenaan dengan kegiatan program yang dilaksanakan sekolah.

2.1.8. Evaluasi Hasil Program Untuk Program untuk

Education Expo

Badrujaman (2011) menyatakan bahwa evaluasi program BK dalam aspek hasil merupakan evaluasi yang mengukur sejauh mana capaian tujuan yang telah ditetapkan dalam program BK. Dari pernyataan Badrujaman (2011) dapat diterapkan dalam kegiatan education expo, yang juga merupakan salah satu terapan dari program BK. Jadi, evaluasi hasil program education expo dilakukan untuk mengetahui apakah hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Informasi hasil dapat memberikan informasi kepada guru BK / konselor dan juga stakeholder, apakah program yang diselenggarakan memberikan dampak positif pada siswa. Untuk melakukan evaluasi


(23)

program education expo pada aspek hasil, perlu memahami konsep evaluasi hasil program dan prosedur pelaksanaannya.

a. Konsep Evaluasi Hasil Program untuk Education Expo

Evaluasi hasil bertujuan untuk mengumpulkan deskripsi dan penilaian terhadap luaran dan menghubungkannya dengan objektif, tujuan input, dan informasi proses, serta untuk menginterptretasikan kelayakan dan keberhargaan program. Evaluasi hasil untuk program education expo dapat dilakukan dengan membuat definisi operasional dan mengukur kriteria objektif, melalui pengumpulan data dari personel yang terlibat dalam kegiatan education expo. Evaluasi hasil program untuk education expo merupakan prosedur yang digunakan untuk mengetahui dampak dari program kegiatan education expo dan pelaksanaannya terhadap siswa terutama dan masyarakat secara umum. Evaluasi hasil program ditujukan untuk melihat sejauh mana tanggapan siswa terhadap program kegiatan yang dilaksanakan. (Badrujaman, 2011).

b.Prosedur Pelaksanaan Evaluasi Hasil untuk Program Edu Expo

Dalam melaksanakan evaluasi hasil untuk program education expo, perlu dilakukan prosedur / tahapan pelaksanaan. Secara garis besar diuraikan


(24)

oleh Badrujaman (2011), prosedur pelaksanaan evaluasi hasil program BK yaitu:

(1) Menentukan tujuan evaluasi yang berkaitan dengan aspek yang akan dievaluasi dan objek evaluasi. Aspek hasil menandakan bahwa guru BK ingin mengetahui dampak dari program. Objek evaluasi mengarahkan bahwa hasil yang dimaksud terbatas pada lingkup bimbingan. Sehingga tujuan dari evaluasi hasil program memberikan pengaruh pada pencapaian kompetensi / tujuan yang ditetapkan.(2) Menentukan kriteria evaluasi untuk menentukan efektivitas program. Biasanya ditunjukkan dengan adanya perbedaan pencapaian kompetensi/tujuan sebelum dan sesudah diberikan program kegiatan. Data yang telah terkumpul dan tersedia di sekolah digunakan sebagai hasil untuk mengukur efektivitas program BK. Data diproses, kemudian dipersepsikan. Persepsi data dari murid, orang tua, guru, administrator, dan lainnya tentang tanggapan aktivitas dan pelayanan guru BK atau konselor sekolah. Setelah ditanggapi, dikumpulkan menjadi data hasil. Data hasil ini ditunjukkan dalam skore/nilai tes, yang nantinya menjadi rujukan perbaikan program (Gysbers dan Henderson, 2006). (3) Memilih desain evaluasi yang merupakan suatu rencana yang menunjukkan waktu evaluasi akan dilakukan, dan dari siapa evaluasi atau informasi akan dikumpulkan. Desain dibuat untuk meyakinkan bahwa evaluasi akan dilakukan menurut organisasi yang teratur dan menurut aturan evaluasi yang baik. Desain yang sesuai dengan karakteristik program, akan menentukan hasil program. (4) Menyusun tabel perencanaaan evaluasi yang terdiri atas: kolom komponen, indikator, sumber data, dan teknik pengumpulan data. Komponen atau aspek evaluasi terdiri atas 4 komponen yaitu: konteks, input, proses dan produk. Berdasarkan keempat komponen tersebut, kita dapat menjabarkan indikator-indikator. Kemudian dari indikator itu kita dapat


(25)

mengumpulkan data. (5) Menentukan instrumen evaluasi yang digunakan untuk mengumpulkan data evaluasi. Instrumen evaluasi biasanya berupa angket, kuesioner, hasil wawancara, hasil pengamatan dan lain-lain. (6) Menentukan teknik analisa data tergantung jenis penelitiannya, jika data kuantitatif (data yang berbentuk angka atau bilangan) dianalisis menggunakan teknik perhitungan matematika/statistik. Data ini dapat diperoleh dari interview, kuesioner/angket, observasi. Data kualitatif (data yang berbentuk kata-kata) diperoleh dari teknik pengumpulan data misalnya observasi, wawancara mendalam, analisis dokumen, focus group discussion (FGD) dan studi kasus.

Gysbers dan Henderson (2006) menyatakan bahwa program BK adalah program yang diselenggarakan untuk membantu siswa mencapai tugas perkembangannya. Ada beberapa tahapan untuk mengembangkan rencana evaluasi hasil yaitu: 1) mengidentifikasi luaran siswa, 2) mempertimbangkan penggunaan jenis data, 3) menyeleksi rancangan evaluasi. Pada program BK untuk education expo diselenggarakan untuk membantu siswa memilih perguruan tinggi yang diinginkan sesuai dengan minat, bakat dan kemampuan siswa, maka diperlukan pengembangan rencana evaluasi hasil.

c. Penyusunan Laporan Evaluasi Hasil

Badrujaman (2011). Evaluasi hasil program merupakan evaluasi yang mempunyai dua manfaat, yaitu: (1) evaluasi memberikan informasi capaian tujuan program secara umum, sehingga dapat menjadi dasar menentukan efektifitas program, (2)


(26)

evaluasi dapat dijadikan dasar untuk membuat laporan perkembangan siswa. Dalam mengevaluasi hasil program untuk education expo yaitu untuk mengetahui seberapa besar siswa yang masuk perguruan tinggi atau sebuah universitas. Kemudian dari data yang terkumpul, dianalisis, kemudian disusun laporannya.

2.1.9. Cara Mengevaluasi Program untuk Education

Expo

Menurut Badrujaman (2011) bahwa dalam implementasinya ternyata evaluasi dapat berbeda satu sama lain, hal ini tergantung dari maksud dan tujuan dari evaluasi tersebut dilaksanakan. Seperti evaluasi program pembelajaran tidak akan sama dengan evaluasi kinerja pegawai. Evaluasi program pembelajaran dilakukan untuk melihat sejauh mana hasil belajar telah tercapai dengan optimal sesuai dengan target dan tujuan pembelajaran itu sendiri. Sedangkan evaluasi kinerja pegawai dilakukan dengan tujuan untuk melihat kualitas, loyalitas, atau motivasi kerja pegawai, sehingga akan menentukan hasil produksi. Dengan adanya perbedaan tersebut lahirlah beberapa model evaluasi yang dapat menjadi pertimbangan evaluator dalam melakukan evaluasi. Dari beberapa model evaluasi yang ada, secara khusus dalam konteks penelitian ini, penulis menggunakan model evaluasi yang dikembangkan oleh Stufflebeam dalam Sugiyo (2011), yaitu model evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product). Model ini


(27)

mengandung empat komponen yaitu: kontek, input, proses dan produk, dan masing-masing perlu penilaian sendiri. Model CIPP berorientasi pada suatu keputusan (a decision oriented evaluation approach structured). Tujuannya adalah untuk membantu administrator (kepala sekolah dan guru) didalam membuat keputusan. Menurut Stufflebeam (dalam Widoyoko 2011) mengungkapkan bahwa, “the CIPP approach is based on the view that the most important purpose of evaluation is not to prove but improve.” Konsep tersebut ditawarkan oleh Stufflebeam dengan pandangan bahwa tujuan penting evaluasi adalah bukan membuktikan, tetapi untuk memperbaiki. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Hernandez (2003) dengan judul Preliminary Evaluation of the Educational Program For Career and Vocational

Development, “Making up My Mind...” Program

bimbingan karir “Making up My Mind...” dievaluasi dengan mengadopsi model evaluasi CIPP Stufflebeam (1993). Tiga tujuan dari penelitian ini menunjukkan hasil yang positif yakni: buku siswa yang menunjukkan kualitas intrinsik, begitu juga dengan panduan guru yang menunjukkan kualitas intrinsik, dan program yang layak untuk dilanjutkan.

Berikut ini akan di bahas komponen atau dimensi model CIPP yang meliputi, context, input, process, product.


(28)

Dilakukan untuk mengetahui apakah program yang disusun sudah sesuai dengan kebutuhan. Di dalam evaluasi konteks ini dilakukan untuk mendefinisikan konteks program yang dilaksanakan, mengidentifikasi kebutuhan semua individu yang terlibat dalam program, mendiagnosis hal-hal yang mendasari kebutuhan dan mendesain tujuan program. Pelaksanaan evaluasi konteks dapat dilakukan dengan menggunakan metode survey, wawancara, analisis dokumen dan tes diagnostik. Keputusan penting yang dapat diambil sebagai hasil dari evaluasi konteks adalah tujuan program yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan individu, memecahkan masalah dan bentuk perubahan yang diinginkan (Sugiyo, 2011).

b. Evaluasi Input (Input Evaluation)

Dilaksanakan untuk mempertimbangkan sumber daya yang ada, mengidentifikasi dan mencari tahu kemampuan atau daya dukung sistem, alternatif strategi program, desain prosedur implementasi program, pengelolaan anggaran dan penjadwalan program. Metode evaluasi input diantaranya menginventarisir dan menganalisis sumber daya manusia dan material, studi literatur, studi banding dan tim advokat. Evaluasi input dapat menghasilkan keputusan yang berkaitan dengan pemilihan sumber daya pendukung, strategi pemecahan masalah, desain prosedur dan


(29)

memberikan landasan informasi implementasi program (Sugiyo, 2011).

c. Evaluasi Proses (Process Evaluation)

Dilakukan untuk mengetahui apakah proses dalam pelaksanaan program sudah sesuai dengan tujuan dalam program. Di dalam evaluasi proses ini yang perlu dilakukan yaitu mengidentifikasi atau memprediksi proses-proses yang menghambat desain prosedur atau implementasinya, merekam dan menilai keterlaksanaan prosedur kegiatan dan menyediakan bahan-bahan informasi untuk penyusunan program di masa depan. Metode yang dapat digunakan untuk evaluasi program diantaranya memantau potensi-potensi penghambat pelaksanaan prosedur, mengantisipasi situasi yang tidak terduga, pendiskripsian proses implementasi program dan observasi. Keputusan yang dapat diambil dari evaluasi proses diantaranya perbaikan/revisi dan implementasi desain program serta prosedur, catatan lapangan implementasi program guna menginterpretasi keberhasilan program (Sugiyo, 2011).

d. Evaluasi Produk (Product Evaluation)

Diselenggarakan untuk mengetahui apakah produk sudah sesuai dengan tujuan program. Yang perlu dilakukan yaitu mengumpulkan deskripsi dan penilaian mengenai hasil dicapai dan membandingkannya dengan tujuan; informasi tentang konteks, input, proses; menginterpretasi nilai


(30)

unggul dari program. Metode yang dapat digunakan dalam evaluasi produk diantaranya: pendefinisian kriteria hasil yang hendak dicapai, pengumpulan penilaian hasil program dari stakeholder dan analisis kuantitatif serta kualitatif. Berbagai keputusan yang dapat diambil dari evaluasi produk diantaranya melanjutkan, menghentikan, memodifikasi atau melakukan pemfokusan ulang desain program. (Sugiyo, 2011)

Gambar 2.1. Model Evaluasi CIPP (Context, Input, Process dan Product ). Sumber : Wirawan (2012)

2.2

Education Expo

2.2.1 Pengertian Education Expo

Pameran pendidikan (education expo) merupakan sarana/jembatan antara masyarakat dengan institusi pendidikan. Seperti yang

Context Evaluation

Berupaya mencari jawaban atas pertanyaan: Apa yang perlu dilakukan? Waktu: pelaksanaan sebelum program diterima. Keputusan: perencanaan program Product Evaluation Berupaya mencari jawaban atas pertanyaan: apakah program sukses? Waktu: Pelaksanaan ketika program selesai dilaksanakan Keputusan:

Ya atau tidak, program hrs recycle Input Evaluation Berupaya mencari jawaban atas pertanyaan: Apa yang harus dilakukan? Waktu pelaksanaan: sebelum program dimulai Keputusan: Penstrukturan program Process Evaluation Berupaya mencari jawaban atas pertanyaan: Apakah program sedang dilaksanakan? Waktu pelaksanaan ketika program sedang dilaksanakan Keputusan: Pelaksanaan program


(31)

dikemukakan oleh Kepala Sekolah SMA Karangturi, Irawan Nirwanto (2011) bahwa kegiatan education expo untuk menjembatani siswa yang berkeinginan mencari referensi untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan membantu orang tua mempersiapkan kebutuhan kuliah anaknya jika berkuliah di PT yang mereka inginkan, dan juga membantu perguruan tinggi mensosialisasikan diri tentang program-program unggulan mereka kepada calon mahasiswa. Nirwanto (dalam Arind, 2011).

Ungkapan pernyataan ini sejalan dengan pernyataan Gębarowski (2012) dalam “Educational Fairs As A Form Of Promotion Of Higher Education

Institution” bahwa pameran pendidikan (education

expo) adalah salah satu kegiatan yang memungkinkan untuk komunikasi yang efektif dengan para calon mahasiswa. Kemudian, Graha Pena Manado Pos (2013) menjelaskan pula bahwa pameran pendidikan (education expo) dari sejumlah universitas di Indonesia maupun luar negeri yang dipamerkan oleh universitas tersebut bernilai edukasi. Sedangkan Sulton Masyhud (2014) menyatakan bahwa education expo mengundang personil dari berbagai Perguruan Tinggi (PT) untuk memberikan penjelasan dan berdiskusi tentang keadaan dari Perguruan Tinggi yang bersangkutan.


(32)

2.2.2. Alasan Diadakan Education Expo

Informasi pendidikan kian dibutuhkan masyarakat. Pameran pendidikan (education expo) semakin sering diadakan SMA di Kota Semarang. Semakin banyak sekolah mengadakan pameran untuk memfasilitasi kebutuhan informasi siswa dan orang tua tentang studi lanjut ke perguruan tinggi (PT). Menariknya, pameran tersebut selalu ramai diserbu pengunjung, baik pelajar maupun masyarakat umum. Pameran pendidikan (education expo) ini diselengga-rakan karena tiga alasan yaitu: (1) Banyaknya siswa SMA yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi, baik di dalam negeri maupun luar negeri, (2) Banyaknya pendidikan tinggi yang muncul, baik formal maupun nonformal, (3) Dalam kompleksitas jenis dan spesifikasi perguruan tinggi beserta fakultas dan jurusannya seringkali membuat seorang tamatan SMA mengalami kebingungan untuk menentukan pilihan jenis dan spesifikasi pendidikan perguruan tinggi. (Proposal SMA Karangturi, 2011-2013).

Education expo ini mempunyai visi misi, salah satunya adalah mengenalkan semua produk pendidikan yang meliputi jurusan, biaya pendidikan, biaya hidup, dan prospek lapangan kerja sehingga akan diperoleh informasi aktual mengenai jurusan dan prospek kerja di masa yang akan datang, informasi beasiswa serta media untuk membandingkan mutu suatu universitas. Dari kegiatan ini akan menimbulkan persepsi siswa terhadap program


(33)

education expo. Dengan adanya persepsi siswa /calon mahasiswa akan diketahui minat atau ketertarikan siswa terhadap kegiatan education expo yang diselenggarakan. Untuk itu perlunya mempersiapkan kegiatan tersebut dengan matang, baik dari sekolah ataupun Perguruan Tinggi yang mengikuti pameran pendidikan ini.

2.2.3. Ruang Lingkup Education Expo

Dalam education expo, biasanya departemen pemasaran suatu Universitas atau Perguruan Tinggi akan memberikan informasi yang meliputi:

a.Informasi administratif seperti syarat-syarat pendaftaran, kelengkapan dokumen, visa belajar, biaya pendidikan, biaya hidup, dll.

b. Informasi pendidikan seperti jurusan, lama pendidikan, lapangan pekerjaan, kualitas lulusan, kapasitas, dan daya saing masuk ke suatu jurusan. c.Fasilitas seperti gedung administrasi, perpustakaan,

asrama, gedung kuliah, dll.

d.Informasi lain seperti kerjasama antar Universitas top dunia. (Anon, 2009)

2.2.4. Tujuan Kegiatan Education Expo

Menurut Graha Pena Manado Pos (2013) Education Expo dapat menjadi sarana untuk mengetahui universitas yang terbaik dan sesuai dengan keinginan serta bakat dan minat siswa. Marcin (2012) menjelaskan tujuan education expo adalah


(34)

sebagai kondisi yang efektif untuk berkomunikasi dengan para lulusan sekolah menengah atas dan untuk mengidentifikasi kesalahan-kesalahan tipikal yang dibuat oleh para personil pameran. Dalam Proposal DE BRITTO Education fair (2010) dijelaskan tujuan education expo yaitu menyediakan kesempatan yang terbuka bagi Perguruan Tinggi untuk memberi informasi yang akurat, jelas dan lengkap mengenai lokasi, mutu pendidikan, program-program studi yang ditawarkan, keunggulan-keunggulannya, biaya pendidikan, dan kesempatan peluang kerja di masa yang akan datang. Kegiatan ini juga merupakan wadah interaksi langsung antara orang tua calon mahasiswa dengan pihak penyelenggara pendidikan sehingga didapatkan informasi pendidikan yang lengkap. Pemberian informasi mengenai Perguruan Tinggi dari sumbernya secara langsung akan memberikan gambaran yang utuh bagi siswa sehingga dapat memilih Perguruan Tinggi dan jurusan sesuai dengan talenta. Tujuan secara rinci untuk siswa di SMA Karangturi adalah:

a.Bagi siswa kelas XII

1)Siswa dapat memilih pendidikan tinggi (Perguruan Tinggi dan jurusan) yang diminati dengan alasan yang tepat dalam seleksi masuk Perguruan Tinggi. 2)Siswa dapat memperoleh informasi yang benar

tentang Perguruan Tnggi serta lembaga-lembaga pendidikan yang diinginkan sesuai dengan bakat dan minatnya.


(35)

b.Bagi siswa kelas X dan XI

1)Siswa dapat memperoleh informasi awal mengenai Perguruan Tinggi dan pemantapan pemilihan jurusan di SMA

2)Siswa dapat merencanakan perkuliahan dalam penentuan jurusan di Perguruan Tinggi.

2.2.5. Manfaat Education Expo

Menurut Jusuf (2013) dalam Analisis efektifitas education expo dan open house serta minat siswa Indonesia dan Asing Pada English First di Malang”, Jurnal JIBEKA Volume 7, No 3 Agustus 2013: 33 - 40 berpendapat bahwa manfaat Education expo terlihat lebih efektif dan banyak mendapatkan murid saat diadakan event dibandingkan dengan open house. Dalam education expo juga bisa didapatkan keuntungan yaitu bisa lebih dekat dengan calon customer dan mendapatkan respon yang lebih bagus dibandingkan dengan pendekatan menggunakan email atau telepon.

Dalam httpwww.library.usd.ac.id untuk memantapkan pilihan jurusan studi siswa yang sudah ada sebelumnya. Peranan lain adalah memberi informasi tambahan tentang macam-macam jurusan, syarat-syarat pendaftaran, biaya studi, lama studi, strategi belajar di perguruan tinggi, lokasi, mutu pendidikan, cara mencari beasiswa, pekerjaan yang akan digeluti setelah lulus dan gambaran tentang studi di luar negeri kepada siswa maupun orangtua


(36)

siswa. Disamping memberi informasi, education expo sebagia media yang bermanfaat untuk siswa yaitu: a.Memotivasi siswa untuk berhasil meraih beasiswa

internasional, karena biasanya para siswa dan orang tua akan semakin sadar dengan biaya kuliah yang mahal, sehingga jalur beasiswa merupakan salah satu jalan menggapai impian belajar di negeri orang.

b.Memotivasi siswa untuk belajar giat untuk mencapai hasil belajar yang optimal, karena salah satu beasiswa adalah nilai akademik harus baik. c. Memotivasi siswa untuk belajar mengambil

keputusan akan jurusan yang dipilih sesuai dengan minat dan kemampuannya, serta arahan orang tua sebagai pendamping pada saat melakukan konsultasi pendidikan.

d.Memilih Universitas terbaik dengan jurusan yang tepat karena para siswa dan orang tua dapat mendiskusikan semua informasi yang diperoleh selama pameran.

e.Mendapatkan layanan konsultasi gratis secara langsung, hampir seluruh Universitas top dunia terutama perkembangan ilmu pengetahuan terkini dan prospek jurusan yang paling aktual (Anon, 2009).

2.2.6. Kegiatan-kegiatan Education Expo

Dalam education expo terdapat kegiatan-kegiatan sebagai berikut:


(37)

a.Ceramah oleh narasumber, wawancara oleh siswa dengan narasumber, tanya jawab, serta diskusi terkait seputar topik yang diangkat dalam pelaksanaan education expo. Pembicara (narasumber) menjadi kunci dari inti acara education expo. Seyogyanya sebelum kegiatan, siswa sebelumnya perlu melakukan persiapan misalnya membaca bahan-bahan informasi perguruan tinggi yang diundang dan yang diminati dari sumber-sumber yang tersedia. Dengan begitu mereka akan lebih siap mengikuti acara: mendengarkan ceramah, mengajukan pertanyaan, berdiskusi, dan juga menyusun pertanyaan untuk wawancara (Patty, 2014).

b. Pameran pendidikan tinggi

Melalui setiap stan pameran pendidikan yang ada, diharapkan dapat terjadi komunikasi dua arah, tanya jawab dan diskusi yang baik antara Perguruan Tinggi dengan civitas akademika dan para orang tua siswa sebagai calon pengguna jasa pendidikan. Tanya jawab antara pihak perguruan tinggi dengan calon pengguna jasa pendidikan dilakukan di stand-stand pameran pendidikan. Adapun model dan bentuk komunikasi yang berlangsung pada setiap stand, seperti: melayani para konsumen yang bertandang ke stand guna bertanya, mencari informasi, dan atau membeli formulir pendaftaran sepenuhnya dipercayakan dan dikelola secara


(38)

mandiri oleh perguruan tinggi selaku peserta pameran pendidikan (Patty, 2014).

Dalam proposal education expo di SMA Karangturi terdapat jenis kegiatan yang dilaksanakan, yaitu meliputi: pameran pendidikan tinggi dalam dan luar negeri, presentasi Perguruan Tinggi, Simulasi TOEFL-IELTS, serta kegiatan yang mendukung yaitu bazar dan lomba-lomba akademik.

2.2.7. Menyiapkan Perlengkapan Pameran

Penyelenggaraan pameran memerlukan perlengkapan (sarana dan prasarana) seperti: ruangan, meja, buku tamu, buku pesan dan kesan, panil (penyekat ruangan). lampu sorot, sound system, poster, selebaran (Cahyono, 2002).

a. Ruang Pameran

Ruangan yang dapat digunakan dalam kegiatan pameran di sekolah bisa menggunakan aula atau ruang kelas. Penataan ruang dapat dilakukan dengan menggunakan meja, panel, kursi.

b.Meja

Meja dapat digunakan untuk meja penerima tamu dan tempat komputer dan dokumen dari Perguruan Tinggi.

c. Buku tamu

Bukti tamu (berisi: nomor, nama, alamat/asal, kelas/asal sekolah, dan tanda tangan) dapat digunakan untuk mengetahui berapa orang yang mengunjungi pameran.


(39)

d.Buku kesan dan pesan

Buku kesan dan pesan (berisi: tanggal, tanggapan pribadi pengunjung, identitas seperlunya) berguna sebagai masukan terhadap penyelenggaan pameran. e. Panil

Berfungsi untuk menempelkan karya dua dimensi seperti: gambar profil Perguruan Tinggi dan piagam penghargaan yang didapat dan sebagainya. Panil juga dapat digunakan sebagai penyekat ruangan. f. Poster atau brosur

Media ini digunakan untuk menginformasikan kegiatan pameran yang akan dilaksanakan. Dengan demikian sebelum pelaksanaan pameran dilakukan, poster dan brosur sudah digunakan sebagai media informasi.

g. Lampu penerangan

Lampu ini digunakan untuk memperjelas ruangan atau karya yang dipamerkan. Lampu ini dipasang di setiap papan pameran, di plafon, agar tidak menyilaukan.

h.Sound system (tape dan kaset instrumentalia).

Berfungsi untuk menambah suasana santai dan mendukung suasana pameran.

2.2.8. Langkah-langkah Pelaksanaan Education

Expo

Gębarowski (2012) menjelaskan secara umum ada 8 langkah dalam menyiapkan dan mengadakan sebuah acara pameran yaitu :


(40)

a.Identifikasi tujuan aktifitas pameran

b.Memilih pameran yang memungkinkan tercapainya tujuan

c. Mengatur anggaran acara pameran

d.Menyempurnakan konsep presentasi penawaran sekaligus desain dan penyampaian stand pameran.

e. Memilih dan melatih anggota tim pameran f. Menyiapkan bahan promosi

g. Berpartisipasi dalam pameran h.Menindaklanjuti segala kegiatan

Namun untuk sekolah menengah dan perguruan tinggi, proses diatas disederhanakan menjadi 6 tahap yaitu (1) memilih pameran, (2) mengatur anggaran, (3) membentuk tim pameran, (4) menyiapkan bahan materi, (5) berpartisipasi dalam pameran, (6) mengevaluasi penampilan pameran (Gebarowski, 2012).

2.2.9. Komunikasi dengan Pengunjung education

expo

Dari segi marketing, memulai interaksi dengan pengunjung stand sangatlah penting. Para exhibitor perlu membuat kontak aktif dengan penonton seperti mengadakan amal, kompetisi atau pertunjukan interaktif yang melibatkan penonton. Beberapa exhibitor dapat menggunakan stand dengan komputer yang memudahkan siswa untuk melihat presentasi dari masing-masing sekolah atau memberikan siswa


(41)

kesempatan untuk mengenal software yang digunakan dalam kegiatan belajar. Salah satu faktor penting untuk berkomunikasi dengan siswa secara efektif adalah kemampuan menggunakan open-style communication yang mempunyai ciri:

a.Toleransi dan bersikap ramah terhadap pengunjung, yang mungkin bersikap tidak disiplin.

b.Sabar dalam menjawab pertanyaan termasuk pertanyaan yang jawabannya sudah sangat jelas. c. Hindari menggunakan nada seperti mentor, yang

biasanya digunakan dalam kelas akademik.

d. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan diterima anak muda, informal dan bebas dari jargon akademik (Gebarowski, 2012).

2.3. Penelitian yang Relevan

Penelitian Arif Unwanullah (2006) tentang “ Evaluasi Program Penjurusan Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Tuban” menunjukkan bahwa (1) persiapan program penjurusan dapat berjalan dengan baik artinya informasi yang disampaikan oleh guru bimbingan konseling dapat diterima dengan sangat baik (96,67%), persepsi tentang data pribadi siswa yang digunakan sangat penting (95,56%) selain itu peran guru bimbingan konseling juga sangat baik (98,89%); (2) proses pelaksanaan penjurusan berjalan sesuai dengan kurikulum berbasis kompetensi; (3) hasil program penjurusan menunjukkan kondisi siswa sangat baik (96,39%), prestasi belajar siswa sangat


(42)

baik (96,67%), dukungan keluarga sangat baik (94,72%), keyakinan siswa dalam memilih jurusan sangat baik (86,66%), motivasi belajar siswa setelah baik (76,95%) dan minat belajar siswa sangat baik (99,44%).

Penelitian Sartana (2006) tentang “Evaluasi Pelaksanaan Program Rintisan Sekolah Menengah Atas Bertaraf Internasional di Provinsi Lampung” menunjukkan bahwa pada aspek konteks, di ke-tiga RSMABI memulai program Rintisan sekolah bertaraf internasional setelah ditunjuk oleh pemerintah pusat melalui surat resmi. Pada aspek Input ke-tiga sekolah rintisan SBI melakukan sistem seleksi siswa baru secara bertahap. Aspek Proses di ke-tiga RSMA-BI telah menerapkan pembelajaran berbasis TIK, pembelajaran bilingual, adaptasi kurikulum Cambridge. Pada aspek Produk /Output menunjukkan lulusan di ke-tiga R-SMA-BI memiliki nilai Ujian Nasional rata-rata di atas 7,5 dan lulusan dapat diterima di perguruan tinggi favorit, dua R-SMA-BI mencapai diatas 80 % dan satu RSMA-R-SMA-BI baru mencapai 74,71 %.

Penelitian Sukoco (2011) tentang “Keefektifan Pelaksanaan Program Layanan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Umum Kota Tegal”, dapat ditemukan bahwa dari evaluasi input, kegiatan yang dibutuhkan oleh siswa belum relevan, ketertarikan siswa mengikuti layanan BK cukup dan juga tingkat pemahaman proses layanan BK belum


(43)

efektif. Sehingga perlu adanya kesiapan pembimbing dalam melakasanakan layanan BK. Kesiapan pembimbing akan mempengaruhi proses pelaksanaan layanan, selain itu perencanaan yang lebih baik seperti menyususn jadwal kegiatan, menyiapakan tempat kegiatan dan saran penunjang,akan membuat pelaksanaan lebih efektif.

Penelitian Rachmawati, Ulvina (2013. “Manajemen Bimbingan dan Konseling Tanpa Alokasi Jam Pembelajaran di SMA Negeri 3 Semarang”, menjelaskan bahwa manajemen BK tanpa alokasi jam pembelajaran di SMA Negeri 3 Semarang berjalan kurang baik dimana perencanaan BK berjalan cukup baik ditunjukkan dengan adanya program BK. Pelaksanaan BK tidak sesuai dengan program yang telah dibuat. Evaluasi hanya cukup ditunjukkan dengan adanya laporan BK yang menyatakan ada kegiatan evaluasi dan tindak lanjut. Perlu adanya ketegasan kegiatan BK dalam pengembangan diri di SMA Negeri 3 Semarang atau adanya alokasi waktu di dalam jam pembelajaran agar kegiatan bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan efektif dan efesien.

Berdasarkan keempat penelitian tersebut, hampir semua penelitian menyarankan guru bimbingan untuk senantiasa meningkatkan kemampuannya dalam membuat perencanaan program, melaksanakan proses program, dan menilai hasil program melalui pelatihan, seminar, workshop. Selain itu konselor juga harus memiliki komitmen


(44)

untuk mengimplementasikan pelaksanaan program BK, melalui perencanaan program BK, proses program BK, dan evaluasi hasil program.

Pada kontek kesesuaian dengan tema penelitian bahwa sampai saat ini belum banyak penelitian tentang evaluasi manajemen program educational expo. Ketertarikan peneliti lebih kepada penelitian-penelitian model manajemen BK secara umum. Terkait dengan hal ini maka penelitian yang penulis jalankan ini akan berkontribusi penting dalam khasanah manajemen bimbingan dan konseling.

2.4. Kerangka Pikir

Sekolah mempunyai tanggungjawab dalam memenuhi kebutuhan siswa dalam hal pilihan dan minat pendidikan setelah lulus. Maka program education expo menjadi penting disediakan oleh layanan sekolah untuk memfasilitasi kebutuhan tersebut. Evaluasi manajemen program education expo bertujuan untuk mengetahui keberhasilan program secara menyeluruh perlu dijalankan secara terencana.

Berdasarkan kepentingan dan urgensi tersebut, penulis melakukan penelitian evaluasi manajemen program education expo menggunakan pendekatan model evaluasi CIPP. Pendekatan ini menitikberatkan pada analisis kritis variabel contexts, input, process dan product. Sehingga dengan demikian dapat diketahui capaian tujuan baik dari proses dan hasil program education expo mulai dari perencanaan,


(45)

pelaksanaan dan hasil program. Setelah itu dapat dilihat prioritas-prioritas seperti apa yang dibutuhkan bagi perbaikan manajemen program education expo ke depan, baik oleh konselor maupun kebijakan sekolah. Berikut bagan kerangka pikir CIPP

Gambar 2.2. Kerangka Pikir CIPP

Evaluasi Program education expo

CIPP

Perencanaan, proses dan hasil program education expo

Hasil evaluasi program education expo sesuai tujuan


(1)

a.Identifikasi tujuan aktifitas pameran

b.Memilih pameran yang memungkinkan tercapainya tujuan

c. Mengatur anggaran acara pameran

d.Menyempurnakan konsep presentasi penawaran sekaligus desain dan penyampaian stand pameran.

e. Memilih dan melatih anggota tim pameran f. Menyiapkan bahan promosi

g. Berpartisipasi dalam pameran h.Menindaklanjuti segala kegiatan

Namun untuk sekolah menengah dan perguruan tinggi, proses diatas disederhanakan menjadi 6 tahap yaitu (1) memilih pameran, (2) mengatur anggaran, (3) membentuk tim pameran, (4) menyiapkan bahan materi, (5) berpartisipasi dalam pameran, (6) mengevaluasi penampilan pameran (Gebarowski, 2012).

2.2.9. Komunikasi dengan Pengunjung education expo

Dari segi marketing, memulai interaksi dengan pengunjung stand sangatlah penting. Para exhibitor perlu membuat kontak aktif dengan penonton seperti mengadakan amal, kompetisi atau pertunjukan interaktif yang melibatkan penonton. Beberapa

exhibitor dapat menggunakan stand dengan komputer yang memudahkan siswa untuk melihat presentasi dari masing-masing sekolah atau memberikan siswa


(2)

kesempatan untuk mengenal software yang digunakan dalam kegiatan belajar. Salah satu faktor penting untuk berkomunikasi dengan siswa secara efektif adalah kemampuan menggunakan open-style communication yang mempunyai ciri:

a.Toleransi dan bersikap ramah terhadap pengunjung, yang mungkin bersikap tidak disiplin.

b.Sabar dalam menjawab pertanyaan termasuk pertanyaan yang jawabannya sudah sangat jelas. c. Hindari menggunakan nada seperti mentor, yang

biasanya digunakan dalam kelas akademik.

d. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan diterima anak muda, informal dan bebas dari jargon akademik (Gebarowski, 2012).

2.3. Penelitian yang Relevan

Penelitian Arif Unwanullah (2006) tentang “

Evaluasi Program Penjurusan Sekolah Menengah Atas

di Kabupaten Tuban” menunjukkan bahwa (1)

persiapan program penjurusan dapat berjalan dengan baik artinya informasi yang disampaikan oleh guru bimbingan konseling dapat diterima dengan sangat baik (96,67%), persepsi tentang data pribadi siswa yang digunakan sangat penting (95,56%) selain itu peran guru bimbingan konseling juga sangat baik (98,89%); (2) proses pelaksanaan penjurusan berjalan sesuai dengan kurikulum berbasis kompetensi; (3) hasil program penjurusan menunjukkan kondisi siswa sangat baik (96,39%), prestasi belajar siswa sangat


(3)

baik (96,67%), dukungan keluarga sangat baik (94,72%), keyakinan siswa dalam memilih jurusan sangat baik (86,66%), motivasi belajar siswa setelah baik (76,95%) dan minat belajar siswa sangat baik (99,44%).

Penelitian Sartana (2006) tentang “Evaluasi

Pelaksanaan Program Rintisan Sekolah Menengah

Atas Bertaraf Internasional di Provinsi Lampung”

menunjukkan bahwa pada aspek konteks, di ke-tiga RSMABI memulai program Rintisan sekolah bertaraf internasional setelah ditunjuk oleh pemerintah pusat melalui surat resmi. Pada aspek Input ke-tiga sekolah rintisan SBI melakukan sistem seleksi siswa baru secara bertahap. Aspek Proses di ke-tiga RSMA-BI telah menerapkan pembelajaran berbasis TIK, pembelajaran bilingual, adaptasi kurikulum Cambridge. Pada aspek Produk /Output menunjukkan lulusan di ke-tiga R-SMA-BI memiliki nilai Ujian Nasional rata-rata di atas 7,5 dan lulusan dapat diterima di perguruan tinggi favorit, dua R-SMA-BI mencapai diatas 80 % dan satu RSMA-R-SMA-BI baru mencapai 74,71 %.

Penelitian Sukoco (2011) tentang “Keefektifan

Pelaksanaan Program Layanan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Umum Kota Tegal”, dapat ditemukan bahwa dari evaluasi input, kegiatan yang dibutuhkan oleh siswa belum relevan, ketertarikan siswa mengikuti layanan BK cukup dan juga tingkat pemahaman proses layanan BK belum


(4)

efektif. Sehingga perlu adanya kesiapan pembimbing dalam melakasanakan layanan BK. Kesiapan pembimbing akan mempengaruhi proses pelaksanaan layanan, selain itu perencanaan yang lebih baik seperti menyususn jadwal kegiatan, menyiapakan tempat kegiatan dan saran penunjang,akan membuat pelaksanaan lebih efektif.

Penelitian Rachmawati, Ulvina (2013.

“Manajemen Bimbingan dan Konseling Tanpa Alokasi Jam Pembelajaran di SMA Negeri 3 Semarang”,

menjelaskan bahwa manajemen BK tanpa alokasi jam pembelajaran di SMA Negeri 3 Semarang berjalan kurang baik dimana perencanaan BK berjalan cukup baik ditunjukkan dengan adanya program BK. Pelaksanaan BK tidak sesuai dengan program yang telah dibuat. Evaluasi hanya cukup ditunjukkan dengan adanya laporan BK yang menyatakan ada kegiatan evaluasi dan tindak lanjut. Perlu adanya ketegasan kegiatan BK dalam pengembangan diri di SMA Negeri 3 Semarang atau adanya alokasi waktu di dalam jam pembelajaran agar kegiatan bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan efektif dan efesien.

Berdasarkan keempat penelitian tersebut, hampir semua penelitian menyarankan guru bimbingan untuk senantiasa meningkatkan kemampuannya dalam membuat perencanaan program, melaksanakan proses program, dan menilai hasil program melalui pelatihan, seminar, workshop. Selain itu konselor juga harus memiliki komitmen


(5)

untuk mengimplementasikan pelaksanaan program BK, melalui perencanaan program BK, proses program BK, dan evaluasi hasil program.

Pada kontek kesesuaian dengan tema penelitian bahwa sampai saat ini belum banyak penelitian tentang evaluasi manajemen program

educational expo. Ketertarikan peneliti lebih kepada penelitian-penelitian model manajemen BK secara umum. Terkait dengan hal ini maka penelitian yang penulis jalankan ini akan berkontribusi penting dalam khasanah manajemen bimbingan dan konseling.

2.4. Kerangka Pikir

Sekolah mempunyai tanggungjawab dalam memenuhi kebutuhan siswa dalam hal pilihan dan minat pendidikan setelah lulus. Maka program

education expo menjadi penting disediakan oleh layanan sekolah untuk memfasilitasi kebutuhan tersebut. Evaluasi manajemen program education expo

bertujuan untuk mengetahui keberhasilan program secara menyeluruh perlu dijalankan secara terencana.

Berdasarkan kepentingan dan urgensi tersebut, penulis melakukan penelitian evaluasi manajemen program education expo menggunakan pendekatan model evaluasi CIPP. Pendekatan ini menitikberatkan pada analisis kritis variabel contexts, input, process dan product. Sehingga dengan demikian dapat diketahui capaian tujuan baik dari proses dan hasil program education expo mulai dari perencanaan,


(6)

pelaksanaan dan hasil program. Setelah itu dapat dilihat prioritas-prioritas seperti apa yang dibutuhkan bagi perbaikan manajemen program education expo ke depan, baik oleh konselor maupun kebijakan sekolah. Berikut bagan kerangka pikir CIPP

Gambar 2.2. Kerangka Pikir CIPP Evaluasi Program education

expo

CIPP Perencanaan, proses dan

hasil program education

expo

Hasil evaluasi program

education expo sesuai


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Education Expo Sma Karangturi Semarang Tahun 2014 T2 942012070 BAB I

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Education Expo Sma Karangturi Semarang Tahun 2014 T2 942012070 BAB IV

0 0 70

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Education Expo Sma Karangturi Semarang Tahun 2014 T2 942012070 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Education Expo Sma Karangturi Semarang Tahun 2014

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Education Expo Sma Karangturi Semarang Tahun 2014

0 0 125

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Model Pengembangan Komponen Standar Perpustakaan Sekolah Di SMA Negeri 12 Semarang T2 BAB II

0 0 30

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Magister Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana FKIPUKSW T2 BAB II

0 3 18

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Kinerja Tiga Kepala SMP Negeri Salatiga Tahun 2014 T2 BAB II

0 1 14

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Di SMP Negeri 2 Dempet Tahun 2014 T2 BAB II

0 0 22

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Program Pendidikan Karakter Di SMA Kristen 1 Salatiga T2 BAB II

0 0 36