Pembinaan Peserta Didik Kelas Khusus Olahraga

63 minimal sekolah dapat tercapai. Selain itu pihak sekolah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kulon Progo untuk mengusahakan apabila dalam proses pemberian remidi nilai standar minimal tetap tidak tercapai maka sekolah diperbolehkan untuk penggunaan standar nilai khusus bagi peserta didik kelas olahraga. Pembinaan bakat kecabangan olahraga dilaksanakan oleh pelatih kecabangan olahraga masing-masing cabang olahraga. Kegiatan pembinaan berupa latihan pada sore hari dengan jadwal dan materi latihan yang telah diatur dan ditentukan oleh pelatih. Kegiatan latihan kecabangan olahraga tersebut dalam pelaksanaannya digabung dengan sekolah penyelenggara kelas olahraga lain, klub induk olahraga, atau bersama peserta didik kelas reguler yang berminat mengikuti latihan dan memiliki bakat di kecabangan olahraga tersebut. Hal ini dikarenakan jumlah masing masing kecabangan olahraga tidak mencukupi untuk menyelenggarakan pelatihan secara mandiri khusus kelas olahraga. Seperti cabang sepak bola yang latihan digabung dengan klub sepak bola dimana pelatih bernaung. Tempat latihan berada di alun alun kota Wates Kulon Progo. Dalam latihan tersebut peserta didik kelas olahraga mendapat perlakuan pembinaan yang sama dengan anggota latihan yang lain. 64 Gambar 4. Suasana latihan cabang sepak bola di alun-alun Wates Hal ini juga diungkapkan oleh Koordinator Kelas Olahraga pada wawancara tanggal 3 Februari 2014, “Jadi pelatih berlisensi kan tidak banyak, seperti anggar. Jadi pelatihan dicampur, dari KKO ada, dari reguler ada, dan ada dari klub. Perlakuan khusus hanya dari KONI, dia memberikan pelatih berlisensi.” Perlakuan terhadap peserta didik kelas olahraga saat mengikuti latihan sama dengan anggota peserta latihan yang lain. Pembinaan bakat peserta didik kelas olahraga dipantau oleh sekolah melalui guru pendamping. Setiap cabang olahraga terdapat satu guru pendamping yang ditunjuk oleh sekolah. Guru pendamping dipilih dari anggota tim pengelola kelas olahraga yang telah dibentuk. Tugas utama guru pendamping ini adalah memastikan siswa mengikuti program latihan kecabangan olahraga yang dipilih dan latihan kecabangan olahraga berjalan lancar. Menurut wawancara dengan Kepala Sekolah pada tanggal 29 Januari 2014 “Nanti dari guru ada yang memantau, kalau dari pelatih kan ada sendiri. gampangnya guru memantau anak hadir latihan termasuk dalam kegiatan keluar event event tertentu seperti mungkin PORDA, tingkat kabupaten provinsi bahkan nasional. Guru pendamping prinsipnya hanya ‘ngaruhke’, memastikan anak datang dan untuk mensuport kemantapan anak untuk latihan.” 65 Pemantauan tersebut tidak dilakukan setiap latihan melainkan hanya seminggu sekali. Waktu pemantauan pun tidak tetap harinya dalam seminggu tetapi selalu berganti ganti sesuai dengan jadwal latihan. Dalam pelaksanaan pemantauan guru pendamping membawa lembar pemantauan. Dari lembar pemantauan sekolah dapat memantau perkembangan peserta didik dan pembinaan bakat yang dilakukan oleh pelatih. Lembar pemantaun tersebut berisi: a Hari dan tanggal latihan b Cabang olahraga c Waktu latihan d Jumlah peserta e Peserta yang hadir f Peserta yang tidak hadir g Tempat latihan h Pelatih i Kegiatan latihan Dalam rangka pembinaan, peserta didik kelas olahraga juga tetap diwajibkan mengikuti ekstrakurikuler sekolah. Ekstrakurikuler yang wajib diikuti yaitu pramuka selain kecabangan olahraga yang dipilih. Pramuka menjadi ekstrakurikuler wajib karena kegiatan pramuka merupakan bekal keterampilan yang harus dimiliki setiap peserta didik. Selain kedua ekstrakurikuler tersebut, siswa kelas olahraga dianjurkan untuk tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler lain, hal ini terkait pengaturan jadwal latihan kecabangan dan kondisi fisik peserta didik yang bersangkutan. Meskipun demikian sekolah tidak melarang apabila ada 66 siswa kelas olahraga yang mengikuti ekstrakurikuler lain sebagai penyaluran hobi diluar olahraga sebatas tidak menggangu kegiatan latihan kecabangan olahraga. Dalam rangka mendukung pembinaan peserta didik kelas olahraga, sekolah memberikan beberapa layanan kesiswaan khusus kepada peserta didik kelas olahraga. Layanan bimbingan dan konseling bagi siswa kelas olahraga dilakukan oleh guru BK. Bentuk layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan berupa pendampingan secara intensif. Berdasarkan input kelas olahraga yang berada dibawah kelas reguler maka pihak sekolah memberikan tanggung jawab kepada guru BK kelas sepuluh untuk mendampingi peserta didik kelas olahraga secara intensif dalam menghadapi persoalan yang menghambat peserta didik. Selain itu juga pendampingan melalui adanya tatap muka di kelas pada hari sabtu sebanyak satu jam pelajaran. Hal ini merupakan salah satu bentuk pembinaan mental yang dilakukan tim pengelola kelas olahraga untuk peserta didik kelas olahraga. Pembinaan mental dilakukan terintegrasi dengan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru BK, guru agama maupun wali kelas olahraga. Seperti yang diungkapkan Koordinator Kelas Olahraga pada wawancara tanggal 3 Februari 2014, “Ada, dalam kepengurusan ada penanggung jawab khusus. Seperti humas, kesiswaan, bendahara, sekretaris. Kemudian ada tambahan BK, itu saya titipkan pada guru BK. Dan ada satu lagi mental, itu saya titipkan pada guru agama.” Sedangkan layanan perpustakaan masih bersifat umum belum tersedia buku penunjang untuk pengetahuan tambahan peserta didik kelas olahraga. Layanan kesehatan juga diberlakukan sama dengan siswa reguler. Selama masih di lingkup sekolah maka guru bertanggung jawab pada kesehatan dan keselamatan siswa. 67 Apabila sekolah tidak dapat menangani maka sekolah wajib memberikan rujukan ke rumah sakit. Layanan fasilitas khusus dari sekolah berupa alat olahraga yang dipinjamkan Dinas Pendidikan Kulon Progo bagi peserta didik kelas olahraga. Alat alat olahraga tersebut berada di tempat latihan dan dapat dipakai ketika latihan. Layanan lain yang khusus bagi peserta didik kelas olahraga adalah pemberian nutrisi. Pemberian nutrisi ini untuk menunjang kesehatan fisik peserta didik kelas olahraga. Kebijakan pemberian nutrisi tersebut berasal dari Dinas Pendidikan Kulon Progo. Menurut wawancara dengan Koordinator Kelas Olahraga pada tanggal 3 Februari 2014 “Kalo dari sekolah hanya memberi susu dan snack seminggu dua kali. Sebenarnya dari Dinas langsung uang tapi kami punya kebijakan saya takut kalo ada pemeriksaan BPKP uang ini dijadikan apa. Untuk pertama uang karena telat dan yang berikutnya mau datang, tapi kedepannya saya takut kalo uang tidak dibelikan makanan sehingga kami tidak bilang dengan anak kalo itu uang. Itu memberikannya hari selasa kamis sabtu. aslinya untuk latihan ekstra sore tapi kalo yang mengelola sekolah sulit memantau jadi diberikan pagi.” Pemberian nutrisi dilakukan dua kali dalam seminggu yaitu hari selasa dan sabtu pada jam istirahat pertama. Dinas Pendidikan Kulon Progo memberikan jatah Rp 4000 per peserta didik per latihan. Pemberian tersebut berupa dana bukan berupa barang. Kemudian sekolah mengeluarkan kebijakan dana tersebut dibelanjakan dalam bentuk barang misalnya susu dan snack. Hal ini untuk mencegah dana tersebut digunakan tidak semestinya oleh peserta didik kelas olahraga.

b. SMA N 1 Lendah

Kegiatan pembinaan peserta didik kelas khusus olahraga diawali dengan orientasi peserta didik baru. Orientasi peserta didik kelas olahraga dilaksanakan 68 mengikuti orientasi peserta didik kelas reguler. Materi yang diberikan kepada peserta didik kelas olahraga secara garis besar sama dengan kelas reguler. Materi terdiri dari tujuh materi yaitu bela negara dan empat pilar, kenakalan remaja tata tertib lalin dan napza, kespro HIV AIDS, pemilos siswa, tata tertib sekolah, sopan santun dan ESQ. Bagi peserta didik kelas khusus olahraga terdapat materi tambahan yaitu permainan olahraga. Dalam materi permainan olahraga tersebut peserta didik kelas olahraga dikelompokkan kedalam kecabangan olahraga masing masing untuk pendalaman dan pemantapan oleh guru pendamping. Sesuai yang diungkapkan Koordinator Kelas Olahraga pada wawancara tanggal 7 Februari 2014, “Untuk MOS tetep ikuti yang reguler. Cuma pas permainan olahraga ya mereka masuk ke kecabangan biar mereka ketahui. Paling tidak seperti bulutangkis yang seperti apa bulutangkis itu. Paling tidak biar pembimbing memang dia betul betul minat disitu.” Pembinaan akademik kepada peserta didik kelas khusus olahraga secara garis besar sama dengan peserta didik kelas reguler. Dalam rangka pembinaan akademik sekolah memilih wali kelas yang dianggap mampu menjadi wali kelas olahraga yaitu guru olahraga. Hal ini dimaksudkan agar pembinaan akademik di kelas olahraga dapat menyesuaikan dengan karakteristik peserta didik yang berlatar belakang bakat olahraga. Menurut wawancara dengan Kepala Sekolah tanggal 4 Februari 2014, “Kalo untuk itu kami hanya memilih wali kelas yang kami anggap mampu cocok untuk wali kelas olahraga. Untuk pendampingan itu secara khusus belum ada.” 69 Selain itu meskipun peserta didik kelas olahraga secara kualitas masukan berada di bawah peserta didik reguler tetapi sekolah tidak memberlakukan perlakuan khusus seperti tambahan jam pelajaran atau pendalaman materi. Sekolah hanya memberlakukan kegiatan remidi untuk para peserta didik yang belum mencapai ketuntasan minimal. Remidi dilakukan baik secara individual maupun kelompok apabila mayoritas dalam kelas tersebut tidak mencapai ketuntasan minimal. Proses pembelajaran juga tidak ditemukan hambatan dari para guru. Karakter peserta didik kelas olahraga di SMA N 1 Lendah tidak berbeda dengan peserta didik reguler. Meskipun berlatar belakang bakat olahraga ketika dalam jam pelajaran suasana tetap tertip dan lancar. Seperti pada saat jam pelajaran pendidikan jasmani, peserta didik kelas olahraga tidak mendapat perlakuan berbeda dari guru olahraga meskipun berlatar belakang bakat olahraga. Peserta didik kelas olahraga sama dengan peserta didik kelas reguler dalam sikap sosialnya. Gambar 5. Suasana pembelajaran pendidikan jasmani kelas olahraga Pembinaan bakat kecabangan olahraga untuk peserta didik kelas khusus olahraga SMA N 1 Lendah dilaksanakan pada sore hari oleh pelatih masing 70 masing cabang olahraga. Pembinaan bakat berupa latihan yang pelaksanaannya bergabung dengan sekolah kelas olahraga lain yaitu SMA N 1 Pengasih pada cabor yang jumlah peserta sedikit dan pelatih sama. Seperti yang diungkapkan Koordinator Kelas Olahraga pada wawancara tanggal 7 Februari 2014, “untuk kecabangan tetep sendiri, dia malah bergabung dengan sekolah lain SMA Pengasih. Karena itu memang agak khusus. Sebagian besar koordinasi dengan pengasih cuma sebagian tidak seperti tenis karena disana gak ada, sepak bola karena banyak ya sendiri sendiri.” Selain itu latihan dengan klub olahraga dimana pelatih bernaung didalamnya, atau latihan dilaksanakan di SMA N 1 Lendah pada cabor yang sarana prasarana tersedia di sekolah. Seperti cabang olahraga bola basket yang latihan dilaksanakan di sekolah karena lapangan dan fasilitasnya sudah tersedia. Justru anggota klub yang dilatih pelatih cabor basket yang mengikuti latihan bersama peserta didik kelas olahraga di lapangan SMA N 1 Lendah. Gambar 6. Latihan cabang olahraga basket di lapangan SMA N 1 Lendah Agar latihan efisien maka sekolah memberlakukan kebijakan peserta didik reguler dapat mengikuti latihan dengan syarat memiliki bakat dan berminat secara 71 sungguh sungguh berlatih. Hal ini terungkap dari lembar penilaian pelatih dan daftar peserta didik yang mengikuti cabang olahraga, sebagian besar diikuti oleh peserta didik reguler. Pelaksanaan pembinaan bakat kecabangan olahraga dirasa perlu dipantau oleh sekolah. Sehingga pada pembinaan bakat ini ditunjuk guru pendamping yang fungsinya mendampingi peserta didik kelas khusus olahraga dalam menjalani kegiatan pelatihan olahraga kecabangannya. Guru pendamping juga bertugas memantau kepelatihan setiap kali latihan. Tetapi pemantauan ini hanya dilakukan sebelum latihan dimulai untuk memastikan peserta didik dan pelatih hadir. Apabila latihan sudah berjalan maka guru pendamping harus meninggalkan tempat latihan agar tidak mengganggu jalannya latihan. Hal ini diungkapkan oleh Koordinator Kelas Olahraga pada wawancara tanggal 7 Februari 2014 “yang jelas pendamping kami guru guru paling tidak menemani anak jelas mantap di kecabangannya. Juga mengecek apakah anak berangkat dan pelatih ada. Dan pendamping tidak perlu ditunggu sampai selesai, yang penting anak siap pelatih siap lalu ditinggal karena kalau ditunggu nanti ndak seperti apa dipantau.” Diungkapkan juga oleh Wali Kelas Olahraga pada wawancara tanggal 7 Februari 2014 “Kalo fisik kita ada laporan nilai dari masing masing pelatih, kita latihan seminggu tiga kali pelatihnya dari KONI. Sehingga nanti melaporkan peningkatan, kalau dia tidak melaporkan ya nanti kan ada pendamping. Pendamping itu fungsinya ngecek pelatihnya ada tidak, anaknya ada tidak. Jadi selalu terpantau perkembangannya.” Dalam kegiatan pemantauan tersebut terdapat lembar pemantauan yang berfungsi sebagai bukti pemantauan yang dilakukan. Lembar pemantauan wajib diisi kemudian ditanda tangani oleh guru pendamping dan pelatih. Lembar tersebut berisi: 72 a Hari dan tanggal kegiatan b Cabang olahraga c Waktu latihan d Tempat latihan e Peserta yang hadir f Pelatih g Kegiatan latihan. Selain pembinaan bakat disisipkan pula pembinaan sikap dan mental. Pembinaan sikap dan mental dilakukan oleh tim pengelola kelas olahraga yang secara khusus menjadi penanggung jawab bagian pembinaan mental. Tetapi pada pelaksanaannya tetap tanggung jawab wali kelas dan guru BK. Pembinaan mental bertujuan untuk menjaga sikap berdasarkan sportifitas dan menjaga kestabilan mental peserta didik kelas khusus olahraga sebagai atlet muda. Pembinaan mental dilakukan ketika latihan maupun pertandingan. Selain itu pembinaan mental dan sikap juga dilakukan oleh guru guru yang mengampu di kelas olahraga. Seperti yang diungkapkan oleh Koordinator Kelas Olahraga pada wawancara tanggal 7 Februari 2014 “untuk kita tim olahraga itu ada, mental itu tetep iya. Tapi dilihat dari perkambangan masih ndak masalah kok Cuma kadang kadang kelelahan. Kalau dari sisi kenakalan dan sebagainya ndak masalah. ohh itu kalau pas anak anak kita bertanding ya mungkin harapannya menang tapi kan sportifitasnya harus dijaga. Soalnya kalau anak anak muda ini arahnya cuma pada gelut apalagi dengan lawan yang dianggan bebuyutan kan sering berakhir gelut. Nah itu ada pendampingan kamu harus sportif gitu ndak nanti jadi masalah. yang pasti guru guru olahraga juga pelatih mesti pembinaan dimasukkan terus. Juga guru guru yang masuk kelas F itu tahu jadi pasti kalo bertanding harus sportif.” 73 Dalam kegiatan ekstrakurikuler peserta didik kelas khusus olahraga diwajibkan mengikuti ekstrakurikuler pramuka dan kecabangan yang dipilih. Selain kedua ekstrakurikuler tersebut peserta didik kelas khusus olahraga diperbolehkan mengikuti tetapi tetap harus memperhatikan jadwal latihan kecabangan olahraga yang diikuti. Sekolah mendorong dan menganjurkan peserta didik kelas khusus olahraga untuk aktif pada ekstrakurikuler keorganisasian seperti OSIS agar jiwa sosial peserta didik kelas olahraga berkembang baik. Hal ini juga menjadi salah satu upaya sekolah untuk menghilangkan kesan eksklusif bagi peserta didik kelas khusus olahraga. Pada aspek layanan kesiswaan yang diterima peserta didik kelas khusus olahraga SMA N 1 Lendah secara garis besar sama dengan peserta didik kelas reguler. Layanan kesiswaan berupa bimbingan koseling diberlakukan sama karena pada peserta didik kelas khusus olahraga SMA N 1 Lendah secara umum kondisi peserta didiknya baik dan tidak terdapat hambatan yang menggangu baik internal maupun eksternal peserta didik. Layanan perpustakaan tidak ada bahan pustaka khusus yang sebagai pendukung kelas khusus olahraga. Sedangkan layanan kesehatan otomatis menjadi tanggung jawab sekolah apabila kecelakaan ataupun cidera terjadi di sekolah. Layanan khusus untuk peserta didik kelas olahraga adalah pemberian nutrisi. Pemberian nutrisi dilakukan setiap sebulan sekali. Pemberian nutrisi ini merupakan kebijakan dari Dinas Pendidikan Kulon Progo. Setiap latihan Dinas Pendidikan Kulon Progo sebesar Rp. 4000 per peserta didik. Tetapi dana tersebut dianggap tim pengelola tidak mencukupi apabila dibelanjakan setiap latihan. 74 Maka kebijakan tim pengelola, dana tersebut dirapel dikumpulkan dalam sebulan kemudian dibelanjakan menjadi barang berupa makanan, susu, telur dan vitamin khusus olahraga. Seperti yang diungkapkan wali kelas olahraga SMA N 1 Lendah pada wawancara 7 Februari 2014 “Ada, hanya karena itu perminggu dijatah tiga kali tetapi jumlah kuotanya sedikit maka kebijakan kami untuk penambahan seperti susu, makanan gizi itu kami berikan sebulan sekali. Kalo seminggu tiga kali kan cuma 4000 belum dipotong pajak nanti dapat apa. Jadi kami kumpulkan sebulan lalu kami berikan ke sisiwa berupa penambahan gizi seperti susu, makanan.” Pemberian dilakukan setelah jam pelajaran sekolah selesai ketika peserta didik reguler sudah tidak berada di sekolah. Hal ini dilakukan sekolah agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial pada peserta didik atas perlakuan dari sekolah.

3. Evaluasi penerimaan dan pembinaan peserta didik kelas khusus

olahraga a. SMA N 1 Pengasih Evaluasi penerimaan peserta didik kelas khusus olahraga dilakukan Dinas Pendidikan Kulon Progo sebagai penanggung jawab program kelas olahraga. Evaluasi dilaksanakan melalui rapat koordinasi dengan sekolah penyelenggara kelas khusus olahraga. Sekolah secara aktif berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Kulon Progo selama masa penerimaan peserta didik kelas olahraga. Dalam evaluasi penerimaan siswa baru ditemukan beberapa masalah antara lain seleksi NEM yang tidak memungkinkan dilakukan dan kuota kelas olahraga yang tidak terpenuhi. Secara internal sekolah evaluasi penerimaan peserta didik kelas 75 olahraga dilakukan dalam tim panitia penerimaan peserta didik baru. Kemudian tim panitia membuat laporan tertulis penerimaan peserta didik baru. Evaluasi pembinaan peserta didik kelas olahraga dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kulon Progo sebagai penanggung jawab program kelas olahraga di kabupaten Kulon Progo. Evaluasi diselenggarakan di Dinas Pendidikan Kulon Progo dengan mengumpulkan sekolah penyelenggara kelas olahraga, pelatih dan KONI. Evaluasi dilakukan dua kali dalam satu semester. Tahap tiga bulan pertama yang dievaluasi adalah perkembangan akademik siswa dilihat dari posisi dalamujian tengah semester dan perkembangan kegiatan kepelatihan kecabangan olahraga. Pada tiga bulan kedua yang dievaluasi adalah perkembangan akademik siswa dilihat dari posisi peserta didik dalam ujian akhir semester dan perkembangan pencapaian kepelatihan kecabangan olahraga selama satu semester. Hal ini seperti yang diungkapkan koordinator kelas olahraga pada wawancara tanggal 3 Februari 2014, “Satu semester 2 kali. Evaluasi 3 bulan sekali. Evaluasi terkait dengan cabor dan Dinas meminta laporan dari kami tentang pelaksanaan KBM. Kalau tiga bulan awal menanyakan posisi siswa dengan nilai UTS gimana, kemudian yang 6 bulan itu nilai UAS, ujian akhirnya seperti apa, perlukah ada formula khusus untuk kelas olaharaga kalau memang nilainya jauh kan ada kekhususan. Kekhususan nilai kelas olahraga. Jadi tiga bulan sekali. Itu termasuk mengevaluasi pelatih. Kalau di sekolah enam bulan sekali, rapat dinas itu ada evaluasi.” Sedangkan evaluasi di sekolah dilaksanakan satu kali dalam satu semester melalui rapat koordinasi internal sekolah antara tim pengelola kelas olahraga dengan Kepala Sekolah beserta jajarannya. Evaluasi pembinaan dari pelatih dilakukan secara langsung ke koordinator kelas olahraga tanpa melalui pertemuan formal. Hal ini karena belum terjalin kerjasama komunikasi lembaga antara 76 sekolah dengan KONI sebagai induk organisasi pelatih. Menurut wawancara dengan Kepala Sekolah pada tanggal 29 Februari 2014, “Untuk evaluasi penyelenggaraan ada, dari beberapa cabor mungkin ada yang aktif ada yang kendala. Evaluasi dilakukan sambil jalan karena gak mungkin dalam forum. Mungkin pelatih langsung dengan koordinator. Misal dari pelatih minta peralatan seperti ini walaupun itu kita belum bisa memenuhi.” Tindak lanjut dari evaluasi yang selama ini dilakukan oleh Dinas Pendidikan menurut koordinator kelas olahraga SMA N 1 Pengasih belum maksimal. Hal ini karena tumpang tindih penanggungjawab di Dinas Pendidikan Kulon Progo. Program kelas olahraga yang seharusnya dibawah bagian kurikulum tetapi justru menjadi tanggung jawab bagian sarana prasarana. Menurut Koordinator Kelas Olahraga pada wawancara tanggal 3 Februari 2014, “Solusi belum ada. Dinas itu seperti ini, yang punya program itu Dikmenum tapi yang melaksanakan itu orang yang biasa di olahraga namun sebenarnya bukan di bidang itu. Kadang kadang saya menyampaikan sesuatu kurang ada penyelesaian.” Sehingga terjadi kesalahan komunikasi antara sekolah dan Dinas Pendidikan Kulon Progo. Walaupun kepala bagina sarana prasarana merupakan orang yang bergerak di bidang olahraga tetapi segala sesuatu permasalahan yang disampaikan oleh sekolah kepada Dinas Pendidikan Kulon Progo sebagai penanggung jawab program kelas olahraga kurang ada penyelesaian. Evaluasi tentu berhubungan dengan aspek perpindahan atau mutasi peserta didik. Aturan mutasi secara khusus bagi peserta didik kelas olahraga tidak ada di SMA N 1 Pengasih. Aturan mutasi masih sama dengan kelas reguler. Tetapi