27 Oleh karena itu, pendidikan berbasis nilai-nilai budaya dapat dijadikan
sebagai sebuah alternatif untuk menumbuhkembangkan rasa bangga yang akan melandasi munculnya rasa cinta tanah air.
Sementara itu, Mahmud Mahdi Al-Istanbuli 146 menyatakan bahwa menanamkan cinta tanah air diri anak merupakan kewajiban orang tua
dan pendidik. Jika rasa cinta tanah air menancap kuat, anak akan merasakan bahwa berkorban untuk tanah air merupakan kenikmatan tersendiri. Cinta ini
akan tumbuh bersemai pada diri anak dari cintanya kepada ayah ibu, saudara- saudara, kerabat, tetangga, rumah, dan kampung halamannya. Kita terkadang
melihat orang-orang yang berpaling dari rasa cinta tanah air. Itu mungkin disebabkan oleh sifat egoisme yang tertanam sejak kecil. Ini tidak mungkin
terjadi jika hati mereka penuh cinta kasih yang ditanamkan oleh keluarga. Cara menanamkan rasa cinta tanah air menurut Mahmud Mahdi Al-
Istanbuli 147 adalah mengajarkan apa itu tanah air kita dan mana saja batas- batasnya. Menceritakan sejarah para pendahulunya yang membela negara,
berjuang dan mati syahid di jalan Allah. Terangkan bagaimana hina dan rendahnya kita bila sampai kehilangan negara. Jelaskan makna filosofis
bendera dan lambang negaranya. Kita harus mengajarkan lagu-lagu kebangsaan kita dan terangkan isinya. Kita ajak dia menyanyikan pagi dan
sore, sehingga rasa cinta tanah air mengalir dalam urat nadinya, selalu terngiang-ngiang di telinganya, dan menari-nari di depan matanya.
Kala ia beranjak dewasa, ajarkan bahwa semua warga negara laksana satu tubuh. Bila salah satu anggota tubuh merasa sakit, selurung anggta tubuh
28 lainnyapun merasa sakit. Ini adalah kenyataan yang sangat mungkin
dijelaskan dengan contoh-contoh mudah, yang memperluas wawasannya. Namun yang paling penting, menanamkan cinta tanah air kepada anak harus
disampaikan dengan bahasa yang penuh perasaan dan penuh kesan sehingga menghasilkan efek yang mendalam.
G. Indikator Nilai Cinta Tanah Air
Pannen 2005: 18 dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Sebagai Sebuah Sistem” mengemukakan bahwa proses pendidikan
merupakan sebuah upaya untuk menjaga kelangsungan hidup sistem pendidikan maintenance synergy-menciptakan iklim belajar dan budaya
belajar dan untuk menghasilkan sesuatu effective synergy-manusia yang mandiri. Mudyahardjo Pannen, 2005: 18 menggambarkan sebuah proses
pendidikan sebagai proses transformasi atau perubahan kemampuan potential individu peserta didik menjadi kemampuan nyata untuk meningkatkan taraf
hidupnya lahir dan batin. Berdasarkan kriteria yang diuraikan dalam taksonomi Bloom maka
kemampuan peserta didik yang harus dikembangkan melalui proses pendidikan itu mencakup tiga ranah yaitu, ranah kognisi, afeksi dan
psikomotorik. Oleh karena itu, sebuah proses pendidikan tidak hanya harus mampu menyentuh ranah kognisi saja tetapi juga harus mampu menyentuh
ranah afeksi yang kemudian akan bermuara dan terefleksi pada ranah psikomotorik atau perilaku. Adapun cara-cara untuk meningkatkan rasa cinta
tanah air Oetama, 2001: 17 adalah sebagai berikut:
29 1.
Mempelajari sejarah perjuangan para pahlawan pejuang kemerdekaan kita serta menghargai jasa para pahlawan kemerdekaan.
2. Menghormati upacara bendera sebagai perwujudan rasa cinta tanah air
dan bangsa Indonesia. 3.
Menghormati simbol-simbol negara seperti lambang burung garuda, bendera merah putih, lagu kebangsaan Indonesia raya, dll.
4. Mencintai dan menggunakan produk dalam negeri agar pengusaha lokal
bisa maju sejajar dengan pengusaha asing. 5.
Ikut membela serta mempertahankan kedaulatan kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia dengan segenap tumpah darah secara tulus.
6. Turut serta mengawasi jalannya pemerintahan dan membantu meluruskan
yang salah sesuai dengan mekanisme yang berlaku. 7.
Membantu mengharumkan nama bangsa dan negara Indonesia kepada warga negara asing baik di dalam maupun di luar negeri serta tidak
melakukan tindakan-tindakan yang mencoreng nama baik Indonesia. 8.
Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar pada acara-acara resmi dalam negeri.
9. Beribadah dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk kemajuan
bangsa dan negara. 10.
Membantu mewujudkan ketertiban dan ketentraman baik di lingkungan sekitar kita maupun secara nasional.
Pada peristiwa Sumpah Pemuda ada ikrar satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa yaitu Indonesia. Itulah wujud dari rasa cinta bangsa dan tanah
30 air para pemuda zaman dulu. Pada zaman sekarang p
erwujudan rasa persatuan dan cinta tanah air harus laksanakan di manapun. Sebagai generasi
penerus bangsa dalam mewujudkan sikap dan tingkah laku hendaklah yang bermanfaat bagi kepentingan masyarakat yang merugikan diri sendiri atau
masyarakat. Bukan dengan berperang angkat senjata seperti pemuda zaman dahulu melainkan berperang untuk memerangi kemiskinan, kebodohan dan
lemehman bangsa. Menurut Oetama 2001: 17 perwujudan dalam kehidupan sehari-
hari dapat dimaknai dengan berbagai cara, yakni sebagai berikut: 1.
Belajar dengan giat. Sebagai generasi muda perlu menuntut ilmu sebaik-baiknya agar
dapat memajukan kehidupan bangsa. 2.
Menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi. Selain menggunakan bahasa daerah masing-masing, perlu
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam bergaul dengan orang-orang lain daerah. Bukan dengan bahasa gaul prokem atau
bahasa asing. 3.
Merawat dan membersihkan bendera negara. Bendera negara merupakan simbol negara yang perlu untuk dijaga
dan dirawat dengan baik. 4.
Mencintai produk dalam negeri. Biasakan untuk membeli dan menggunakan produk buatan negara
sendiri. Hal itu merupakan wujud dari kepedulian terhadap tanah air.
31 5.
Upacara setiap hari senin dan hari nasional negara. Upacara merupakan bentuk rasa cinta dan peduli terhadap negara
karena pada setiap rangkaian upacara mengandung hal-hal yang mencerminkan simbolis bangsa, seperti lagu nasional, penghormatan
terhadap bendera, dan lain sebagainya. 6.
Menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Lingkungan merupakan bagian kecil dari negara. Jika setiap
lingkungan kecil tidak terjaga maka negara akan menjadi tidak terawat juga.
7. Tidak menebang pohon sembarangan.
Menjaga kehidupan pohon sama halnya menjaga kehidupan umat manusia yang ada di semua negara di dunia.
8. Melakukan kegiatan sosial.
Dengan melakukan kegiatan sosial seperti menyantuni anak yatim, itu artinya kita peduli akan nasib generasi bangsa ini.
Sementara itu, menurut Dirjen Pothankam 2010: 47 perilaku sikap cinta tanah air berarti mencintai produk dalam negeri, rajin belajar bagi
kemajuan bangsa dan Negara, mencintai lingkungan hidup, melaksanakan hidup bersih dan sehat, mengenal wilayah tanah air tanpa fanatisme
kedaerahan. Indikator cinta tanah air Kementerian Pendidikan Nasional, 2010:
29 terbagi menjadi indikator cinta tanah air di sekolah dan indikator cinta
32 tanah air di dalam kelas. Adapun indikator cinta tanah air di sekolah sebagai
berikut: 1.
Menggunakan produk buatan dalam negeri. 2.
Menggunakanbahasa Indonesia yang baik dan benar. 3.
Menyediakan informasi dari sumber cetak, elektronik tentang kekayaan alam dan budaya Indonesia.
Sedangkan indikator cinta tanah air di dalam kelas adalah sebagai berikut:
1. Memajang: foto presiden dan wakil presiden, bendera negara, lambang
negara, peta Indonesia, dan gambar kehidupan masyarakat Indonesia. 2.
Menggunakan produk buatan dalam negeri. Menurut Susanto 2008 indikator seseorang yang berperilaku cinta
tanah air adalah: Beriman Memiliki Kepercayaan Religius, Bertaqwa,
Berkepribadian, Semangat Kebangsaan, Disiplin, Sadar Bangsa dan Negara, Tanggungjawab, Peduli, Rasa Ingin Tahu, Berbahasa
Indonesia baik dan Benar, mengutamakan Kepentingan Nasional dari pada Individu, Kerukunan, Kekeluargaan, Demokrasi,
Percaya Diri, Adil, PerSatuan dan Kesatuan, Menghormati Menghargai, Bangga akan Bangsa dan Negara, Cinta Produk
Dalam Negeri, Tenggang Rasa, Bineka Tunggal Ika berbeda tetap satu tujuan, Sederhana, Kreatif, Menempatkan diri
Tanggon, Cekatan Ulet.
H. Pengintegrasian Nilai Cinta Tanah Air
Secara makro, nilai cinta tanah air dapat diintegrasikan dalam kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler. Menurut Zubaedi 2011: 271, perencanaan
dan pelaksanaan pendidikan karakter dilakukan oleh kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan konselor secara bersama-sama sebagai suatu