disimpulkan bahwa variabel independennya tidak terjadi multikolinearitas sehingga model tersebut telah memenuhi syarat asumsi klasik dalam analisis
regresi.
4.3. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
4.3.1. Pengujian Hipotesis 1
Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik dan diperoleh kesimpulan bahwa hipotesis 1 sudah dapat digunakan untuk melakukan pengujian analisa
regresi berganda, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis yang akan diuji adalah Pajak Daerah, Retribusi Daerah , Lain-
lain PAD yang sah berpengaruh terhadap Belanja Modal. Ringkasan hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada Tabel 5.14 berikut ini :
Tabel 5.14. Ringkasan Pengujian Hipotesis 1
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients T
Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error
Beta Tolerance
VIF
1 Constant 3.331E9
4.483E9 .743
.462 Pajak Daerah
14.070 3.925
.359 3.585
.001 .600
1.666 Retribusi Daerah
-16.137 7.710
-.328 -2.093
.043 .244
4.098 Lain-Lain PAD yang Sah
27.336 3.590
1.054 7.616
.000 .314
3.189 R = 0,885
R² = 0,784 Adjusted R
2
= 0,766 F = 43,485
Sig. F = 0,0000
Nilai R² digunakan untuk mengukur seberapa besar hubungan antara
independen variabel dengan dependen variabel. Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai R² sebesar 0,784, hal ini menunjukkan bahwa variabel
Pajak Daerah, Retribusi Daerah, lain-lain PAD yang sah mempunyai hubungan yang
sangat kuat dengan Belanja Modal. Dalam penelitian ini tidak dilihat pengaruh langsung Pendapatan Asli Daerah terhadap pengembangan wilayah Kabupaten
Universitas Sumatera Utara
Tapanuli Selatan. Nilai R² sebesar 0,784 dapat diartikan bahwa 78,4 dari variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat belanja modal sedangkan
sisanya 21,6 dijelaskan oleh variabel lain diluar model penelitian.
Dari uji ANOVA atau F test, didapat F hitung dengan tingkat signifikan 0,000. Karena probabilitas 0,000 lebih kecil dari 0,05, maka hasil dari model regresi menunjukkan bahwa secara simultan terdapat pengaruh Pajak Daerah,
Retribusi Daerah , Lain-lain PAD yang sah terhadap Belanja Modal. Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan maka Hipotesis 1 dapat dibuat persamaan sebagai berikut :
Y = 0,000003331 + 3.585 X1 – 2.093 X2 + 7.616 X3
Dari persamaan di atas, dapat dilihat bahwa koefisien dari variabel Pajak Daerah dan Lain-lain PAD yang sah menunjukkan angka positif. Berarti bahwa
hubungan antara variabel Pajak Daerah dan lain-lain PAD yang sah dengan Belanja Modal adalah positif yaitu semakin tinggi Pajak Daerah dan Lain-lain
PAD yang sah maka semakin tinggi Belanja Modal. Sedangkan untuk Retribusi Daerah menunjukkan angka negatif hal ini dikarenakan pendapatan hasil retribusi
daerah Kabupaten Tapanuli Selatan bukan hanya digunakan untuk belanja modal, tetapi digunakan untuk belanja pegawai dan belanja barang dan jasa.
Pada saat pajak daerah bernilai satu milliar rupiah maka nilai belanja modal sebesar 3,585 milliar rupiah pada jangka waktu triwulan dan berpengaruh
signifikan. Kondisi belanja modal yang nilainya lebih tinggi dari hasil pajak daerah karena anggaran belanja modal tidak hanya bersumber dari PAD tetapi
anggaran belanja modal bersumber dari dana Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat. Pada saat Retribusi daerah bernilai satu milliar rupiah maka belanja modal
berkurang sebesar 2.093 milliar dalam jangka waktu triwulan dan berpengaruh signifikan. Sebagai catatan saat pemekaran terjadi nilai data yang sangat berbeda
jauh antara tahun 2000 dengan 2010 hal ini dikarenakan terjadinya pemekaran
Universitas Sumatera Utara
Kabupaten Tapanuli Selatan. Sehingga nilai yang negatif salah satunya adalah pengaruh data yang sangat jauh berbeda. Pada saat Lain-lain PAD yang sah
sebesar satu milliar rupiah maka belanja modal bertambah sebesar 7.616 milliar rupiah pada jangka waktu triwulan dan berpengaruh signifikan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Tambun 2005, bahwa hasil sektor yang mempengaruhi PAD di pemerintah Kota Medan
untuk dapat dikembangkan adalah pajak daerah dan retribusi daerah. Batubara 2011 menyatakan bahwa retribusi daerah dan lain-lain PAD yang sah
merupakan sumber PAD yang berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten Toba Samosir.
Untuk melihat pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial terhadap Belanja Modal, maka dapat dilihat dari nilai t hitung dan
signifikansi dari nilai t hitung tersebut. Jika nilai signifikansi dari t hitung tersebut lebih kecil dari 0.05, maka dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh variabel tersebut
terhadap Belanja Modal. Berdasarkan hasil pengujian data, maka dapat dinyatakan bahwa hanya variabel Retribusi Daerah yang tidak mempunyai pengaruh secara
signifikan terhadap Belanja Modal. Sedangkan variabel Pajak Daerah dan Lain- lain PAD yang sah pengaruh yang signifikan terhadap Belanja Modal.
Untuk meningkatkan pelaksanaan pembangunan dan pemberian pelayanan kepada masyarakat serta peningkatan pertumbuhan perekonomian daerah,
diperlukan penyediaan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah yang hasilnya memadai. Upaya peningkatan penyediaan pembiayaan dari sumber-sumber
tersebut antara lain, dilakukan dengan peningkatan kinerja pemungutan, penyempurnaan dan penambahan jenis retribusi daerah, serta pemberian
Universitas Sumatera Utara
keleluasaan bagi daerah untuk menggali sumber-sumber penerimaan khususnya dari sektor retribusi daerah sedangkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
merupakan seluruh pendapatan daerah selain PAD dan dana perimbangan, yang meliputi hibah, dana darurat, dan lain-lain pendapatan yang ditetapkan
pemerintah. Hibah merupakan bantuan berupa uang, barang, danatau jasa yang berasal dari pemerintahan, masyarakat, dan badan usaha dalam negeri atau luar
negeri yang tidak mengikat. Dengan menggali secara ekstensifikasi dan intensifikasi sumber-sumber
Pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain PAD yang sah di wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan, diharapkan dapat menambah PAD untuk peningkatan PDRB
Kabupaten Tapanuli Selatan.
4.3.2. Pengujian Hipotesis 2