Pengujian Heteroskedastisitas Model 2 Pengujian Autokorelasi Model 1 Pengujian Autokorelasi Model 2 Pengujian Multikolinearitas Model 1

Gambar 4.8. Grafik Scatterplots Model 1 Dari grafik diatas menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk pola tertentu yang teratur, ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.

4.2.4. Pengujian Heteroskedastisitas Model 2

Sedangkan hasil Uji heteroskedastisitas pada model 2 dapat kita lihat pada Gambar 4.9 berikut ini : Gambar 4.9 Grafik Scatterplots Model 2 Universitas Sumatera Utara

4.2.5. Pengujian Autokorelasi Model 1

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi di antaranya dengan uji Durbin Watson, karena uji ini yang umumnya digunakan. Uji ini hanya dapat digunakan untuk autokorelasi tingkat pertama first order autocorrelation dan mensyaratkan adanya intercept konstanta dalam model regresi Erlina, 2011. Tabel 4.11. Uji Autokorelasi Model 1 Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .885 a .784 .766 8.309E9 1.406 a. Predictors: Constant, Lain-lain PAD yang Sah, Pajak Daerah, Retribusi Daerah b. Dependent Variable: Belanja Modal Hasil uji autokorelasi menunjukkan nilai statistik Durbin-Watson DW. Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan pengujian Durbin Watson DW. Jika nilai Durbin Watson terletak antara -2 sampai +2, maka tidak terjadi autokorelasi. Hasil uji autokorelasi hipotesis 1 adalah 1.406 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi positif maupun negatif atau dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.

4.2.6. Pengujian Autokorelasi Model 2

Sedangkan untuk hasil uji autokorelasi hipotesis 2 adalah 1.292 dapat kita lihat pada Tabel 4.12 berikut ini : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.12. Uji Autokorelasi Model 2 Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .775 a .601 .590 60879.147 1.292 a. Predictors: Constant, Belanja Modal b. Dependent Variable: PDRB

4.2.7. Pengujian Multikolinearitas Model 1

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi di antara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini kita sebut variabel-variabel bebas ini tidak ortogonal. Variabel-variabel bebas yang bersifat ortogonal adalah variabel bebas yang memiliki nilai korelasi di antara sesamanya sama dengan nol Erlina, 2011. Tabel 4.13. Uji Multikolinearitasi Model 1 Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 3.331E9 4.483E9 .743 .462 Pajak Daerah 14.070 3.925 .359 3.585 .001 .600 1.666 Retribusi Daerah -16.137 7.710 -.328 -2.093 .043 .244 4.098 Lain-lain PAD yang Sah 27.336 3.590 1.054 7.616 .000 .314 3.189 a. Dependent Variable: Belanja Modal Dari ketentuan yang ada bahwa jika nilai VIF 10 dan tolerance 0,10 maka tidak terjadi multikolinearitas, dari hasil analisis diatas dapat diketahui nilai toleransi semua variabel Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Lain-lain PAD yang sah dan Belanja Modal lebih dari 0,10 dan nilai VIF kurang dari 10, maka Universitas Sumatera Utara disimpulkan bahwa variabel independennya tidak terjadi multikolinearitas sehingga model tersebut telah memenuhi syarat asumsi klasik dalam analisis regresi.

4.3. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Luas Wilayah terhadap Alokasi Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Sumatera Utara

0 85 80

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Modal Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Tengah

5 88 80

Pengaruh Belanja Modal Dan Pendapatan Asli Daerah (Pad) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Sumatera Utara

3 82 84

Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh

1 80 82

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Belanja Daerah Dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Di Indonesia Dengan Konsumsi Sebagai Variabel Moderating

1 31 106

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Dana Transfer Terhadap Belanja Modal Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Aceh

4 114 97

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Pengembangan Wilayah Kabupaten Toba Samosir

3 35 90

Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja Pada Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Tengah

1 45 82

Analisis Pengaruh Belanja Modal Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Pemeliharaan Dalam Realisasi Anggaran Pemerintahan Kabupaten Dan Kota Di Propinsi Sumatera Utara

1 33 98

Pengaruh Belanja Modal Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Per Kapita Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat Pada Tahun 2010-2013

2 36 69