EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD DILENGKAPI MODUL UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATERI POKOK PERHITUNGAN KIMIA KELAS X SEMESTER 1

(1)

commit to user

i

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN

KOOPERATIF STAD (Student Team Achievement Divisions) DILENGKAPI MODUL

UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATERI POKOK PERHITUNGAN KIMIA KELAS X

SEMESTER 1 MAN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2008/2009

Oleh: Wagiyo

NIM : K3304057

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2009


(2)

commit to user

ii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan mahasiswa Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan judul:

“Efektivitas Pembelajaran Kimia Mengunakan Metode Pembelajaran Kooperatif STAD (Student Team Achievement Divisions) Dilengkapi Modul Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Materi Pokok Perhitungan Kimia Kelas X Semester 1 MAN Karanganyar Tahun Ajaran 2008/2009”.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Drs.Bakti Mulyani M.Si NIP.131 472 285

Pembimbing II

Drs.H Sugiharto,Apt.M.S. NIP. 19490317 197603 1002


(3)

commit to user


(4)

commit to user

iv

ABSTRAK

Wagiyo. EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN

METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD (Student Team Achievement

Divisions) DILENGKAPI MODUL UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATERI POKOK PERHITUNGAN KIMIA KELAS X

SEMERTER 1 MAN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2008/2009.

Skripsi,Surakarta: Fakultas Keguruan Dan Ilmu pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Agustus 2009.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran kimia menggunakan metode kooperatif STAD (Student Team Achievement Divisions) dilengkapi modul.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain dari rancangan Randomized Group Pretest-Posttest Design. Populasi dalam penelitian iniadalah siswa kelas X semester I MAN Karanganyar tahun pelajaran 2008/2009. Pengambilan sampel dilakukan dengan random sampling dengan sampel penelitian kelas X1 sebagai kelas eksperimen, pembelajaran kimia dilakukan dengan menggunakan metode kooperatif STAD (Student Team Achievement Division) dilengkapi modul, sedangkan kelas X2 sebagai kelas kontrol menggunakan metode ceramah. Pengumpulan data dengan menggunakan metode tes untuk variabel prestasi belajar aspek kognitif dan angket untuk hasil belajar aspek afektif. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji t-pihak kanan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kimia menggunakan metode kooperatif STAD (Student Team Achievement Divisions) dilengkapi modul efektif meningkatkan prestasi belajar siswa baik dari aspek kognitif maupun aspek afektif. Hal ini dapat dilihat dari uji-t pihak kanan pada taraf signifikansi 5% yang menunjukkan harga uji-t dari selisih nilai aspek kognitif yaitu: thitung = 2,3682 lebih besar dari ttabel=1,67, sedangkan harga uji-t dari nilai aspek afektif yaitu: thitung= 4,2475 lebih besar dari ttabel= 1,67.


(5)

commit to user

v

ABSTRACT

Wagiyo. THE EFFECTIVENESS OF CHEMISTRY LEARNING WITH USING

COOPERATIVE METHOD OF STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS) WHICH IS ACCOMPANIED BY MODUL TO INCREASE LEARNING ACHIEVEMENT FOR THE STUDENT OF CLASS X SEMESTER 1 MAN OF KARANGANYAR, IN THE EDUCATION YEAR 2008/2009, ON THE CHEMISTRY CULCULATE MATERIAL Thesis.Surakarta:Teaching Training and Education Faculty, Sebelas Maret University of Surakarta, August, 2009.

This research aims is to know the efectivity with using cooperative learning method of STAD (Student Team Achievement Divisions) which is accompanied by modul.

This research uses experiment research of method with design for research from the arrangement of Randomized Control Group Pretest-Postest Design. Population in this research are student of class X semester 1 MAN of Karanganyar in the education year of 2008/2009. Sample taking is done with random sampling with research sample of class X1 as experiment class, chemistry learning is done with using cooperative learning method of STAD (Student Team Achievement Divisions) which is accompanied by modul, while class X2 as control class with using explanatory method . Data collecting method which is test method for achievement variable of cognitive aspect and questioner for learning result of affective aspect. Data analyze technique is right–t test.

From the result of the research can be concluded that using cooperative learning method of STAD (Student Team Achievement Divisions) which is accompanied by modul efective to increasing learning achievement for the student coverages cognitive and affective aspect. It can be seen from the result of analyze with right t-test that showed the value of tcalculation gained. For cognitive capability tcalculation = 2,3682 > ttable =1,67 and affective capability tcalculation = 4,2475 > ttable =1,67 with significance level 5 %.


(6)

commit to user

vi

MOTTO

Hidup adalah perjuangan, dan setiap perjuangan membutuhkan pengorbanan.

(Penulis) Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rosululloh Saw, dan jadikan hari-hari senantiasa berharap

hidup dibawah naungan ”Cahaya Sunnah”

(penulis) ”....Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang

yang tidak mengetahui?...”

(Az-zumar: 9)


(7)

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya sederhana ini teruntuk: Bapak dan Ibu tercinta atas segalanya.

Keluarga besar Eyang soikromo Raharjo atas dukungan dan doanya.

Buat kakakku yang senantisa Memberikan do’a dan bantuannya

Herna-1 n Ma-1 atas kerjasama dan fasilitasnya

Ikhwan2ku Dirumah atas persahabatannya.n dukungannya Temen2 Pendidikan Kimia Angkatan 2004


(8)

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis guna memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan, arahan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis.

2. Ibu Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis. 3. Ibu Dra. Hj. Tri Redjeki, M.S., selaku Ketua Program Pendidikan Kimia FKIP UNS

yang telah memberikan ijin menyusun skripsi ini dan sekaligus penguji I.

4. Ibu Endang Susilowati, S.Si, M.Si, selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak membantu dam memberikan arahan dalam permasalahan akademis.

5. Ibu Dra. Hj. Bakti Mulyani, M.Si, selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Drs. H. Sugiharto, Apt, M.S, selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Ibu Sri Retno Dwi Ariani, S.Si, M.Si selaku penguji II.

8. Bapak H.M Malzum Adnan,S.Pd.,MM selaku kepala MAN Karangayar yang telah memberikan ijin kepada penulis

9. Ibu Sri Hartatik, S.Pd,M.Pd selaku Guru kimia MAN Karangayar yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan membantu dalam kegiatan penelitian ini.

10. Siswa-siswi kelas X1 dan X2 MAN Karangayar yang telah membantu dalam proses penelitian.


(9)

commit to user

ix

12. Bapak, Ibu, semua kakakku, dan semua keponakanku yang senantiasa mendoakan, membantu dan memberikan dukungannya

13. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per satu.

Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan yang telah dibarikan dengan balasan yang lebih baik.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu sangat memerlukan kritik dan saran yang membangun, salah satunya dengan melakukan penelitian lanjutan dari penelitian ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.


(10)

commit to user

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii,ix DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. LANDASAN TEORI ... 8

A. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Belajar dan Pembelajaran ... 8

a. Pengertian Belajar ... 8

b. Pengertian pembelajaran ... 10

2. Efektivitas Pembelajaran ... 11

3. Metode pembelajaran kooperatif ... 11

a. Metode pembelajaran ... 11


(11)

commit to user

xi

c. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD... 16

4. Modul ... 20

5. Prestasi belajar ... 21

6. Perhitungan Kimia ... 23

B. Kerangka Berpikir ... 33

C. Hipotesis Tindakan ... 37

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 38

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

B. Metode Penelitian ... 38

C. Variabel Penelitian ... 39

D. Prosedur Penelitian ... 40

E. Populasi dan Sampel ... 40

F. Teknik Pengumpulan Data ... 41

B. Teknik Analisa Data ... 48

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 52

A. Deskripsi Data ... 52

B. Uji Prasyarat analisis ... 55

1. Uji Normalitas ... 55

2. Uji Homogenitas ... 55

C. hasil Pengujian Hipotesis ... 56

D. Pembahasan ... 58

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 62

A. Simpulan ... 64

B. Implikasi ... 64

C. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 64


(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Nomor Halaman

Tabel 1 : Desain Penelitian ... 39

Tabel 2 : Rangkuman validitas instrumen penilaian kognitif ... 42

Tabel 3 : Rangkuman reabilitas instrumen penilaian kognitif ... 43

Tabel 4 : Rangkuman taraf kesukaran soal instrumen penilaian kognitif ... 44

Tabel 5 : Rangkuman daya pembeda instrumen penilaian kognitif ... 45

Tabel 6 : Kriteria skor aspek afektif ... 46

Tabel 7 : Rangkuman validitas instrumen penilaian afektif ... 47

Tabel 8 : Rangkuman reabilitas instrumen penilaian afektif ... 48

Tabel 9 : Rangkuman deskripsi data penelitian ... 52

Tabel 10 : Distribusi frekuensi perbandingan selisih nilai kognitif siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 53

Tabel 11 : Distribusi frekuensi perbandingan nilai afektif siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen ... 54

Tabel 12 : Ringkasan hasil uji normalitas selisih nilai kognitif ... 55

Tabel 13 : Ringkasan hasil uji normalitas nilai afektif ... 55

Tabel 14 : Ringkasan hasil uji homogenitas varian prestasi belajar kognitif pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol materi pokok perhitungan kimia ... 56

Tabel 15 : Ringkasan hasil uji homogenitas varian prestasi belajar afektif pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol materi pokok perhitungan kimia ... 56

Tabel 16 : Ringkasan hasil uji-t pihak kanan selisih nilai kognitif kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 57

Tabel 17 : Ringkasan hasil uji-t pihak kanan nilai afektif kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 57


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Nomor Halaman

Gambar 1 : Unsur- unsur belajar ... 9 Gambar 2 : Bagian Kerangka Pemikiran ... 36 Gambar 3 : Histogram perbandingan selisih nilai kogntif siswa kelas

eksperimen dan kelas kontrol ... 53 Gambar 4 : Histogram perbandingan nilai afektif siswa kelas


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus dan Sistem Penilaian ... 67

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 70

Lampiran 3. Modul Pembelajaran Kimia ... 80

Lampiran 4. Kisi-kisi Instrumen Kognif ... 100

Lampiran 5. Soal-soal Tes Uji Coba Instrumen Kognitif Materi Perhitungan Kimia ... 103

Lampiran 6. Kunci Jawaban Soal Try-out Aspek Kognitif ... 113

Lampiran 7. Lembar Jawaban ... 114

Lampiran 8. Soal Tes-tes Instrumen Kognitif ... 115

Lampiran 9. Kunci Jawaban Soal ... 120

Lampiran 10. Kisi-kisi instrumen Uji Coba Dan Tes Angket Afektif ... 121

Lampiran 11. Angket Afektif ... 122

Lampiran 12. Kriteria Skor Aspek Afektif ... 124

Lampiran 13. Tes Angket Afektif ... 125

Lampiran 14. Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Soal Penilaian Kognitif ... 127

Lampiran 15. Uji Validitas, Reliabilitas Prestasi Belajar Afektif ... 130

Lampiran 16. Data Induk Penelitian ... 135

Lampiran 17. Uji Normalitas Pretes Kognitif Kelas Eksperimen ... 136

Lampiran 18. Uji Normalitas Postes Kognitif Kelas Eksperimen ... 137

Lampiran 19. Uji Normalitas Prestasi Kognitif Kelas Eksperimen ... 138

Lampiran 20. Uji Normalitas Pretes Kognitif Kelas Kontrol ... 139

Lampiran 21. Uji Normalitas Postes Kognitif Kelas Kontrol... 140

Lampiran 22. Uji Normalitas Prestasi Kognitif Kelas Kontrol ... 141

Lampiran 23. Uji Normalitas Prestasi Afektif Kelas Eksperimen ... 142

Lampiran 24. Uji Normalitas Prestasi Afektif Kelas Kontrol ... 143

Lampiran 25. Uji Homogenitas Pretes Kognitif ... 144

Lampiran 26. Uji Homogenitas Postes Kognitif ... 145


(15)

commit to user

xv

Lampiran 28. Uji Homogenitas Prestasi Afektif ... 147

Lampiran 29. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Kognitif ... 148

Lampiran 30. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Afektif ... 149

Lampiran 31. Daftar Nilai Siswa ... 150

Lampiran 32. Permohonan Ijin Menyusun Skripsi ... 151

Lampiran 33. Surat Keputusan Dekan Ijin Menyusun Skripsi ... 152

Lampiran 34. Surat Ijin Pembimbing Skripsi ... 153


(16)

commit to user

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan merupakan salah satu faktor penentu kualitas suatu bangsa. Peningkatan mutu pendidikan dewasa ini menjadi perhatian yang serius bagi bangsa Indonesia. Peningkatan mutu pendidikan termasuk salah satu bidang yang sangat penting dan memerlukan perhatian khusus dari semua lapisan masyarakat, bukan hanya pemerintah yang bertanggungjawab atas keberhasilan dan kemajuan pendidikan di Indonesia, akan tetapi semua pihak baik guru, orang tua, maupun siswa sendiri ikut bertanggungjawab. Peningkatan ini bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.

Salah satu upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia adalah dengan memperbaiki sistem pendidikan. Perbaikan ini dalam rangka mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Beberapa upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan diantaranya perubahan kurikulum dan proses belajar mengajar, peningkatan kualitas guru, penyempurnaan sistem penilaian, dan usaha - usaha lain yang tercakup dalam komponen pendidikan. Salah satu cara untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan perbaikan kurikulum pendidikan di semua jenjang pendidikan. Pada kurikulum yang diterapkan saat ini, tidak lagi menggunakan pendekatan dalam pembelajaran didominasi oleh guru (teacher centered), tetapi guru lebih banyak menempatkan siswa sebagai subyek didik sehingga dalam kurikulum ini diterapkannya penggunaan proses pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa (student centered).

Dengan adanya perombakan dan pembaharuan kurikulum yang berkesinambungan, mulai dari kurikulum 1968 sampai kurikulum 2004. Kurikulum yang saat ini sedang diterapkan dan dikembangkan oleh pemerintah adalah Kurikulum Tingkat satuan Pendiddikan (KTSP) sebagai pengembangan dari kurikulum 2004. Prinsip yang digunakan dalam pengembangan KTSP adalah


(17)

commit to user

berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta lingkungannya. Pada KTSP ini, guru diberi kesempatan untuk mengembangkan indikator pembelajarannya sendiri sehingga guru dituntut untuk kreatif dalam memilih serta mengembangkan materi pembelajaran yang akan disampaikan di sekolah. Materi yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan serta tingkat kemampuan masing – masing sekolah.

Ilmu kimia merupakan salah satu pelajaran IPA yang pada hakekatnya merupakan pengetahuan yang berdasar pada fakta, hasil pemikiran dan produk hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli. Ilmu kimia sifatnya selalu berkembang, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam perkembangannya, ilmu kimia diarahkan pada produk ilmiah, metode ilmiah dan sikap ilmiah yang dimiliki siswa dengan tujuan akhirnya adalah peningkatan prestasi belajar siswa.

Mata pelajaran kimia merupakan pelajaran wajib bagi siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat. Sebagian siswa tersebut masih menganggap bahwa mata pelajaran kimia merupakan pelajaran yang sulit, menakutkan, dan membosankan sehingga siswa kurang tertarik dalam memahami dan menguasai konsep – konsep dasar pada materi kimia.

Menurut Mulyati Arifin (1995:220), kesulitan siswa dalam mempelajari ilmu kimia dapat bersumber pada :

1. Kesulitan dalam memahami istilah, kesulitan ini timbul karena kebanyakan siswa hanya hafal akan istilah dan tidak memahami dengan benar maksud dari istilah yang sering digunakan dalam pengajaran kimia. 2. Kesulitan dalam memahami konsep kimia. Kebanyakan konsep-konsep

dalam ilmu kimia maupun materi kimia secara keseluruhan merupakan konsep atau materi yang berupa abstrak dan kompleks sehingga siswa dituntut untuk memahami konsep-konsep tersebut dengan benar dan mendalam.

3. Kesulitan perhitungan. Sering dijumpai siswa yang kurang memahami rumusan perhitungan kimia, hal ini disebabkan karena siswa tidak mengetahui dasar-dasar matematika dengan baik.


(18)

commit to user

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Karanganyar merupakan lembaga pendidikan yang berbasis agama islam yang berada di kabupaten Karanganyar yang setara dengan SMA lainnya. Selanjutnya melihat kondisi proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di dalam pembelajarannya masih terlihat menggunakan metode konvensional (ceramah) dalam penyampaian meteri kimia, siswa dijelaskan materinya oleh guru, kemudian setelah penyampaian materi, guru memberikan soal latihan dan sekaligus tugas untuk dikerjakan di rumah, sehingga dalam hal ini siswa kurang terlibat dalam proses pembelajarannya dan akibatnya siswa cenderung pasif serta berefek pada prestasi belajar siswa yang rendah, maka dalam hal ini dipandang bahwa metode pembelajaran yang dilakukan tidak efektif. Hal ini dapat dilihat dari data hasil uji kompetensi dasar yang menyatakan bahwa hanya 40% siswa yang mencapai ketuntasan (batas tuntas yang dipakai 60) (Daftar nilai ulangan harian siswa kelas X semester 1 tahun 2007/2008), di sini guru hanya memberikan penjelasan kepada siswa tanpa memperhatikan tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang diberikan. Sehingga perlu menggunakan suatu metode pembelajaran yang banyak melibatkan siswa menjadi aktif, maka penerapan metode pembelajaran kooperatif dipandang sangatlah penting untuk mengatasi berbagai masalah pembelajaran tersebut. Karena metode pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pembelajaran yang di dalamnya para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing siswa. Siswa-siswa dalam kelompok kooperatif akan belajar satu sama lain untuk memastikan bahwa tiap orang dalam kelompok tersebut telah menguasai konsep-konsep yang telah dipikirkan.

Materi perhitungan kimia berisi hukum-hukum dasar kimia, konsep-konsep, dan rumus- rumus dengan berbagai hubungan serta reaksi - reaksi kima, sehingga perlu banyak latihan dalam mempelajarinya. Dalam mempelajari materi tersebut sering ditemukan siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan


(19)

commit to user

soal-soal hitungan kimia, maka berkaitan dengan materi pelajaran tersebut penyampaiannya tidak cukup hanya dengan metode konvensional saja, sehingga dianggap perlu materi tersebut dikemas dalam bentuk pembelajaran kooperatif agar siswa dapat saling berdiskusi dalam kelompok, saling berargumen dalam memecahkan konsep materinya bersama siswa yang lain dalam kelompoknya, hal ini diharapkan untuk menbantu tercapainya tujuan pembelajaran secara optimal.

Penerapan metode pembelajaran kooperatif untuk permasalahan-permasalahan tersebut di atas, maka dipilihlah suatu bentuk metode pembelajaran kooperatif STAD (Student Team Achievement Divisions), dimana ini merupakan salah satu bentuk metode pembelajaran Kooperatif yang menekankan pada keberhasilan target kelompok dengan asumsi bahwa target hanya dapat dicapai jika setiap anggota tim berusaha menguasai subyek yang menjadi bahasan (Slavin, 2008:143). Metode pembelajaran kooperatif STAD akan memotivasi siswa untuk saling membantu anggota kelompoknya dalam menguasai konsep materi tersebut sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetisi dengan lebih mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek kooperatif. Dengan metode pembelajaran kooperatif STAD ini, diharapkan siswa dapat saling membantu dalam kelompoknya dalam menguasai konsep pada materi khususnya tentang perhitungan kimia yang memerlukan konsep pada materi sebelumnya. Disisi lain, metode pembelajaran ini merupakan metode pembelajaran kooperatif yang kegiatan kelompoknya lebih mudah dikendalikan dan diawasi.

Metode pembelajaran kooperatif STAD di dalam komponen utamanya yaitu adanya presentasi kelas, presentasi ini dalam metode pembelajaran kooperatif STAD berbeda dengan pembelajaran pada umumnya karena dalam STAD hanya ditekankan pada hal-hal pokok saja. Kemudian siswa harus mendalaminya melalui pembelajaran dalam kelompok. Maka untuk menunjang dalam proses metode pembelajaran kooperatif STAD ini diperlukan suatu bentuk media yang dapat membantu siswa belajar dalam kelompoknya sekaligus siswa dapat belajar secara mandiri ketika berada diluar kelas. Maka dari itu pada metode pembelajaran kooperatif STAD di sini dilengkapi media berupa modul. Modul dapat dirumuskan sebagai suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri


(20)

commit to user

atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas (Nasution, 1982 : 205). Sehingga diharapkan siswa dalam proses pembelajarannya menjadi aktif dan mudah untuk memahami konsep-konsep pada materi tersebut di atas serta prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka Peneliti akan melakukan penelitian dengan judul ”Efektivitas Pembelajaran Kimia Mengunakan Metode Pembelajaran Kooperatif STAD Dilengkapi Modul Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Materi Pokok Perhitungan Kimia Kelas X Semester 1 MAN Karanganyar Tahun Ajaran 2008/2009”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, terdapat beberapa masalah yang berkaitan dengan proses pembelajaran termasuk penggunaan metode:

1. Apakah pembelajaran kimia menggunakan metode pembelajaran kooperatif STAD dilengkapi modul dapat digunakan untuk menyampaikan pada materi pokok perhitungan kimia?

2. Apakah pembelajaran kimia menggunakan metode pembelajaran kooperatif STAD dilengkapi modul pada materi pokok perhitungan kimia dapat meningkatkan prestasi belajar siswa?

3. Apakah pembelajaran kimia menggunakan metode pembelajaran kooperatif dilengkapi modul, efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok perhitungan kimia?


(21)

commit to user

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka pada penelitian ini akan dibatasi pada masalah sebagai berikut:

1. Metode pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar adalah pembelajaran kimia menggunakan metode pembelajaran kooperatif STAD dilengkapi modul.

2. Materi pokok yang akan diteliti adalah perhitungan kimia untuk siswa MAN Karanganyar kelas X semester ganjil.

3. Sistem penilaian yang digunakan dalam metode pembelajaran ini meliputi aspek kognitif dan aspek afektif.

4. Metode konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran kimia menggunakan metode ceramah tanpa menggunakan metode pembelajaran kooperatif STAD dilengkapi modul.

5. Efektif yang dimaksud dalam pembelajaran ini adalah hasil rata-rata nilai siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada siswa kelas kontrol.

6. Pada penelitian ini modul pembelajaran disiapkan oleh Penulis.

D. Perumusan masalah

Dari pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahannya yaitu:

“Apakah pembelajaran kimia menggunakan metode pembelajaran kooperatif STAD dilengkapi modul efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok perhitungan kimia kelas X semester 1 MAN Karanganyar tahun ajaran 2008/2009?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk:

Mengetahui efektivitas pembelajaran kimia menggunakan metode pembelajaran kooperatif STAD dilengkapi modul.


(22)

commit to user

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis

a. Memberi pengetahuan lebih tentang penggunaan metode pembelajaran kooperatif STAD yang dilengkapi modul.

b. Dengan penggunaan metode pembelajaran kooperatif STAD yang dilengkapi modul diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami mata pelajaran kimia khususnya pada materi perhitungan kimia.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan masukan bagi peneliti untuk mengembangkan penggunaan metode pembelajaran kooperatif STAD yang dilengkapi modul untuk pembelajaran kimia pada pokok materi yang lain.

b. Memberi sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah dalam rangka perbaikan dan peningkatan prestasi belajar siswa.


(23)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Belajar dan Pembelajaran

a. Pengertian Belajar

Dalam perkembangan proses pengajaran banyak ditemukan definisi terkait apa yang dimaksud dengan belajar. Hal yang demikian ini disebabkan oleh banyaknya perbuatan-perbuatan yang dapat disebut sebagai perbuatan belajar. Menurut Howard Kingsley, belajar diartikan sebagai proses tingkah laku dalam arti luas yang diubah melalui praktek atau latihan (H.J.Gino dkk, 1998: 6).

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulan dan respon. Stimulan yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal – hal lain yang dapat ditangkap melalui panca indera, sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat juga berupa pikiran, perasaan atau tindakan/gerakan. (M. Saekhan M, 2007: 51).

Dari berbagai pengertian belajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang relatif konstan, proses memperoleh motivasi maupun penguasaan pengetahuan dan ketrampilan dari hasil pengalaman maupun hasil interaksi dengan lingkungan. Perubahan yang terjadi karena belajar dapat berupa perubahan kebiasaan, kecakapan-kecakapan dalam ketiga aspek yaitu aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan ketrampilan (psikomotorik).

Teori belajar yang banyak berpengaruh pada sistem instruksional dewasa ini adalah teori belajar menurut David Ausubel dan Pieget.

1) Teori Belajar Menurut D. Ausubel

Menurut teori belajar Ausubel dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 111), belajar bermakna menyebabkan informasi yang diterima siswa dapat bertahan lama, apabila informasi yang disimpan dalam otak disimpan kedalam sistem


(24)

commit to user

syaraf-syaraf otak dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu proses belajar dengan keterlibatan siswa dalam menemukan konsep akan lebih bermakna, karena siswa menyaksikan langsung proses yang ada bahkan terlibat didalamnya untuk menemukan konsep tersebut. Jadi dalam belajar bermakna, informasi baru diasimilasikan pada konsep yang relevan yang telah ada dalam struktur kognitif. 2) Teori Belajar Menurut Piaget

Menurut Piaget dalam M. Saekhan Muchith (2007: 60-64) perkembangan kognitif merupakan proses genetik, artinya proses yang didasarkan atas mekanisme biologi yakni perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka semakin komplek susunan sel syaraf dan makin meningkat pula kemampuannya.

Piaget berpendapat ada empat tahap perkembangan kognitif seseorang, yaitu:

a) Tahap sensori motor (0-2 tahun)

Tahap ini adalah kegiatan motorik dan persepsi yang sangat sederhana antara lain; melakukan rangsangan, memperhatikan sesuatu, mendefinisikan, selalu ingin atau segala objek sehingga kecenderungan untuk melakukan perubahan. b) Tahap pra operasional (2-7/8 tahun)

Tahap ini lebih ditandai dengan penggunaan simbol atau bahasa tanda. Tahap ini juga dimulai berkembangnya konsep-konsep intuitif.

c) Tahap operasional konkret (8-11 tahun)

Tahap ini ditandai dengan adanya kemampuan menggunakan aturan-aturan yang sistematis, logis, dan empiris. Melakukan transformasi informasi ke dalam dirinya sehingga tindakannya lebih efektif.

d) Tahap operasional formal (11 tahun keatas)

Tahap ini ditandai dengan adanya kemampuan anak dalam berfikir abstrak dan logis, serta kemampuan menggunakan pola berfikir”kemungkinan” mampu berfikir ilmiah dengan pendekatan hipotesis dedukif dan induktif.

b. Pengertian Pembelajaran

Beberapa definisi yang berhubungan dengan pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain:


(25)

commit to user

a. Pembelajaran adalah usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor ekstern dan intern dalam kegiatan belajar mengajar (H.J.Gino, 1998: 32).

b. Menurut Alvin W. Howard, pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan ketrampilan, sikap, cita-cita, penghargaan dan pengetahuan (Slameto, 2003: 32).

c. Pembelajaran adalah mengatur dan mengorganisasikan lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar (Nana Sudjana, 1996: 7).

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dan aktif dari pengajar untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan pengetahuan, ketrampilan dan tingkah laku pada diri pebelajar. Dengan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa kegiatan belajar-mengajar melibatkan beberapa komponen antara lain:

a. Siswa, yaitu seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

b. Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan pembelajaran dan peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan tersebut lebih efektif.

c. Tujuan pembelajaran adalah pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan terjadi pada siswa setelah proses pembelajaran. Perubahan perilaku tersebut mencakup perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor.

d. Materi pelajaran, yaitu segala informasi yang berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

e. Metode pembelajaran adalah cara yang tersedia untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan.

f. Media pembelajaran, yaitu bahan pelajaran dengan atau tanpa peralatan digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa agar mereka dapat mencapai tujuan.


(26)

commit to user

g. Evaluasi adalah cara tertentu yang digunakan untuk suatu proses dan hasilnya. (Gino, dkk, 1998: 30-31)

Jadi, dari beberapa uraian di atas kegiatan pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang sangat komplek pada pelaksanaan proses pembelajaranya.

2. Efektivitas Pembelajaran

Menurut Peter Salim dan Yenny Salim (1991:376), efektif adalah ada pengaruhnya, akibatnya dan sebagainya; dapat menghasilkan atau membawa hasil, sedangkan efektivitas adalah bentuk kata benda dari kata efektif. Sedangkan menurut Margono (1998:45), efektif berarti semua potensi dapat dimanfaatkan dan semua tujuan dapat tercapai.

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu memanfaatkan semua potensi yang mendorong tercapainya tujuan. Metode yang tepat adalah metode yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan sedangkan metode yang efektif adalah metode yang memanfaatkan semua potensi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar dan mengajar guru dituntut harus memiliki pengetahuan bidang studi yang cukup, mengetahui cara mengajar yang efektif dan efisien, memiliki sifat yang terbuka agar proses belajar mengajar pada dirisiswa dapat berlangsung, serta dapat mengatur kondisi ruang kelas dan mengambil keputusan yang bijaksana.

3. Metode Pembelajaran Kooperatif

a. Metode Pembelajaran

Menurut Poerwodarminto (2003: 652), ”Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud dalam ilmu pengetahuan atau cara kerja yang bersistem untuk mempermudah pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan”.

Ada beberapa pendapat lain mengenai pengertian metode. Metode merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan (Mulyani Sumantri, 2001:


(27)

commit to user

114). Menurut Winarno Surakhmad (1986: 96) berpendapat bahwa “metode pembelajaran adalah cara yang merupakan alat untuk menyajikan materi pelajaran guna mencapai tujuan pengajaran”. Sedangkan menurut Mulyati Arifin (1995: 107) metode mengajar menyangkut permasalahan fisik apa yang harus diberikan kepada siswa, sehingga kemampuan intelektualnya dapat berkembang dan belajar dapat berjalan dengan efisien dan bermakna bagi siswa.

Untuk mencapai hal-hal tersebut maka guru harus dapat memilih dan mengembangkan metode mengajar yang tepat, efisien dan efektif sesuai dengan apa yang diajarkan. Dengan pemilihan metode yang tepat, maka akan mempengaruhi belajar siswa dengan baik sehingga siswa benar-benar memahami materi yang diberikan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan pengertian metode pembelajaran adalah cara-cara yang ditempuh oleh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan membuat kemampuan intelektual berkembang, sehingga belajar dapat berjalan secara efisien dan bermakna bagi siswa atau dapat dikatakan suatu cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan untuk mencapaai tujuan. b. Pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalaam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran (Slavin, 2008: 4). Tujuan yang paling penting dalam pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang dibutuhkan oleh siswa (Slavin, 2008: 33). Pembelajaran koopertif merupakan strategi belajar dengan jumlah kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda dan dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memamahi materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran (Isjoni,2007: 12).


(28)

commit to user

The widespread use of cooperative learning is due to multiple factors. Three of the most important are that cooperative learning is based solidly on a variety of theories in anthropology, sociology, economics, political science, psychology, and other social sciences. Second, the amount, generalizability, breath, and applicability of the research on cooperative, competitive, and individualistic efforts provides considerable validation of the use of cooperative learning, perhaps more than most other instructional methods. The third factor is the variety of cooperative learning methods available for teacher use, ranging from very concrete and prescribed to very conceptual and flexible. Cooperative learning is actually a generic term that refers to numerous methods for organizing and conducting classroom instruction ( David W. Johnson,2006).

Dalam pembelajaran kooperatif para peserta didik dikelompokkan secara arif dan proporsional. Pengelompokan peserta didik dalam suatu kelompok dapat didasarkan pada: fasilitas yang tersedia, perbedaan individu dalam minat belajar dan kemampuan belajar, jenis pekerjaan yang diberikan, wilayah tempat tinggal peserta didik, jenis kelamin, dan berdasarkan lotre atau random. Dalam pembagian kelompok ini, kelompok dibagi secara heterogen baik dari segi kemampuan belajar maupun jenis kelamin agar terjadi dinamika kegiatan belajar yang lebih baik dari kelompok, sehingga tidak terkesan ada kelompok yang kuat dan ada kelompok yang lemah (Mulyani Sumantri, 2001: 127-128).

Menurut Slavin (2008: 11), lima prinsip metode belajar kooperatif yang dikembangkan dan terus dilakukan serta diperbaiki antara lain:

a. STAD (Student Teams Achievement Divisions); b. TGT (Teams Games Tournament);

c. Jigsaw;

d. CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition); e. TAI (Team Assisted Individualization).

Selain itu ada juga metode belajar lain masih juga dikembangkan dan dipelajari yaitu:

a. Group Investigation; b. Learning Together; c. Complex Instruction;


(29)

commit to user

Metode kooperatif mempunyai kelebihan-kelebihan dibandingkan metode lain, yaitu:

a. Meningkatkan kemampuan siswa; b. Meningkatkan rasa percaya diri;

c. Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan keahlian dan pengetahuan; d. Memperbaiki hubungan antar kelompok.

Disamping itu ada juga kelemahannya, yaitu:

a. Memerlukan persiapan yang rumit untuk melaksanakannya; b. Bila terjadi persaingan negatif, maka hasilnya akan buruk.

Keberhasilan dari proses belajar kooperatif adalah karena ada 5 prinsip, yaitu:

a. Adanya Sumbangan dari Ketua Kelompok

Tugas dari seorang ketua kelompok adalah memberikan sumbangan pengetahuannya untuk anggota kelompoknya, karena ketua kelompoknya adalah seseorang yang dinilai berkemampuan lebih dibandingkan dengan anggota yang lainnya. Dalam hal ini anggota kelompok diharapkan dapat memperhatikan, mempelajari informasi/penjelasan yang diberikan oleh ketua kelompok jika ada anggota kelompok yang merasa belum jelas, walaupun tugas ini bisa dilakukan oleh anggota yang lain.

b. Keheterogenan Kelompok

Kelompok belajar yang efektif adalah yang mempunyai anggota kelompok yang heterogen, baik dalam hal jenis kelamin, latar belakang sosial, ataupun tingkat kecerdasan.

c. Ketergantungan Pribadi yang Positif

Setiap anggota kelompok belajar untuk berkembang dan bekerja satu sama lain. Ketergantungan pribadi ini dapat memberikan motivasi bagi setiap individu karena pada awalnya mereka harus bisa membangun pengetahuannya sendiri terlebih dahulu sebelum bekerja sama dengan temannya.


(30)

commit to user d. Ketrampilan Bekerja Sama

Dalam proses bekerja sama perlu adanya ketrampilan khusus sehingga kelompok tersebut dapat berhasil membawa nama kelompoknya. Proses yang dibutuhkan di sini adalah adanya komunikasi yang baik antar anggota kelompok. e. Otonomi Kelompok

Setiap kelompok mempunyai tujuan agar bisa membawa nama kelompoknya untuk menjadi yang terbaik. Jika mereka mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah setelah melampaui tahap kegiatan kelompok, maka mereka akan bertanya kepada gurunya bukan kepada kelompok lain.

Dalam metode mengajar kooperatif diharapkan siswa bekerja sama satu sama lainnya berdiskusi dan berdebat, menilai kemampuan pengetahuan dan mengisi kekurangan anggota lainnya. Bila diorganisasikan dengan tepat, siswa dapat bekerja sama dengan yang lainnya untuk memastikan bahwa setiap siswa dalam kelompok tersebut telah menguasai konsep yang telah diajarkan. Hal ini akan menumbuhkan realisasi bahwa siswa membutuhkan belajar dan berpikir untuk memecahkan masalah dan mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilannya.

Menurut Bennet (1995) dalam Isjoni (2007: 41-43) menyatakan ada lima unsur dasar yang dapat membedakan pembelajaran kooperatif dengan kerja kelompok, yaitu:

1. Positive Interdependence, yaitu hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan diantara anggota kelompok dimana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya.

2. Interaction Face to Face, yaitu interaksi yang langsung terjadi diantara siswa tanpa adanya perantara dimana hubungan timbal balik yang bersifat positif sehingga dapat mempengaruhi hasil pendidikan dan pengajaran. 3. Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota

kelompok, sehingga siswa termotivasi untuk membantu temannya, karena tujuannya adalah menjadikan setiap anggota kelompoknya menjadi lebih kuat pribadinya.


(31)

commit to user

4. Membutuhkan keluwesan, yaitu menciptakan hubungan antar pribadi, mengembangkan kemamapuan kelompok, dan memelihara hubungan kerja yang efektif.

5. Meningkatkan ketrampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses kelompok), yaitu siswa belajar ketrampilan bekerjasama dan para siswa mengetahui tingkat keberhasilan dan efektivitas kerjasama yang telah dilakukan.

c. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

STAD (Student Team Achievement Division) dikembangkan oleh Robert E. Slavin dan kawan-kawannya di Universitas John Hopkin, yang merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif paling sederhana.

STAD was the most successful cooperative learning technique at increasing student academic achievement, but the bulk of the research on STAD had been conducted at the elementary level and in subject areas other than social studies. STAD consistently had positive effects on learning. Generally, STAD positively affected (a) cross race relations, (b) attitude toward school and class, (c) peer support, (d) locus of control, (e) time on task, (f) peer relationships and, (g) cooperation. However, few studies examined the effects of STAD on the 7-12 grade levels (Armstrong,2008 ).

E. Slavin (2008: 143) menyatakan bahwa metode STAD adalah metode yang berdasarkan pada pembelajaran kooperatif, dimana siswa dibagi menjadi kelompok untuk bekerjasama dalam tim kelompoknya dalam melaksanakan tugas yang akan diberikan. Dalam metode STAD dibutuhkan hubungan kerja yang baik dan ketrampilan siswa dalam kelompoknya, sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya.

Secara umum terdiri dari 5 komponen utama, yaitu: a. Presentasi Kelas

Materi pokok dalam STAD adalah pengenalan awal dalam presentasi kelas. Presentasi kelas bisa dilakukan melalui pengajaran secara langsung atau pengajaran diskusi dengan guru, tetapi bisa juga presentasi menggunakan audio visual. Presentasi kelas dalam STAD berbeda dengan pengajaran pada umumnya karena dalam STAD hanya ditekankan pada hal-hal pokok saja. Kemudian siswa harus mendalaminya melalui pembelajaran dalam kelompok. Dengan demikian,


(32)

commit to user

siswa dituntut untuk bersunguh-sungguh dalam memperhatikan materi yang diberikan oleh guru dalam presentasi kelas karena hal tersebut juga akan membantu mereka dalam mengerjakan kuis yang nantinya juga akan mempengaruhi skor dari tim mereka.

b. Tim atau Kelompok

Tim atau kelompok terdiri dari 4 atau 5 siswa yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda atau heterogen, baik dalam penguasaan materi, jenis kelamin, maupun suku. Fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai materi yang diberikan dan juga untuk mempersiapkan anggota tim dalam menghadapi kuis, sehingga semua anggota tim dapat mengerjakan dengan baik.

Sesudah guru mempresentasikan materi, anggota tim secara bersama-sama mempelajari lembar kerja atau materi lain yang diberikan guru. Dalam hal ini siswa mendiskusikan masalah atau kesulian yang ada, membandingkan jawaban dari masing-masing anggota tim, dan membetulkan kesalahan konsep dari anggota tim.

Tim merupakan hal penting yang harus ditonjolkan dalam STAD. Dalam setiap langkah, titik beratnya terletak pada ingatan anggota tim agar bisa bekerja yang terbaik demi timnya dan cara yang terbaik dalam tim adalah bekerjasama dengan baik.

c. Kuis

Setelah satu atau dua kali pertemuan guru mempresentasikan materi di kelas dan setelah satu atau dua kali tim melakukan latihan dalam kelompoknya, siswa diberi kuis secara individu. Jadi setiap siswa bertanggung jawab secara individu dalam menguasai materi pelajaran yang diberikan. Hasil selanjutnya diberi skor. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pemahaman materi setiap individu.

d. Skor Perkembangan Individu

Hal ini dimaksudkan untuk memberikan nilai pada setiap siswa jika mereka mengerjakan dengan baik. Masing-masing siswa diberi skor ”cukup” yang berasal dari rata-rata siswa pada kuis yang sama. Setelah siswa mendapatkan nilai,


(33)

commit to user

maka siswa berhak mendapatkan urutan tingkatan nilai dari skor kuis dan berusaha untuk melampaui skor cukup.

Dibalik ide skor perkembangan individu adalah untuk menyampaikan tujuan presentasi masing-masing siswa yang dapat dicapai jika siswa bekerja lebih keras dan lebih baik daripada materi yang telah lampau. Keadaannya mungkin siswa mengalami peningkatan skor atau bahkan menurun.

e. Pengakuan / Penghargaan Tim

Tim akan mendapatkan penghargaan atau hadiah jika dapat melampaui kriteria yang telah ditentukan. Skor tim siswa akan digunakan untuk menentukan tingkatan pemahaman siswa. Tim yang paling baik akan diberi penghargaan oleh guru, sehingga akan memacu semangat para anggota tim untuk melakukan yang sebaik-baiknya.

Dalam pelaksanaannya, metode pembelajaran kooperatif STAD mempunyai langkah-langkah sebagai berikut:

a. Tahap Penyajian Materi Pelajaran

Pada tahap ini, bahan atau materi pelajaran kimia diperkenalkan melalui pengajaran secara langsung. Dalam penyajian ini, maka perlu ditekankan pada:

1) Pendahuluan

Dalam pendahuluan guru menekankan pada apa yang akan dipelajari peserta didik (siswa) dan mengapa itu penting. Hal ini dilaksanakan untuk memotivasi siswa dalam mempelajari konsep yang telah diajarkan.

2) Pengembangan

a) Menentukan tujuan-tujuan yang akan dicapai

b) Pembelejaran kooperatif menekankan bahwa belajar adalah memahami makna dan bukan hafalan.

c) Memberikan penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar atau salah.

d) Beralih pada konsep yang lain jika siswa menguasai pakok masalahnya. 3) Praktek Terkendali

a) Menyuruh siswa mengerjakan soal atau pertanyaan yang diberikan. b) Memanggil peserta didik secara random untuk menyelesaikan soal.


(34)

commit to user c) Pemberian tugas kelas.

b. Kegiatan Kelompok

Selama kegiatan kelompok masing-masing siswa bertugas mempelajari materi yang telah disajikan oleh guru dan membantu teman sekelompok untuk menguasai materi pelajaran tersebut. Guru memberikan lembar kegiatan dan kemudian siswa mengerjakannya secara mandiri dan selanjutnya saling mencocokkan jawabannya dengan teman sekelompoknya. Apabila diantara teman sekelompok tersebut ada yang kurang memahami, maka anggota kelompok yang lain membantunya.

Guru menekankan bahwa lembar kegiatan untuk dipelajari bukan untuk diisi atau diserahkan pada guru. Apabila peserta didik mempunyai suatu permasalahan, sebaiknya ditanyakan terlebih dahulu pada anggota kelompoknya kemudian kalau tidak mampu baru ditanyakan pada gurunya.

c. Kuis (individu)

Kuis dilaksanakan secara individu. Siswa tidak diijinkan meminta atau memberi bantuan kepada siswa lain dalam mengerjakan kuis. Hal ini untuk mengetahui pemahaman materi setiap individu dan selanjutnya akan diadakan perbaikan skor dimana pemberian skor didasarkan skor pretes dan postes.

(Slavin, 2008: 144)

4. Modul

Modul merupakan alat bantu atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat kompleksitasnya (Depdiknas, 2003: 4).

Menurut E. Mulyasa (2003: 98) menyatakan bahwa pada umumnya modul terdiri dari beberapa komponen, yaitu lembar kegiatan siswa, lembar kerja, kunci lembar kerja, lembar soal, lembar jawaban, dan kunci jawaban. Tugas utama guru kimia dalam sistem modul adalah mengorganisasikan dan mengatur proses pembelajaran dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:


(35)

commit to user

2) Pelaksanaan, yaitu proses interaksi antara guru dan siswa, yang diwujudkan siswa belajar sesuai dengan irama kecepatan dan kemampuannya, sedangkan guru membantu siswa yang kesulitan dalam memahami isi modul atau pelaksanaan tugas;

3) Evaluasi, yaitu berupa pelaksanaan penelitian terhadap setiap peserta didik sampai dengan penentuan siswa yang telah mencapai taraf belajar tuntas.

Definisi lain dikatakan bahwa, modul adalah suatu unit lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas (Nasution, 1982: 205). Pembelajaran dengan modul akan memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut cara masing-masing karena setiap siswa akan menggunakan cara yang berbeda untuk memecahkan masalah tertentu berdasarkan latar belakang dan kebiasaan masing-masing.

Beberapa hal melalui sistem pengajaran modul sangat dimungkinkan: 4) Adanya motivasi belajar secara maksimal.

5) Adanya peningkatan kreativitas guru dalam mempersiapkan sarananya 6) Dapat mewujudkan prinsip maju berkelanjutan secara tidak terbatas.

7) Dapat mewujudkan belajar yang lebih berkonsentrasi. (Cece Wijaya, 1985: 128)

5. Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai dari suatu usaha dalam mengikuti pendidikan atau latihan tertentu yang hasilnya dapat ditentukan dengan memberikan test pada akhir pendidikan. Kedudukan siswa dalam kelas dapat diketahui melalui prestasi belajar yaitu siswa tersebut termasuk pandai, sedang atau kurang. Dengan demikian prestasi belajar mempunyai fungsi yang penting disamping sebagai indikator keberhasilan belajar dalam mata pelajaran tertentu, juga dapat berguna sebagai evaluasi dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.

Prestasi belajar terdiri dari kata “prestasi” dan “belajar”. Menurut Zainal Arifin (1991: 2) kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu “prestatie”,


(36)

commit to user

kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti hasil usaha. Dalam kamus bahasa Indonesia, arti dari prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru. Menurut Winkel W. S. (1991: 52) bahwa prestasi adalah bukti keberhasilan yang dicapai. Jadi, hasil prestasi belajar menunjukkan tingkat keberhasilan seorang siswa dalam proses belajar. Hasil belajar merupakan hal penting dalam proses belajar mengajar, karena dapat menjadi petunjuk untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan seorang siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Suharsimi Arikunto (1995: 112) mengemukakan bahwa prestasi belajar sebagai perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

a. Kemampuan kognitif.

Menurut Perdy Karuru (2006:10) kemampuan kognitif adalah kegiatan mental yang terkait dalam proses memperoleh, menyimpulkan, menyimpulkan kembali (retrive) dan memanfaatkan berbagai pengetahuan.

Tujuan kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir mencakup kemampuan intelektual yang sederhana, yaitu mengingat sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menurut siswa untuk menghubungkan dan mengembangkan gagasan, metode/prosedur yang sebelumnya dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.

Untuk mengetahui prestasi belajar siswa adalah dengan melakukan test atau tujuan terhadap aspek-aspek yang akan dinilai. Nilai hasil test atau nilai hasil ujian tersebut disebut sebagai prestasi belajar siswa. Kemampuan kognitif siswa adalah nilai hasil test atau nilai hasil ujian terhadap aspek kognitif siswa.

b. Kemampuan afektif

E. Mulyasa (2002: 232) berpendapat bahwa kemampuan afektif dapat dilihat melalui cara berfikir dan bertindak yang mengacu pada nilai-nilai kesopanan, seperti kemampuan dalam menempatkan diri secara tepat pada situasi yang berbeda, dan respon terhadap berbagai fenomena yang terjadi.


(37)

commit to user

kemampuan yang berhubungan dengan value (nilai), yaitu suatu konsep yang tidak berada didalam dunia empiris, tetapi dalam pikiran manusia. Nilai merupakan seperangkat sikap yang dijadikan dasar pertimbangan, standar atau prinsip sebagai ukuran bagi kelakuan. Jika selalu berkenaan dengan suatu obyek, yang disertai perasaan positif dan negatif.

Menurut Nana Sudjana (2002:30) ada berbagai jenis tingkatan kemampuan afektif antara lain:

1) Receiving/attending 2) Responding/jawaban 3) Valuing/penilaian 4) Organisasi

5) Karakteristik nilai/internalisasi c. Kemampuanpsikomotor.

E. Mulyasa (2002: 232) berpendapat bahwa kemampuan psikomotorik mencakup ketrampilan akademis dan sosial. Ketrampilan akademis sifatnya berjenjang mulai dari mengingat, menafsirkan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, sampai menilai. Ketrampilan sosial dapat dilihat dari cara berkomunikasi dalam pergaulan, berhubungan dengan orang lain, memecahkan masalah, mengambil keputusan, bekerjasama, dan kemampuan kepemimpinan.

Prestasi belajar siswa dapat diketahui dengan adanya evaluasi belajar atau penilaian hasil belajar. Penilaian merupakan suatu usaha untuk mengumpulkan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses belajar dan hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa melalui kegiatan belajar mengajar. Evaluasi hasil belajar mengajar siswa bermakna bagi semua komponen dalam proses pengajaran terutama siswa, guru dan orang tua.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh dari serangkaian usaha individu dalam rangka untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil dari aktivitas belajar dan interaksi dengan lingkungan. Prestasi belajar sebagai hasil belajar dapat diketahui saat dilakukan penilaian. Penilaian digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa dan berbagai hal yang pernah diajarkan sehingga dapat


(38)

commit to user

diperoleh gambaran tentang pencapaian program pendidikan. Jadi fungsi prestasi belajar sangat penting bagi anak didik baik sebagai indikator kualitas pendidikan dan berfungsi sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Dalam hal ini, prestasi belajar dilihat dari aspek kognitif dan aspek afektif.

6. Perhitungan Kimia

Perhitungan kimia sering disebut dengan istilah stokiometri. Kata stoikiometri sendiri berasal dari bahasa yunani yaitu stoishion yang berarti unsur dan metron berarti mengukur. Jadi, pengertian stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari pengukuran unsur.

A. Massa Atom Relatif

Massa atom relatif yang menjadi acuan adalah massa atom isotop karbon-12. Penetapan massa atom isotop karbon-12 sebagai acuan merupakan suatu konvensi yang dibakukan oleh IUPAC dengan alasan bahwa atom isostop karbon-12 isotop yang paling stabil. Untuk mempermudah perhitung massa partikel 1 sma (satuan massa atom) setara dengan massa 1 atom hidrogen yaitu 1,67 x 10-27 Kg. Atom-atom yang sama tidak selalu memiliki massa yang sama. Ini disebut sebagai isotop.cara membandingkan massa atom yang akan ditentukan dengan massa atom isotop karbon-12. Secara sistematis, massa atom relatif dapat dirumuskan melalui persamaan:

dimana:

ArX = massa atom relatif X

Massa 1 atom karbon-12 = 12 sma.

Kemudian untuk massa atom relatif dan massa atom molekul dirumuskan sebagai berikut:

“Massa molekul dapat


(39)

commit to user

menjumlahkan Ar dari atom-atom pembentuk molekul tersebut”

Mr = SAr

Contoh Soal :

Diketahui massa atom relatif (Ar) beberapa unsur sebagai berikut :

....Ca = 40, ....O = 16, ....H = 1

Tentukan massa molekul relatif (Mr) senyawa Ca(OH)2? Penyelesaian :

Satu molekul Ca(OH)2 mengandung 1 atom Ca, 2 atom O, dan 2 atom H

....Mr Ca(OH)2 = Ar Ca + ( 2 Ar O ) + ( 2 Ar H )

... = 40 + ( 2 x 16 ) + ( 2 x 1 )

... = 40 + 32 + 2= 74

B. KonsepMol

Apabila kita mereaksikan satu atom Karbon (C) dengan satu molekul Oksigen (O2), maka akan terbentuk satu molekul CO2. Tetapi sebenarnya yang kita reaksikan bukan satu atom Karbon dengan satu molekul Oksigen, melainkan sejumlah besar atom Karbon dan sejumlah besar molekul Oksigen. Oleh karena itu jumlah atom atau jumlah molekul yang bereaksi begitu besarnya, maka untuk menyatakannya, para ahli kimia menggunakan “ mol “ sebagai satuan jumlah partikel (molekul, atom, atau ion).

“Satu mol didefinisikan sebagai jumlah zat yang mengandung partikel zat itu sebanyak atom yang terdapat dalam 12,000 gram atom Karbon – 12”.

6 ,0 2 2 x 1 0 2 3 pa r t ik e l 1 m ol z a t m e n g a n d u n g

Jadi mol zat adalah banyaknya zat tersebut yang mengandung 6,02 × 1023 partikel. Bilangan 6,02 × 1023 disebut bilangan Avogadro (L).

1. Hubungan mol dengan jumlah partikel

1 mol karbon mengandung 6,02 × 1023 atom C 1 mol besi mengandung 6,02 × 1023 atom Fe


(40)

commit to user 1 mol air mengandung 6,02 × 1023 atom H2O Jumlah partikel = mol × L

mol =

L

partikel jumlah

Contoh soal:

Hitunglah jumlah atom yang terkandung dalam 0,5 mol tembaga! Jawab:

Jumlah atom = mol × L

= 0,5 × 6,02 × 1023

=3,01 × 1023 atom Cu

2. Hubungan mol dengan massa (gram)

Massa satu mol zat yang dinyatakan dalam gram disebut massa molar. Contoh:

1. Massa atom (Ar) Fe = 56 Massa molar Fe = 56 gram

(1 mol Fe memiliki massa 56 gram) gram = mol × Ar atau Mr

Ar atau Mr =

mol gram

mol =

Mr atau Ar

gram

Mr atau Ar

gram L

partikel jumlah

=

2. Berapa gram massa dari 3,01 × 1023 molekul CH4 (Ar C = 12, H = 1)? Jawab:


(41)

commit to user

mol =

L partikel jumlah = 23 23 10 02 , 6 10 01 , 3 ´ ´

= 0,5 mol

massa = mol × Mr CH4 = 0,5 × 16= 8 gram

3. Keadaan standar

Setiap 1 mol gas apa saja pada suhu 00C dan tekanan 1 atm memiliki volume 22,4 liter (22,4 dm3). Suhu 00C dan tekanan 1 atm dikenal sebagai keadaan standar atau STP (Standard Temperature and Pressure).

Pada keadaan standar (00C dan 1 atm), berlaku hubungan: Liter STP = mol × 22,4

mol = 4 , 22 STP liter

Rumus tersebut hanya berlaku pada STP (suhu 00C dan tekanan1 atm). Jika suhu bukan 00C dan tekanan bukan 1 atm, gunakan hukum Avogadro untuk mengubah mol menjadi volume atau sebaliknya.

Contoh soal:

Berapa liter volume dari 11 gram gas CO2 (Ar C = 12 O = 16) bila diukur pada suhu 00C dan tekanan 1 atm?

Jawab:

mol =

Mr massa = 44 11

= 0,25 mol v = mol × 22,4

= 0,25 × 22,4= 5,6 liter

4. Keadaan tidak standar


(42)

commit to user atmosfer didasarkan pada rumus garis ideal.

PV = n.R.T

P = tekanan dalam atmosfer V = volume dalam liter n = mol gas

R = tetapan gas

= 0,082 lt.atm/mol0K T = suhu dalam 0K = t + 273

t = suhu dalam 0C

Dari hukum Gay Lussac diperoleh kesimpulan bahwa perbandingan volume sesuai dengan perbandingan koefisien. Kita tahu perbadingan koefisien sesuai perbandingan mol, maka diperoleh lagi kesimpulan: “Perbadingan volume sesuai perbandingan mol”

atau:

2 1 2 1

n n v v

=

v = volume n = mol

Rumusan di atas hanya berlaku untuk gas dan hanya diukur pada keadaan suhu dan tekanan yang sama.

C. Rumus Empiris dan Rumus Molekul

Rumus empiris adalah rumus sederhana yang menyatakan perbandingan terkecil atom-atom dari unsur-unsur yang menyusun senyawa, sedangkan rumus molekul adalah rumus yamg menyatakan jumlah atom-atom dari unsur-unsur yang menyusun satu molekul senyawa.

1. Menentukan rumus empiris suatu senyawa

a. Hitung gram atau % masing-masing unsur penyusun dalam senyawa! b. Angka tersebut dibagi Ar masing-masing


(43)

commit to user

c. Diperoleh perbandingan mol yang terkecil dari unsur penyusun senyawa.

Contoh soal:

a. Suatu senyawa mengandung 32,4% natrium, 22,6% belerang, dan sisanya oksigen

Ar Na = 23, S = 32, O = 16. Tentukan rumus empiris senyawa tersebut!

Jawab: Na = 32,4% S = 22,6%

O = 100 – (32,4 + 22,6) = 45% mol Na : mol S : mol O

=

16 45 : 32

6 , 22 : 23

4 , 32

= 1,4 : 0,7 : 2,8 = 2 : 1 : 4

Rumus empiris senyawanya adalah Na2SO4

b. Kristal CuSO4 mengandung 36% air (Ar Cu = 64,S = 32,O = 16, H = 1). Tentukan rumus kristal tersebut!

CuSO4 = 65% mol CuSO4 : H2O

H2O = 36%

18 36 : 160

64

→ 0,4 : 2 → 1 : 5 Rumus kristal CuSO4.5H2O

2. Rumus molekul merupakan kelipatan dari rumus empiris

Menentukan rumus molekul, dua hal yang harus diketahui yaitu rumus empiris senyawa dan Mr senyawa.

Contoh soal:

Sebanyak 11 gram senyawa organik dibakar menghasilkan 22 gram CO2 dan 9 gram H2O (C = 12; O = 16; H = 1). Jika Mr senyawa 88. tentukan rumus molekulnya!


(44)

commit to user

Berat C = ´

44 12

22 gram = 6 gram

Berat H = ´

18 12

9 gram = 1 gram

Berat O = 11 – (6 + 1) = 4 gram mol C : mol H : mol O

16 4 : 1 1 : 12

6

2 : 4 : 1

(C2H4O)n = 88

44n = 88

n = 2

Rumus molekul C4H8O2

D. Air Kristal dan Kadar Zat 1. Air kristal/hidrat

Air kristal/hidrat adalah zat padat yang mengikat beberapa molekul air sebagai bahan dari struktur kristalnya.

Contoh:

CuSO4.5H2O → terusi /tembaga (II) sulfat pentahidrat CuSO4.2H2O → gipsum /kalsium sulfat dihidrat

MgSO4.7H2O → garam inggris /magnesium sulfat heptahidra Menentukan molekul air kristal dari suatu hidrat!

Contoh soal:

Sebanyak 10 gram hidrat besi (II) sulfat dipanaskan, sehingga semua air kristal menguap. Massa zat padat yang tersisa adalah 5,47 gram. Tentukan rumus hidrat tersebut!

(Ar H = 1, O = 16, S = 32, Fe = 56) Jawab:

Air kristal dimisalkan x, sehingga rumus senyawanya FeSO4.xH2O

Maka massa FeSO4 adalah 5,47 gram dan massa air = 10 – 5,47 = 4,53 gram


(45)

commit to user Reaksi: FeSO4.xH2O(s)→ FeSO4(aq) + xH2O(g) 10 gram 5,47 gram 4,53 gram

mol FeSO4 =

152 47 , 5

= 0,036 mol

mol H2O =

18 53 , 4

= 0,252 mol

mol FeSO4 : mol H2O = 0,036 : 0,252 = 1 : 7 Rumus hidrat → FeSO4.7H2O

2. Kadar unsur dalam senyawa

kadar = ´ ´

senyawa Mr unsur Ar . 100%

x = jumlah atom unsur dalam senyawa Contoh soal:

a. Berapakah kadar C dan N dalam urea CO(NH2)2? (Ar H = 1, C = 12, O = 16)

Jawab:

Kadar C = ´

60 12

100 % = 20%

Kadar N = ´

60 28

100% = 46,67%

b. 640 gram suatu cuplikan mengandung belerang, dibakar sempurna sehingga diperoleh 480 gram SO3. Ar S = 32, Ar O = 16

Hitung kadar belerang dalam cuplikan? Jawab:

Berat S dalam SO3 = ´

80 32

480 gram = 192 gram

Kadar S dalam cuplikan = ´

cuplikan berat S berat 100% = ´ 640 192 100%= 30%


(46)

commit to user

E. Hitungan Kimia Pada Persamaan Reaksi

Dengan memahami konsep mol, kita dapat menghitung zat-zat yang terlibat dalam suatu reaksi dengan memanfaatkan fungsi koefisien reaksi. Dalam persamaan reaksi yang setara, koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol, volume gas, dan jumlah partikel.

Dengan menggunakan fungsi koefisien reaksi tersebut kita dapat menyusun langkah-langkah perhitungan kimia pada persamaan reaksi sebsgai berikut:

1. Menuliskan persamaan reaksi yang setara; 2. Menghitung mol yang diketahui;

3. Menghitung mol zat yang ditanyakan (menggunakan fungsi koefisien reaksi)

mol A =

B koefisien

A koefisien

× mol B

4. Mengubah satuan mol menjadi satuan yang sesuai dengan pertanyaan. Contoh soal:

12 gram logam magnesium (Ar Mg = 24) direaksikan dengan larutan asam klorida menghasilkan larutan magnesium klorida dan gas hydrogen. Berapa liter gas hydrogen yang dihasilkan pada STP?

Jawab:

Mg(s) + 2 HCl(aq)→ MgCl2(aq) + H2(g) Mol Mg =

24 12 Ar

massa

= = 0,5 mol Mol H2 = ´

1 1

mol Mg = ´

1 1

0,5 = 0,5 mol

Volume H2 = mol × 22,4 = 0,5 × 22,4 = 11,2 liter


(47)

commit to user

F. Pereaksi Batas

Pereaksi batas adalah pereaksi yang membatasi suatu reaksi karena habis lebih dulu dibanding pereaksi yang lain. Bial zat-zat yang direaksikan dalam jumlah tertentu, maka perlu ditentukan pereaksi batasnya sebagai pembanding zat-zat lain.

Contoh soal:

12 gram logam Mg direaksikan dengan 0,5 mol HCl menurut reaksi: Mg + 2 HCl → MgCl2 + H2 (Ar Mg = 24)

Berapa liter gas hidrogen yang dihasilkan pada STP dan senyawa apa yang sebagai pereaksi pembatas?

Jawab:

mol Mg =

Ar massa

=

24 12

= 0,5 mol

Persamaan reaksi; Mg + 2HCl → MgCl2 + H2 mula-mula : 0,5 0,5

bereaksi : 0,25 0,5 0,25 0,25 setimbang : 0,25 - 0,25 0,25

Ø VH2 = mol × 22,4 = 0,25 × 22,4 = 5,6 liter

Ø Dari reaksi di atas maka yang bertindak sebagai pereaksi pembatas adalah senyawa HCl.

B. Kerangka Berpikir

Proses belajar mengajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorganisasi dengan baik. Kenyataan di lapangan adalah masih jarangnya penanganan kesulitan belajar siswa melalui suatu pengajaran yang terencana untuk memberikan bantuan kepada siswa.


(48)

commit to user

kejelasan penyampaian pelajaran kepada siswa sehingga pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh siswa dengan baik, untuk itu dalam memilih metode pengajaran harus disesuaikan dengan tujuan pengajaran, materi pengajaran, dan bentuk pengajaran. Pada dasarnya tidak ada metode mengajar yang paling ampuh untuk semua materi pelajaran, sebab setiap metode mengajar mempunyai kelebihan maupun kekurangan.

Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Karanganyar merupakan lembaga pendidikan yang berbasis agama islam yang berada di kabupaten Karanganyar yang setara dengan SMA lainnya didalam pembelajarannya masih terlihat mengunggunakan metode konvensional (ceramah) dalam penyampaian meteri kimia, siswa dijelaskan materinya oleh guru, kemudian setelah penyampaian materi, guru memberikan soal latihan dan sekaligus tugas untuk dikerjakan di rumah, sehingga dalam hal ini siswa kurang terlibat dalam proses pembelajarannya dan akibatnya siswa cenderung pasif serta berefek pada prestasi belajar siswa yang rendah, maka dalam hal ini dipandang bahwa metode pembelajaran yang dilakukan tidak efektif. karena di sini guru hanya memberikan penjelasan kepada siswa tanpa memperhatikan tingkat pemahaman siswa terhadap konsep yang diberikan. Sehingga perlu menggunakan suatu metode pembelajaran yang banyak melibatkan siswa menjadi aktif, maka penerapan metode pembelajaran kooperatif dipandang sangatlah penting untuk mengatasi berbagai masalah pembelajaran tersebut. Karena metode pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode yang di dalamnya siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing siswa. Siswa-siswa dalam kelompok kooperatif akan belajar satu sama lain untuk memastikan bahwa tiap orang dalam kelompok tersebut telah menguasai konsep-konsep yang telah dipikirkan.

Materi perhitungan kimia berisi hukum-hukum dasar kimia, konsep-konsep, dan rumus- rumus dengan berbagai hubungan serta reaksi - reaksi kima,


(49)

commit to user

sehingga perlu banyak latihan dalam mempelajarinya. Dalam mempelajari materi tersebut sering ditemukan siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal hitungan kimia, maka berkaitan dengan materi pelajaran tersebut penyampaiannya tidak cukup hanya dengan metode konvensional saja, sehingga dianggap perlu materi tersebut dikemas dalam bentuk pembelajaran kooperatif agar siswa dapat saling berdiskusi dalam kelompok, saling berargumen dalam memecahkan konsep materinya bersama siswa yang lain dalam kelompoknya, hal ini diharapkan untuk menbantu tercapainya tujuan pembelajaran secara optimal.

Penerapan metode pembelajaran kooperatif untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut di atas, maka dipilihlah suatu bentuk metode pembelajaran kooperatif STAD (Student Team Achievement Divisions), metode ini merupakan salah satu bentuk metode pembelajaran Kooperatif yang menekankan pada keberhasilan target kelompok dengan asumsi bahwa target hanya dapat dicapai jika setiap anggota tim berusaha menguasai subyek yang menjadi bahasan. Metode penbelajaran kooperatif STAD akan memotivasi siswa untuk saling membantu anggota kelompoknya dalam menguasai konsep materi tersebut sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetisi dengan lebih mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek kooperatif. Dengan metode pembelajaran STAD ini, diharapkan siswa dapat saling membantu dalam kelompoknya dalam menguasai konsep pada materi khususnya tentang perhitungan kimia yang memerlukan konsep pada materi sebelumnya. Disisi lain, metode pembelajaran koperatif STAD ini merupakan metode pembelajaran kooperatif yang kegiatan kelompoknya lebih mudah dikendalikan dan diawasi. Sehingga diharapkan siswa dalam proses pembelajarannnya menjadi aktif dan mudah untuk memahami konsep pada materi perhitungan kimia serta diharapkan prestasi belajar siswa dapat meningkat.

Dalam metode pembelajaran kooperatif STAD (Student Team Achievement Divisions), di dalam komponen utamanya yaitu adanya presentasi kelas, presentasi ini dalam metode pembelajaran kooperatif STAD berbeda dengan pembelajaran pada umumnya karena dalam STAD hanya ditekankan pada hal-hal pokok saja. Kemudian siswa harus mendalaminya melalui pembelajaran


(50)

commit to user

dalam kelompok. Maka dari itu untuk menunjang dalam proses metode pembelajaran kooperatif STAD ini diperlukan suatu bentuk media yang dapat membantu siswa belajar dalam kelompoknya sekaligus siswa dapat belajar secara mandiri. Maka dalam metode pembelajaran kooperatif STAD di sini dilengkapi media berupa modul. Modul merupakan salah satu jenis media (termasuk media cetak) yang memuat unit pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa sendiri. Modul dapat dirumuskan sebagai suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas (Nasution, 1984 : 2005).

Adapun alur pemikiran pada penelitian ini di sajikan dalam bentuk bagan adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Bagan kerangka pemikiran Pembelajaran kimia

menggunakan metode konvensional (ceramah)

Pembelajaran kimia menggunakan metode pembelajaran kooperatif STAD (Student Team

Achievement Divisions) dilengkapi modul.

Prestasi belajar rendah (Pembelajaran tidak efektif)

Prestasi belajar meningkat

(Pembelajaran yang efektif)

1. Kondisi siswa menjadi kurang aktif dalam proses pembelajarannya. 2. Siswa sulit untuk

memahami konsep pada materi perhitungan kimia.

1. Kondisi siswa menjadi aktif dalam proses pembelajarannya. 2. Siswa mudah untuk

memahami konsep pada materi perhitungan kimia.


(51)

commit to user

C. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, dapat dikemukakan hipotesis adalah ”Pembelajaran kimia menggunakan metode kooperatif STAD (student Team Achievement Divisions) dilengkapi modul efektif meningkatkan prestasi belajar siswa MAN Karanganyar kelas X semester 1”.


(1)

commit to user

Achievement Divisions) dilengkapi modul lebih tinggi dari pada nilai rata-rata siswa kelas kontrol.

D. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran kimia menggunakan metode kooperatif STAD (Student Team Achievement Divisions) dilengkapi modul siswa MAN Karanganyar kelas X semester I tahun ajaran 2008/2009. Prestasi belajar siswa dalam hal ini meliputi prestasi belajar aspek kognitif dan aspek afektif. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas X1 sebagai kelas eksperimen dan X2 sebagai kelas kontrol

yang diperoleh dengan teknik random sampling. Adapun rata-rata nilai pretes siswa kelas X1 adalah 41,68 dan kelas X2 adalah 39,47. Berdasarkan hasil uji

prasyarat analisis menunjukkan bahwa kedua sampel setara. Nilai pretest

digunakan sebagai dasar dalam pembentukan kelompok agar kelompok bersifat heterogen. Setelah pembelajaran selesai dilakukan postest untuk mengukur aspek kognitif siswa dan mengisi angket kecakapan hidup untuk aspek afektif. Setelah dilakukan uji hipotesis diketahui bahwa pembelajaran kimia

menggunakan metode pembelajaran kooperatif STAD (Student Team

Achievement Divisions) dilengkapi modul dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok perhitungan kimia. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan menggunakan analisis uji-t pihak kanan, dimana harga t hitung lebih besar

daripada hargat tabel (t hitung yaitu 2,3682 dan t tabel 1,67. Dengan banyak siswa

masing-masing 38 siswa).

Materi perhitungan kimia berisi hukum-hukum dasar kimia, konsep-konsep, dan rumus- rumus dengan berbagai hubungan serta reaksi - reaksi kimia, sehingga perlu banyak latihan dalam mempelajarinya. Dalam mempelajari materi tersebut sering ditemukan siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal hitungan kimia, sehingga materi pelajaran tersebut penyampaiannya tidak cukup hanya dengan metode konvensional saja, maka perlu materi tersebut dikemas dalam bentuk metode pembelajaran kooperatif agar siswa dapat saling berdiskusi dalam kelompok, saling berargumen dalam memecahkan konsep


(2)

commit to user

materinya bersama siswa yang lain dalam kelompoknya, hal ini diharapkan untuk menbantu tercapainya tujuan pembelajaran secara optimal. Dari metode pembelajaran kooperatif yang telah banyak dikembangkan dalam penelitian berkesimpulan bahwa metode ini dapat memberikan hasil prestasi balajar yang baik. Hal ini juga dapat dibuktikan dengan penelitian ini yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif STAD (Student Team Achievement Divisions) dilengkapi modul didapatkan hasil belajar siswa untuk aspek kognitif banyak ditemukan siswa yang tuntas (kelas eksperimen) dibandingkan dengan kelas yang menggunakan metode pembelajaran konvensional (kelas kontrol), dengan rara-rata kelas yang banyak melampaui batas tuntasnya yaitu rara-rata-rara-rata kelas 71,68, sedangkan untuk kelas kontrol rata-rata 63,79. Dan juga pada aspek afektifnya nilai rata-rata lebih tinggi untuk kelas eksperimen daripada kelas kontrol tersebut.

Metode pembelajaran kooperatif STAD (Student Team Achievement

Divisions) merupakan salah satu bentuk metode pembelajaran Kooperatif yang menekankan pada keberhasilan target kelompok dengan asumsi bahwa target hanya dapat dicapai jika setiap anggota tim berusaha menguasai subyek yang menjadi bahasannya, dimana metode pembelajaran kooperatif STAD (Student

Team Achievement Divisions) ini memotivasi siswa untuk saling membantu

anggota kelompoknya dalam menguasai konsep materi tersebut sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetisi dengan lebih mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek kooperatif, hal tersebut terlihat dalam proses pembelajarannya yang berlangsung di kelas, dalam proses pembelajarannya menjadi aktif dan mudah untuk memahami konsep-konsep pada materi tersebut Selanjutnya untuk menunjang dalam proses metode pembelajaran kooperatif STAD ini juga siswa diberikan bentuk media yang berupa modul yang membantu siswa belajar dalam kelompoknya sekaligus siswa dapat belajar secara mandiri ketika berada diluar kelas. Maka dari itu pada metode pembelajaran kooperatif STAD ini yang dilengkapi modul diperoleh hasil prestasi belajar yang meningkat sesuai dengan tujuan dalam penelitian, baik dari aspek kognitif maupun aspek afektifnya diperoleh hasil rata-rata kelas eksperimen yang lebih tinggi.


(3)

commit to user

Pada pembelajaran dengan metode konvensional yang diterapkan pada kelas kontrol hanya menjadikan siswa menjadi pendengar dan pencatat yang baik. Siswa akan merasa bosan dan berkurang konsentrasinya, karena penyampaian materi bersifat verbal. Siswa kurang terpacu mempelajari materi pelajaran secara mendalam karena mereka terbiasa hanya menerima apa yang disampaikan guru. Berdasarkan pengamatan peneliti pada kelas kontrol, tampak bahwa siswa mengerjakan soal-soal tersebut kurang bersemangat dan hanya menjalankan rutinitas belajar sehari-hari. Munculnya sikap tersebut mungkin karena siswa menganggap bahwa guru akan menyampaikan semua materi yang mereka butuhkan. Dengan demikian, metode konvensional membuat siswa tidak mandiri dalam belajar, hal ini tidak ditemui pada kelas eksperimen yang mendapat pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif STAD

(Student Team Achievement Divisions)dilengkapi modul. Merujuk pada hasil

pengamatan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode tersebut telah mampu mengaktifkan siswa untuk belajar.

Berdasarkan kendala yang muncul pada saat proses belajar mengajar, kemampuan seorang guru dalam mengelola kelas menjadi faktor penting lainnya yang menentukan keberhasilan menggunakan metode pembelajaran kooperatif sebagai metode pembelajaran. Kendala utama yang dihadapi guru dalam melaksanakan pembelajaran adalah menggerakkan seluruh siswa untuk aktif berpartisipasi dalam kerja kelompok pada proses belajar mengajar. Pada penelitian dijumpai beberapa siswa kurang aktif mengikuti proses belajar mengajar, terutama ketika berdiskusi untuk menyumbangkan ide dalam menjawab pertanyaan. Hal tersebut dapat diatasi dengan mengingatkan bahwa perhatian dan partisipasi aktif seluruh siswa dalam menjawab pertanyaan yang membuat mereka terlatih menyelesaikan soal-soal yang akan berimbas pada kemampuan mereka menjawab soal-soal evaluasi belajarnya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan-kelebihan dibandingkan metode lain, yaitu:

e. Meningkatkan kemampuan siswa;


(4)

commit to user

g. Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan keahlian dan pengetahuan;

h. Memperbaiki hubungan antar kelompok.

Disamping itu ada juga kelemahannya, yaitu:

a. Memerlukan persiapan yang rumit untuk melaksanakannya;

b. Bila terjadi persaingan negatif, maka hasilnya akan buruk.

Dari hasil analisis uji-t pihak kanan, prestasi belajar siswa untuk aspek afektif pada pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif STAD (Student Team Achievement Divisions) dilengkapi modul diperoleh harga t hitung yaitu 4,2575 lebih besar dari pada harga t tabel yaitu1,67.

Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran kimia menggunakan metode pembelajaran kooperatif STAD (Student Team Achievement Divisions) dilengkapi modul efektif meningkatkan prestasi belajar siswa baik dari aspek kognitif maupun aspek afektifnya

Aspek afektif dalam pembelajaran ini mencakup watak perilaku seperti sikap, minat, konsep diri, moral dan nilai. Seorang siswa akan sulit mencapai keberhasilan studi secara optimal apabila siswa tersebut tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu, dalam hal ini adalah pelajaran kimia. Pengembangan aspek afektif dalam pembelajaran ini lebih diarahkan pada pengembangan sikap ilmiah siswa yang meliputi sikap, minat, konsep diri, moral dan nilai kearah yang lebih baik.

Dari pembahasan di atas, dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan

menggunakan metode pembelajaran kooperatif STAD (Student Team

Achievement Divisions) dilengkapi modul dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam proses pembelajarannya dan siswa mudah untuk memahami konsep pada materi perhitungan kimia yang dipecahkan dalam kerja kelompok untuk menguasai konsep sendiri dari materi yang dipelajari, sehingga akan lebih mudah diingat, serta membantu dalam mengerjakan soal sebagai proses evaluasi belajarnya. Oleh karena itu pembelajaran kimia menggunakan metode pembelajaran kooperatif STAD (Student Team Achievement Divisions) dilengkapi modul efektif meningkatkan prestasi belajar siswa baik dari aspek kognitif maupun afektif.


(5)

commit to user

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kimia

menggunakan metode pembelajaran kooperatif STAD (Student Team

Achievement Divisions) dilengkapi modul efektif meningkatkan prestasi belajar

siswa baik dari aspek kognitif maupun afektif. Hal ini dapat dilihat dari uji–t pihak kanan pada taraf signifikansi 5 % yang menunjukkan harga uji-t dari selisih nilai aspek kognitif yaitu : t hitung = 2,3682 lebih besar dari t tabel= 1,67,

sedangkan harga uji-t dari nilai aspek afektif yaitu :t hitung = 4,2575 lebih besar

dari t tabel = 1,67.

B. Implikasi

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menimbulkan suatu pemikiran agar dalam proses pembelajaran, guru dapat memilih metode pembelajaran serta media pembelajaran yang dapat membantu mengembangkan potensi siswa agar dapat menemukan dan memahami konsep yang ada dalam pembelajaran khususnya dalam materi perhitungan kimia. Untuk itu metode pembelajaran kooperatif STAD (Student Team Achievement Divisions) dilengkapi modul dapat digunakan sebagai suatu alternatif bagi pendidik untuk membantu dalam proses mengembangkan potensi siswa kearah pembelajaran yang lebih baik.

C. Saran-saran

Pada kesempatan ini penulis ingin mengajukan saran-saran yang sekiranya dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi dunia pendidikan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

1. Penerapan metode pembelajaran dengan penggunaan metode

pembelajaran kooperatif STAD (Student Team Achievement Divisions) dilengkapi modul dalam pembelajaran kimia seperti diuraikan dalam penelitian ini, hendaknya dapat dijadikan salah satu alternatif untuk meningkatkan prestasi dan motivasi belajar kimia bagi siswa.

2. Penulis berharap kepada peneliti-peneliti yang lain untuk mencobakan


(6)

commit to user

hal serupa pada populasi yang lebih besar atau pada mata pelajaran yang lain.

3. Kepada guru disarankan agar dalam pembelajaran di kelas selalu mengupayakan penggunaan media atau metode yang menarik bagi siswa sehingga dapat meningkatkan minat, perhatian, dan motivasi siswa untuk memahami materi yang diajarkan.


Dokumen yang terkait

Perbandingan antara model pembelajaran cooperative learning tipe stad dengan pembelajaran konvensional dalam rangka meningkatkan hasil belajar PAI (eksperimen kelas XI SMA Negeri 3 Tangerang)

2 14 159

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Pemanfaatan Model Pembelajaran Kooperatif STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI SMA Negeri 15 Semarang Pada Materi Pokok Hidrolisis, Ksp,

0 8 115

EFEKTIVITAS PENGAJARAN KIMIA DENGAN METODE PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK IKATAN KIMIA SISWA KELAS X SEMESTER GANJIL MAN GONDANGREJO KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN

0 5 68

STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE GI DAN METODE TAI YANG DILENGKAPI LKS TERHADAP PRESTASI BELAJAR KIMIA PADA POKOK BAHASAN

3 20 64

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE GI YANG DILENGKAPI DENGAN PENERAPAN MEDIA VBL PADA MATERI POKOK KESETIMBANGAN KIMIA DI SMAN 1 CEPER TAHUN AJARAN 2009 2010

0 3 71

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION(STAD) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA PADA MATERI POKOK KESETIMBANGAN KIMIA SISWA KELAS XI MAN KLATEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012.

0 0 8

STUDI KOMPARASI PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN TGT DAN STAD TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK HUKUM DASAR KIMIA.

0 0 7

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DILENGKAPI MEDIA ANIMASI MACROMEDIA FLASH DAN PLASTISIN TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN IKATAN KIMIA KELAS X SEMESTER 1 SMA NEGERI 1 SAMBUNGMACAN | Gusband

0 0 8

1| MODUL KIMIA KELAS X MIA

1 2 16