EFEKTIVITAS PENGAJARAN KIMIA DENGAN METODE PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK IKATAN KIMIA SISWA KELAS X SEMESTER GANJIL MAN GONDANGREJO KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
EFEKTIVITAS PENGAJARAN KIMIA DENGAN METODE PEMBELAJARAN
TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK IKATAN KIMIA SISWA KELAS X
SEMESTER GANJIL MAN GONDANGREJO KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2008/2009
SKRIPSI
Disusun Oleh : YULI HARI MURTI
K3303071
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2009
(2)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
EFEKTIVITAS PENGAJARAN KIMIA DENGAN METODE PEMBELAJARAN
TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK IKATAN KIMIA SISWA KELAS X
SEMESTER GANJIL MAN GONDANGREJO KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2008/2009
Oleh : Yuli Hari Murti
K3303071
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2009
(3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing :
Pembimbing I
Drs. J. S. Sukardjo, M.Si. NIP. 19480914 198002 1 001
Pembimbing II
Dra. Hj. Tri Redjeki., M.S. NIP. 19510601 197603 2 004
(4)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Senin
Tanggal : 7 September 2009
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Dra. Bakti Mulyani, M.Si ...
Sekretaris : Dr. rer.nat. Sri Mulyani, M.Si ... ...
Anggota I : Drs. J.S. Sukardjo, M.Si ...
Anggota II : Dra. Hj. Tri Redjeki, M.S ...
Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001
(5)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Yuli Hari Murti. EFEKTIVITAS PENGAJARAN KIMIA DENGAN METODE
PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP
PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK IKATAN KIMIA
SISWA KELAS X SEMESTER GANJIL MAN GONDANGREJO
KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2008/2009. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Agustus 2009.
Tujuan penelitian ini adalah efektivitas penggunaan metode
pembelajaran Team Games Tournament(TGT) terhadap prestasi belajar pada materi pokok ikatan kimia .
Metode penelitian ini adalah metode eksperimen dengan rancangan penelitian Randomized – Group pretest – postest Design. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MAN Gondangrejo Karanganyar tahun pelajaran 2008/ 2009. Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik random sampling. Pengumpulan data untuk prestasi belajar aspek kognitif dengan metode tes dan prestasi belajar untuk aspek afektif dengan metode angket. Teknik analisa data menggunakan uji-t pihak kanan.
Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan : bahwa hasil belajar aspek kognitif kelas eksperimen TGT (Team Games Tournament) tidak lebih tinggi daripada kelas kontrol (thitung < ttabel = 0,385 < 2,024); serta hasil belajar aspek afektif kelas eksperimen TGT (Team Games Tournament) lebih rendah daripada kelas kontrol (thitung < ttabel = -1,008 < 2,024). Hal ini berarti bahwa prestasi belajar pada pembelajaran kimia pokok bahasan Ikatan Kimia dengan metode TGT
(Team Games Tournament) tidak lebih tinggi dibandingkan dengan metode
(6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Yuli Hari Murti. THE TEACHING EFFECTIVEVENESS OF CHEMISTRY BY USING TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) METHOD TO THE ACHIEVEMENT IN CHEMICAL BOND TOPIC OF THE STUDENTS X GRADE IN ODD SEMESTER MAN GONDANGREJO KARANGANYAR ACADEMIC YEAR 2008/2009. A thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University, August 2009.
The objective of the study is to find out the effectiveness the using of Team games Tournament (TGT) to the students’ achievement in chemical bond topic.
The research used experiment method by Randomized-Group pretest-posttest Design research planning. The sample of the research is students of X grade MAN Gondangrejo Karanganyar academic year 2008/2009 which taken by random sampling technique. The collecting of the data of cognitive achievement by using test method and using questionnaire method to collect the affective achievement data. The analyzing of the data used T-test right side.
Based on the result of the research, it can be concluded that cognitive achievement of Team Games Tournament (TGT) experiment class is not higher than control class (t hitung < t table = 0.385 < 2.024 ); and affective achievement of
Team Games Tournament (TGT) experiment class is lower than control class (t
hitung < t table = -1.008 < 2.024 ). It means that the students’ achievement in
chemical bond topic by using Team Games Tournament (TGT) method is not higher than conventional method.
(7)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya“ (Al-Baqarah : 286) “ OPTIMIS yang sesungguhnya adalah menyadari masalah serta mengenali pemecahannya. Mengetahui kesulitan dan yakin bahwa kesulitan itu dapat diatasi. Melihat yang negatif tapi menekankan yang positif. Menghadapi yang terburuk, menyiapkan yang terbaik. Memiliki alasan untuk menggerutu tapi lebih memilih untuk tersenyum “
(8)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk :
Ibu Masyitah (Almarhumah) dan Bapak
Anwar Syam (Almarhum) serta kak Rai (ibu asuh) sebagai birulwalidain.
Keluarga besar di Riau : mbak Yanti, mbak mala, mbak melly, mas ii, mbak eka, mas eq
(9)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrobil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program S1 Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan dorongan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan setulusnya kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis.
2. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah memberikan ijin penelitian kepada penulis.
3. Dra. Hj. Tri Redjeki, M.S., selaku ketua Program Pendidikan Kimia dan Pembimbing II yang telah memberikan ijin penelitian dan memberikan bimbingan, masukan serta saran kepada penulis.
4. Dra. Bakti Mulyani, M.Si., selaku Ketua Tim Penguji Skripsi yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis.
5. Dr. rer.nat. Sri Mulyani, M.Si., selaku Sekretaris Tim Penguji Skripsi yang telah memberikan banyak arahan, bimbingan dan saran kepada penulis.
6. Drs. J. S. Sukardjo, M. Si., selaku pembimbing I yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.
7. Drs. M. Masykuri, M. Si., selaku Pembimbing Akademik atas waktu, bimbingan, nasehat dan ilmunya bagi penulis selama ini
8. Bapak Drs. Abdul Aziz Fahruddin, selaku Kepala Sekolah MAN Gondangrejo
Karanganyar yang telah memberikan izin serta dukungannya bagi penulis untuk mengadakan penelitian.
9. Siswa-siswi Kelas X dan keluarga besar MAN Gondangrejo Karanganyar atas
(10)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
10. Ibu (Almarhumah) dan Bapak (Almarhum) serta ibu asuh kak Rai tersayang yang senantiasa mendoakan yang terbaik serta memberikan kasih sayang. 11. Keluarga Besar di Riau atas cinta, dukungan dan doanya.
12. Sahabat-sahabatku atas persahabatan dan kebersamaannya serta dukungannya.
13. Seluruh Teman-teman Kimia Angkatan 2003 atas segala dukungannya.
14. Teman-teman dan adik-adik kos yang selalu memberikan supportnya.
15. Semua pihak yang belum dapat penulis sebutkan yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari tidak ada kemutlakan bagi kebenaran yang datangnya dari manusia. Serta penulis menyadari penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna penyempurnaan penulisan lebih lanjut.
Mudah-mudahan skripsi ini dapat memberi manfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Agustus 2009
(11)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PENGAJUAN... ii
HALAMAN PERSETUJUAN... iii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
HALAMAN ABSTRAK... v
HALAMAN MOTTO... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN... viii
KATA PENGANTAR... ix
DAFTAR ISI... xi
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR GAMBAR... xiv
DAFTAR LAMPIRAN... xvi
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 3 C. Pembatasan Masalah... 4 D. Perumusan Masalah... 4 E. Tujuan Penelitian... 4 F. Manfaat Penelitian... 5 BAB II LANDASAN TEORI... 6
A. Tinjauan Pustaka... 6 1. Efektivitas ... 6 2. Belajar dan Pembelajaran... 7
3. Metode Pembelajaran Team Games Tournament (TGT)... 9
4. Metode Ceramah Bervariasi... 12 5. Prestasi Belajar... 13 6. Materi Ikatan Kimia... 14 B. Kerangka Berpikir... 28 C. Hipotesis Tindakan... 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 30
A. Tempat dan Waktu Penelitian...
30 1. Tempat Penelitian ...
2. Waktu Penelitian ...
30 30
(12)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
B. Metode Penelitian...
30 1. Rancangan Penelitian ...
2. Prosedur Penelitian ...
30 31 C. Populasi dan Sampel...
32 1. Populasi ...
32 2. Sampel...
32 D. Variabel Penelitian ...
32 1. Variabel Terikat...
32 2. Variabel Bebas...
32 E. Teknik Pengumpulan Data ...
33 F. Instrumen Penelitian...
33 1. Penilaian Kognitif...
33 2. Penilaian Afektif...
36 G. Teknik Analisis Data...
38 BAB IV HASIL PENELITIAN ... 41
A. Deskripsi Data ...
41 1. Penilaian Hasil Belajar Aspek Kognitif ...
2. Penilaian Hasil Belajar Aspek Afektif ...
41 42 B. Uji Persyaratan Analisis... 43
1. Uji Normalitas ... 2. Uji Homogenitas ...
44 44 C. Pengujian Hipotesis... 45
1. Uji Hipotesis Selisih Nilai Kognitif Kelas Eksperimen TGT (Teams Games Tournament)
dan Kelas Kontrol …………... 45 2. Uji Hipotesis Selisih Nilai Afektif Kelas
Eksperimen TGT (Teams Games Tournament)
dan Kelas Kontrol …………... 46 D. Pembahasan...
46
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN... 50
A. Simpulan...
50 B. Implikasi...
50 C. Saran...
50 DAFTAR PUSTAKA... 51 LAMPIRAN... 56
(13)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1 : Perbedaan Molekul Polar dengan Molekul Non Polar 24
Tabel 2 : Perbedaan Antara Senyawa Ion dan Seyawa Kovalen 26
Tabel 3 : Rancangan Penelitian Randomized Control – Group
Pretest – Postest Design ……… 32
Tabel 4 : Skor Penilaian Afektif ………... 38
Tabel 5 : Rangkuman Deskripsi Data Penelitian ……….. 43
Tabel 6 : Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Siswa
Kelas Eksperimen TGT ... 44 Tabel 7 : Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Kognitif Siswa
Kelas Kontrol ... 44 Tabel 8 : Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Afektif Siswa Kelas
Eksperimen TGT ... 46 Tabel 9 : Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Afektif Siswa Kelas
Kontrol ... 46
Tabel 10 : Ringkasan Hasil Uji Normalitas Selisih Nilai Kognitif 48
Tabel 11 : Ringkasan Hasil Uji Normalitas Selisih Nilai Afektif 48
Tabel 12 : Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Selisih Nilai
Kognitif ... 48
Tabel 13 : Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Selisih Nilai Afektif 49
Tabel 14 : Hasil Perhitungan Uji-t Pihak Kanan Selisih Nilai
Kognitif Kelas Eksperimen TGT dan Kelas Kontrol .... 49
Tabel 15 : Hasil Perhitungan Uji-t Pihak Kanan Selisih Nilai
(14)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 1 : Bagan Penempatan Siswa dalam Meja Turnament
Untuk Tiga Tim... 11
Gambar 2 : Contoh Senyawa pada NH3 yang Menggunakan Pasangan Elektron Bersama untuk Mencapai Kestabilan... 16
Gambar 3 : Lambang Lewis He dan Ar... 16
Gambar 4 : Struktur Lewis dari H2O... 17
Gambar 5 : Struktur Lewis dari LiF... 17
Gambar 6 : Pembentukan senyawa NaCl... 20
Gambar 7 : Pembentukan senyawa MgCl2... 20
Gambar 8 : Proses Pembentukan Ikatan Kovalen pada Cl2 ... 20
Gambar 9 : Proses Pembentukan Ikatan Kovalen pada H2O... 21
Gambar 10 : Proses Pembentukan Ikatan Kovalen pada CH4... 21
Gambar 11 : Proses Pembentukan Ikatan Kovalen Tunggal pada H2 21 Gambar 12 : Proses Pembentukan Ikatan Kovalen Rangkap Dua pada O2... 22
Gambar 13 : Proses Pembentukan Ikatan Kovalen Rangkap Dua pada CO2... 22
Gambar 14 : Proses Pembentukan Ikatan Kovalen Rangkap Tiga pada N2... 22
Gambar 15 : PEI dan PEB pada HCl... 23
Gambar 16 : Molekul Polar pada H2O... 23
Gambar 17 Molekul Nonpolar pada CO2... 23
Gambar 18 : Pembentukan Ikatan Kovalen Koordinasi pada SO3.... 24
Gambar 19 : Jenis Ikatan pada SO3... 27
Gambar 20 : Jenis Ikatan pada NaOH... 27
Gambar 21 : Jenis Ikatan pada Na2CO3... 28
(15)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Gambar 23 Histogram Selisih Nilai Kognitif Siswa Kelas
Eksperimen TGT ... 44
Gambar 24 : Histogram Selisih Nilai Kognitif Siswa Kelas kontrol 45
Gambar 25 : Histogram Selisih Nilai Kognitif Siswa Kelas
Eksperimen TGT dan Kelas Kontrol ... 45
Gambar 26 : Histogram Selisih Nilai Afektif Siswa Kelas
Eksperimen TGT ... 46
Gambar 27 : Histogram Selisih Nilai Afektif Siswa Kelas Kontrol 47
Gambar 28 : Histogram Selisih Nilai Afektif Siswa Kelas
(16)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
halaman Lampiran 1 : Silabus... 56
Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 58
Lampiran 3 : Kisi-kisi Instrumen Kognitif... 79 Lampiran 4 : Indikator Aspek Afektif Materi Pokok Ikatan
Kimia ... 91
Lampiran 5 : Instrumen Penilaian Aspek Afektif Materi
Pokok Ikatan Kimia ... 92
Lampiran 6 : Indikator Respon Siswa Terhadap
Pembelajaran ………. 95
Lampiran 7 : Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran 96
Lampiran 8 : Hasil Uji Validitas, Reliabilitas, Daya
Pembeda dan Kesukaran Soal Penilaian
Kognitif ... 97 Lampiran 9 : Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Penilaian
Afektif ………... 99
Lampiran 10 Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen ………. 101
Lampiran 11 : Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol ... 102
Lampiran 12 : Data Induk Kelas Eksperimen (TGT) XB ……. 102
Lampiran 13 : Data Induk Kelas Kontrol XA ……… 104
Lampiran 14 : Uji Normalitas Nilai Pretest Kognititf Kelas
Eksperimen (TGT) ... 105 Lampiran 15 : Uji Normalitas Nilai Pretest Kognititf Kelas
Kontrol ... ... 106 Lampiran 16 : Uji Normalitas Nilai Postest Kognititf Kelas
Eksperimen (TGT)... 107 Lampiran 17 : Uji Normalitas Nilai Postest Kognititf Kelas
Kontrol ... ... 108
(17)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Lampiran 18 : Uji Normalitas Selisih Nilai Kognititf Kelas
Eksperimen (TGT) ... 109
Lampiran 19 : Uji Normalitas Selisih Nilai Kognititf Kelas Kontrol ... 110
Lampiran 20 : Uji Normalitas Nilai Pretest Afektif Kelas Eksperimen (TGT) ... 111
Lampiran 21 : Uji Normalitas Nilai Pretest Afektif Kelas Kontrol ... 112
Lampiran 22 : Uji Normalitas Nilai Postest Afektif Kelas Eksperimen (TGT) ... 113
Lampiran 23 : Uji Normalitas Nilai Postest Afektif Kelas Kontrol ... 114
Lampiran 24 : Uji Normalitas Selisih Nilai Afektif Kelas Eksperimen (TGT) ... 115
Lampiran 25 : Uji Normalitas Selisih Nilai Afektif Kelas Kontrol ... 116
Lampiran 26 : Uji Homogenitas ... 117
A. Uji Homogenitas Nilai Pretest Kognitif... 117
B. Uji Homogenitas Nilai Postest Kognitif... 118
C. Uji Homogenitas Nilai Kognitif... 119
D. Uji Homogenitas Nilai Pretest Afektif ... 120
E. Uji Homogenitas Nilai Postest Afektif ... 121
F. Uji Homogenitas Nilai Afektif ... 122
Lampiran 27 : Uji-t Pihak Kanan (Kognitif) ... 123
Lampiran 28 : Uji-t Pihak Kanan (Afektif) ... 124
Lampiran 29 : Soal TGT (Game 1) ... ... 125
Lampiran 30 : Soal TGT (Game 2) ... ... 132
Lampiran 31 : Kunci Jawaban Soal TGT ... 138
Lampiran 32 : Lembar Nilai Permainan ... 139
Lampiran 33 : Lembar Rangkuman Kelompok ... 140
(18)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
Lampiran 35 : Hasil Respon Siswa Terhadap Pembelajaran
Team Games Tournament (TGT) pada Materi
Pokok Ikatan Kimia... 143
(19)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka mewujudkan masyarakat Indonesia yang mampu bersaing di era globalisasi, diperlukan perbaikan sistem diberbagai bidang. Salah satu yang memegang peranan penting adalah bidang pendidikan. Upaya peningkatan kualitas pendidikan ini meliputi banyak aspek diantaranya program kejar paket A, peningkatan wajib belajar, sistem belajar jarak jauh, dan lain-lain (Nana Sudjana, 1996: 5). Adapun kurikulum pendidikan Indonesia yang saat ini sedang diterapkan dan dikembangkan oleh pemerintah adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai pengembangan dari kurikulum 2004. prinsip yang digunakan dalam pengembangan KTSP adalah berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik serta lingkungannya. Sehingga dalam proses pembelajarannya lebih terpusat pada siswa (student
centered), bukan lagi didominasi oleh guru (teacher centered).
Pelajaran kimia adalah mata pelajaran wajib Sekolah Menengah Atas (SMA). Bagi siswa SMA, khususnya siswa yang baru mengenal mata pelajaran ini, menganggap pelajaran kimia merupakan pelajaran yang sulit sehingga siswa merasa kurang mampu mempelajarinya. Menurut Mulyati Arifin (1995: 220-221), kesulitan siswa dalam mempelajari ilmu kimia dapat bersumber pada :
1. Kesulitan dalam memahami istilah, kesulitan ini timbul karena kebanyakan siswa hanya hafal akan istilah dan tidak memahami dengan benar maksud dari istilah yang sering digunakan dalam pengajaran kimia.
2. Kesulitan dengan angka. Sering dijumpai siswa yang kurang memahami rumusan perhitungan kimia, hal ini disebabkan karena siswa tidak mengetahui dasar-dasar matematika dengan baik.
3. Kesulitan dalam memahami konsep kimia. Kebanyakan konsep-konsep dalam
(20)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
sehingga untuk mengatasi hal tersebut, konsep perlu ditunjukkan dalam bentuk yang lebih konkret, misalnya dengan percobaan atau media tertentu.
Keberhasilan siswa dalam menangkap pelajaran juga dipengaruhi oleh banyak faktor, baik dari dalam maupun dari luar diri siswa. Misalnya, kesehatan, intelegensi, minat, motif, ekonomi keluarga, metode mengajar dan lain-lain. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu berinovasi dalam menyajikan materi ajarnya baik pada metode maupun media pembelajaran yang digunakan. Metode mengajar sangat berperan menentukan prestasi belajar siswa. Metode mengajar yang baik harus disesuaikan dengan sifat materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan pada siswa. Media pembelajaran juga punya pengaruh dalam menentukan capaian prestasi belajar siswa.
MAN Gondangrejo Karanganyar merupakan sekolah dengan fasilitas media audiovisual yang belum lengkap. Pemilihan metode pembelajarannya harus dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam kelas. Salah satu pilihan strategi pembelajaran yang tepat guna meningkatkan partisipasi siswa di dalam kelas yaitu
di antaranya melalui Cooperative Learning. Dalam belajar kooperatif
(Cooperative Learning), kooperasi berarti bekerja bersama untuk menyelesaikan
suatu tujuan. Dalam kegiatan kooperatif, sesorang mencari hasil yang menguntungkan bagi dirinya dan menguntungkan pula bagi seluruh anggota kelompok. Belajar kooperatif adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri dan juga anggota yang lain (Sri Anitah W., 2007: 67).
Metode pembelajaran TGT (Team Games Tournament) yang merupakan salah satu metode dalam pembelajaraan Cooperative Learning memungkinkan terjadinya hubungan multiarah yaitu hubungan antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa lain di dalam kelompoknya sehingga dengan adanya interaksi ini dapat membantu siswa dalam memahami materi yang diberikan. Metode pembelajaran TGT ini sesuai diterapkan pada siswa sekolah menengah yang merupakan anak didik usia remaja yang memiliki kecenderungan suka berkelompok dan memiliki kebutuhan akan aktualisasi diri yang tinggi, karena dalam model pembelajaran TGT ini siswa memiliki kesempatan untuk bekerja
(21)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
secara berkelompok dan siswa dari semua tingkatan kemampuan awal memiliki kesempatan yang sama untuk dapat menyumbangkan nilai maksimum bagi timnya. Selain itu, dalam pembelajaran dengan metode TGT ini latihan-latihan soal yang diberikan dikemas dalam bentuk games yang dikompetisikan antar kelompok sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar agar dapat menyumbangkan nilai yang maksimal bagi kelompoknya sehingga kelompoknya dapat memenangkan turnamen.
Ikatan kimia adalah materi yang berisikan gambaran abstrak tentang ikatan-ikatan yang terjadi pada senyawa, bentuk-bentuk senyawa hingga sifat-sifat
senyawa ion maupun kovalen. Metode TGT (Team Games Tournament) ini akan
membantu siswa merasa tertarik untuk belajar memahami konsep dan memberi kelonggaran waktu bagi siswa untuk berfikir menanggapi serta membantu temannya.
Berdasarkan uraian diatas maka efektivitas penggunaan metode pembelajaran TGT (Team Games Tournament) terhadap prestasi belajar siswa perlu diteliti, khususnya untuk materi pokok ikatan kimia.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1. Metode mengajar manakah yang efektif dan efisien dalam pengajaran kimia pada materi pokok ikatan kimia?
2. Apakah penggunaan metode pembelajaran TGT (Team Games Tournament) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok ikatan kimia? 3. Apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diajar dengan
metode pembelajaran TGT (Team Games Tournament) dengan siswa yang diajar dengan metode pembelajaran ceramah bervariasi pada materi pokok ikatan kimia?
(22)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
4. Bagaimana tingkat efektivitas penggunaan metode pembelajaran TGT (Team
Games Tournament) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi
pokok ikatan kimia?
C. Pembatasan Masalah
Agar dalam pembahasan permasalahan-permasalahan dapat lebih mendalam dan tidak terlalu luas cakupannya maka di sini dibatasi permasalahan-permasalahan tersebut perlu dibatasi. Adapun batasan permasalahan-permasalahan sebagai berikut:
1. Metode pengajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah TGT
(Team Games Tournament).
2. Kemampuan yang diteliti adalah kemampuan kognitif dan afektif siswa pada materi pokok ikatan kimia.
3. Materi yang diambil dalam melakukan pembelajaran adalah ikatan kimia yang merupakan materi pelajaran Kimia SMA kelas X semester 1.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : ”Apakah metode pembelajaran TGT (Team Games Tournament) lebih efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pokok ikatan kimia untuk siswa kelas X MAN Gondangrejo Karanganyar tahun pelajaran 2008/2009 ? ”.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan metode pembelajaran TGT
(Team Games Tournament) terhadap prestasi belajar pada materi pokok ikatan
kimia untuk siswa kelas X MAN Gondangrejo Karanganyar tahun pelajaran 2008/2009.
(23)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk memberikan : 1. Informasi mengenai penerapan pembelajaran melalui TGT (Team Games
Tournament) terhadap prestasi belajar pada materi pokok ikatan kimia
2. Bantuan kepada siswa sebagai usaha peningkatan prestasi belajar kimia khususnya materi pokok ikatan kimia.
3. Sumbangan berupa pemikiran alternatif tentang metode pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
4. Bahan referensi bagi semua pihak yang akan melakukan penelitian lebih lanjut.
(24)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Efektivitas
Menurut Margono (2001 : 3) “Efektif berarti semua potensi dapat dimanfaatkan dan semua tujuan dapat dicapai”. Sedangkan menurut Roestiyah N.K (2001 : 12) “Efektif menunjukkan pada sesuatu yang mampu memberikan dorongan atau bantuan dalam mencapai suatu tujuan”. Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa efektif adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan.
Efektivitas pembelajaran didefinisikan sebagai kesanggupan menimbulkan perubahan-perubahan yang diinginkan pada kemampuan dan persepsi siswa. (Popham dan Baker, 1992 : 9)., sedangkan pengajaran dikatakan efektif apabila pengajaran itu dapat memberikan pengetahuan yang otentik kepada siswa, suatu pengetahuan yang lama dan siswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Roestiyah N.K (2001 : 37-41) ada beberapa syarat yang diperlukan untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif, antara lain :
1. Belajar secara aktif, baik mental maupun fisik. Didalam belajar anak harus mengalami aktifitas mental misalnya siswa dapat mengembangkan kemampuan intelektualnya, kemampuan berpikir kritis, juga mengalami aktivitas jasmani seperti mengerjakan sesuatu.
2. Guru harus mempergunakan banyak metode mengajar. Variasi metode
mengakibatkan penyajian bahan pelajaran lebih menarik perhatian anak, mudah diterima anak dan kelas menjadi hidup. Metode penyajian yang selalu sama akan membosankan bagi anak.
3. motivasi. Hal ini sangat berperan pada kemajuan perkembangan anak selanjutnya melalui proses belajar. Bila motivasi dari guru tepat sasaran, akan
(25)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
meningkatkan kegiatan anak belajar. Dengan tujuan jelas, anak akan belajar lebih giat, lebih tekun dan bersemangat.
4. guru perlu mempertimbangkan pada perbedaan individual. Guru tidak cukup hanya merencanakan pembelajaran klasikal karena masing-masing siswa mempunyai perbedaan dalam berbagai segi.
5. Guru akan mengajar efektif bila selalu membuat perencanaan sebelum mengajar.
Menurut Medley dalam Soekarwati (1995 : 39) dalam pengajaran, guru dituntut harus memiliki pengetahuan bidang studi yang cukup, mengetahui cara mengajar yang efektif dan efisien, memiliki sikap yang terbuka agar proses belajar mengajar berlangsung pada diri siswa serta dapat mengatur kondisi ruang kelas dan mengambil keputusan yang bijaksana.
Efektivitas pembelajaran dalam penelitian dapat diukur dengan menggunakan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok yang dibandingkan ini harus dalam kondisi yang sama tetapi diberi perlakuan berbeda. Dengan memperhatikan perbedaan hasil belajar maka dapat diketahui efektivitas perlakuan tersebut. Perlakuan akan dikatakan efektif bila hasil kelompok eksperimen lebih baik dari kelompok kontrol.
2. Belajar dan Pembelajaran
Kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar adalah kegiatan primer dalam kegiatan belajar pembelajaran tersebut, sedangkan pembelajaran merupakan kegiatan sekunder yang diupayakan untuk dapat tercapainya kegiatan belajar yang optimal.
a. Belajar
Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu.
Ada banyak definisi yang hubungannya dengan belajar, diantaranya : 1). Menurut Gagne, ada dua definisi yaitu belajar merupakan suatu proses untuk
(26)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
laku; belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang diperoleh dari instruksi (Slameto, 1995: 13).
2) Menurut teori konstruktivisme, belajar adalah kegiatan yang aktif di mana si subjek belajar membangun sendiri pengetahuannya, subyek belajar juga mencari sendiri makna dari sesuatu yang mereka pelajari (Sardiman, 2001 : 37).
Dari definisi belajar yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, proses memperoleh penguasaan pengetahuan dan ketrampilan serta motivasi dari hasil pengalaman maupun hasil interaksi dengan lingkungan.
b. Pembelajaran
Beberapa definisi yang berhubungan dengan pembelajaran yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain:
1) Menurut Alvin W. Howard, pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan ketrampilan, sikap, cita-cita, penghargaan dan pengetahuan (Slameto, 1995: 32).
2) Menurut Sardiman (2007: 14), menyebutkan bahwa proses belajar mengajar merupakan proses interaksi antara dua unsur manusiawi, yaitu siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar dengan siswa sebagai subyek pokok.
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari pengajar untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan pengetahuan, ketrampilan dan tingkah laku pada diri pebelajar. Ciri-ciri interaksi belajar mengajar yaitu memiliki tujuan, ada suatu prosedur yang direncana, ditandai suatu penggarapan materi secara khusus, ditandai suatu aktivitas, ada guru sebagai pembimbing, membutuhkan disiplin dan ada batas waktu untuk pencapaian tujuan serta ada penilaian (Edi Suardi dalam Sardiman, 2007 :15-17).
(27)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
3. Metode Pembelajaran Team Games Tournament (TGT)
Sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem ”pembelajaran gotong royong” atau cooperative learning. Dalam sistem ini, guru bertindak sebagai fasilitator (Anita Lie, 2002:12). Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap
Cooperative Learning.Ada lima unsur pembelajaran Cooperative Learning harus
diterapkan, yaitu :
a. Saling ketergantungan positif.
Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggota kelompoknya. Setiap anggota kelompok diberi tugas yang berlainan, kemudian saling bertukar informasi. Dengan cara ini, setiap anggota kelompok akan merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar kelompoknya berhasil.
b. Tanggung jawab perseorangan
Setiap anggota kelompok harus bertanggung jawab menyelesaikan tugasnya agar tugas selanjutnya dalam kelompok dapat dilaksanakan.
c. Tatap muka
Setiap anggota kelompok bertemu dan berdiskusi. Inti dari kegiatan ini adalah saling menghargai perbedaan dan memanfaatkan kelebihan serta mengisi kekurangan dari masing-masing anggota kelompok.
d. Komunikasi antar anggota
Keberhasilan kelompok juga ditentukan oleh kesediaan setiap anggota kelompok untuk saling mendengarkan dan mengutarakan pendapat mereka.
e. Evaluasi proses kelompok
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam setiap anggota kelompok dapat bekerja sama dengan baik.
Beberapa metode dalam pembelajaran kooperatif diantaranya :
a. Student Teams Achievement Divisions (STAD)
b. Teams Games Tournament (TGT)
c. Group Investigation (GI)
(28)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Dalam penelitian ini digunakan salah satu metode pembelajaran kooperatif tipe TGT. Menurut Slavin (2008 : 166), dalam pembelajaran metode
TGT terdapat empat komponen utama, yaitu: a. Presentasi kelas/ pengamatan Langsung.
Presentasi kelas digunakan guru untuk memperkenalkan pembelajaran kooperatif metode TGT, membagi kelompok sesuai dengan nilai siswa pada materi sebelumnya serta menyebutkan konsep-konsep yang harus dipelajari, memberikan cerita singkat untuk pendahuluan mengenai materi yang akan diajarkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga lebih menarik perhatian siswa untuk mendalami materi.
Selama kegiatan kelompok berlangsung masing-masing siswa bertugas untuk mempelajari materi yang telah disajikan guru, dan saling membantu apabila ada teman sekelompoknya belum mengusai materi pelajaran tersebut. Disini guru juga menekankan bahwa apabila siswa mempunyai suatu permasalahan, sebaiknya ditanyakan terlebih dahulu pada anggota kelompoknya, jika tidak mampu baru ditanyakan pada guru.
b. Belajar Tim
Tim terdiri dari 4 siswa anggota kelas dengan kemampuan yang berbeda. Anggota mewakili kelompok yang ada dikelas dalam hal kemampuan akademik dan jenis kelamin. Kegiatan tim umumnya adalah diskusi antar anggota, saling membandingkan jawaban, memeriksa dan mengoreksi kesalahan konsep anggota kelompok. Tim merupakan komponen terpenting dalam pembelajaran kooperatif model TGT. Tekanannya terletak pada anggota tim dalam melakukan sesuatu yang terbaik untuk timnya dan dalam memberikan dorongan untuk meningkatkan kemampuan akademik anggotanya selama belajar. Tim juga memberikan perhatian dan penghargaan yang sama terhadap setiap anggota, sehingga timbul rasa saling dihargai bagi setiap anggotanya.
Dalam penelitian ini setiap tim beranggotakan 4 siswa yang terdiri dari 1 siswa pandai, 2 siswa sedang, dan 1 siswa kurang pandai. Selain itu dalam penempatan tim memperhatikan juga perbedaan jenis kelamin. Diperhatikan pula untuk tidak membebaskan siswa memilih timnya sendiri. Disini guru langsung
(29)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
mengelompokkan siswa menjadi 8 kelompok yang masing-masing kelompok beranggotakan 4 siswa yang terdiri dari siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah serta memperhatikan jenis kelamin pula.
c. Turnamen atau pertandingan
Turnamen didesain untuk menguji pengetahuan yang dicapai oleh siswa dan biasanya disusun dalm pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan materi dalam presentasi kelas dan latihan-latihan lain. Permainan dilakukan oleh 8 siswa yang berkemampuan sama dan masing-masing merupakan wakil dari tim yang berbeda. Kelengkapan permaianan berupa kartu soal dan kunci jawaban yang bernomor. Seorang siswa mengambil kartu bernomor, membaca pertanyaan atau soal dan berusaha menjawab pertanyaan atau soal tersebut. Siswa lain diperbolehkan menantang apabila mempunyai jawaban yang berbeda.
Selanjtnya, dalam turnamen 8 siswa yang setara yang mewakili tim yang berbeda akan bersaing. Persaingan setara ini memungkinkan siswa dari semua tingkatan kemampuan awal menyumbangkan nilai maksimum bagi timnya. Setelah turnamen selesai, guru melakukan penilaian dari masing-masing kelompok turnament. Dan selanjutnya mengakumulasi nilai masing-masing kelompok.
Tim A
Gambar 1. Bagan penempatan siswa dalam meja turnamen untuk tiga tim
d. Penghargaan Tim
Tim-tim yang berhasil mendapatkan nilai tertinggi diberi penghargaan oleh guru. Penghargaan ini ucapan selamat yang ditempel di papan pengumuman
Meja Turnamen 1
A1 B1 C1
Meja Turnamen 2
A2 B2 C2
Meja Turnamen 4
A4 B4 C4
Meja Turnamen 3
A3 B3 C3 AI
Tinggi
A3 Sedang
A4 Rendah A2
(30)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
kelas dan juga hadiah berupa bingkisan yang diberikan pada kelompok yang menang.
Cooperative Learning merupakan salah satu alternatif metode
pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Menurut Margaree S. C dan Emma M. O (1993 : 7) ” As Alternative classroom strategies, cooperative learning methodes appear to be more effective than traditional
methods in increasing the achievement of students from at-risk situations ”.
4. Metode Ceramah Bervariasi
Ceramah merupakan metode pembelajaran yang sangat sederhana sehingga paling banyak digunakan. Ceramah murni cenderung pada bentuk komunikasi satu arah (W. Gulo 2004 : 137). Situasi yang menunjang pelaksanaan teknik berceramah perlu diperhatikan. Pertama penyediaan buku yang berisi bahan atau masalah yang akan dipelajari. Kedua, jumlah siswa dan ketiga, kemampuan berbicara seorang guru (Roestiyah N. K 2008 : 137)
Menurut W. Gulo (2004 : 138 – 142), keunggulan metode ceramah adalah sebagai berikut :
a. Hemat dalam penggunaan waktu dan alat.
b. Mampu membangkitkan minat dan antusias siswa.
c. Membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan mendengarnya.
d. Merangsang kemampuan siswa untuk mencari informasi dari berbagai sumber.
e. Mampu menyampaikan pengetahuan yang belum pernah diketahui siswa.
Disamping keunggulan-keungggulan terssebut diatas, terdapat pula kelemahan-kelemahan yang membatasi kemampuan ceramah itu sendiri. Kelemahan-kelemahan tersebut sebagai berikut :
a. Ceramah cenderung pada pola strategis ekspositorik yang berpusat pada guru.
b. Metode ceramah cenderung menempatkan posisi siswa sebagai pendengar dan
pencatat.
c. Keterbatasan kemampuan pada tingkat rendah.
d. Proses ceramah berlangsung menurut kecepatan bicara dan logat bahasa yang dipakai oleh guru.
(31)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Strategi ceramah bervariasi merupakan upaya meningkatkan pengajaran dengan metode ceramah yaitu dengan memanfaatkan keunggulannya dan mengupayakan mengatasi kelemahan-kelemahannya. Ceramah sebagai metode utamanya dan digunakan juga metode lain dalam mencapai tujuan pengajaran misalnya dengan variasi metode, media, penampilan dan bahan sajian.
Dalam hal ini penulis menggunakan ceramah bervariasi metode yaitu mnggunakan ceramah sebagai metode utamanya dan metode tanya jawab sebagai variasinya.
5. Prestasi Belajar
Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda “prestatie”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dsb). Sedangkan prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru (Depdiknas, 2002 : 895). Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar seseorang diperoleh setelah seseorang melakukan aktivitas belajar baik secara individu maupun kelompok. Dengan kata lain prestasi belajar merupakan hasil dari perubahan tingkah laku pada kegiatan belajar siswa yang dinyatakan dengan angka.
Prestasi belajar tidak hanya dipengaruhi oleh faktor kecerdasan (intelegensia) siswa saja tapi juga faktor-faktor lain. Faktor-faktor tersebut secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu :
a. Faktor intern yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri, misalnya faktor intelegensia, motivasi, minat, fisik dan faktor-faktor lainnya. b. Faktor ekstern yaitu faktor yang berada diluar individu, misalnya lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Prestasi belajar juga memiliki fungsi yang penting dalam pembelajaran. Adapun fungsi dari prestasi belajar adalah :
a. Indikator kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa. b. Lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
(32)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
c. Bahan informasi dalam inovasi pendidikan, karena prestasi belajar dapat dijadikan sebagi pendorong bagi siswa dalam meningkatkan kualitas mutu pendidikan.
d. Indikator intern dan ekstern dari suatu instansi pendidikan, indikator intern yang dimaksud adalah prestasi belajar dapat dijadikan sebagai tolak ukur tingkat produktivitas sedangkan indikator ekstern dijadikan sebagai tolak ukur tingkat kesuksesan siswa.
e. Untuk mengetahui daya serap siswa dalam proses belajar siswa yang diprogramkan kurikulum.
6. Materi Ikatan Kimia
Atom-atom pada umumnya tidak ditemukan dalam keadaan bebas (kecuali pada temperatur tinggi), melainkan sebagai suatu kelompok atom-atom atau sebagai molekul, adalah petunjuk bahwa, secara energi, kelompok atom-atom atau molekul itu merupakan keadaan yang lebih stabil dan pada atom-atom dalam keadaan bebas. Dua atom dapat berantaraksi dan membentuk molekul. Antaraksi ini selalu disertai dengan pengeluaran energi. Gaya-gaya yang menahan atom-atom dalam molekul disebut ikatan. Ikatan ini merupakan ikatan kimia, apabila antaraksi atom itu menyangkut pengeluaran energi lebih dari 42 kJ per-mol atom. Dalam hal ini akan terbentuk zat baru dengan sifat-sifat yang khas. Pengetahuan tentang ikatan ini adalah penting sekali dalam hubungannya dengan struktur molekul dan sifat-sifat yang lain (Hiskia Achmad dan M.S. Tupamahu, 1988: 66).
a. Konfigurasi Elektron Golongan Gas Mulia
Atom-atom di alam hanya atom gas mulia yang stabil. Dalam proses penggabungan atom-atom yang mengalami perubahan adalah elektronnya. Kestabilan suatu atom ditentukan oleh kofigurasi elektron.
2He : 2 18Ne : 2 8 18Ar : 2 8 8 36Kr : 2 8 18 8 54Xe : 2 8 18 18 8
(33)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
b. Konsep Kestabilan Atom
Atom sukar bereaksi karena suatu atom dalam keadaan stabil. Kestabilan atom ditentukan oleh struktur elektron valensi. Menurut Kossel dan Lewis menyebutkan bahwa atom stabil memiliki elektron valensi : 2 elektron (duplet) atau 8 elektron (oktet). Atom yang tidak stabil mempunyai elektron valensi belum terisi penuh 8 elektron. Atom yang belum stabil akan mencapai kestabilan dengan cara :
1) Membentuk Ion
Dalam membentuk ion suatu atom akan melepas atau menangkap elektron.
a) Melepas Elektron
Pada unsur yang mudah melepaskan elektron (mudah membentuk ion positif) mempunyai energi ionisasi rendah, misal : unsur golongan IA, IIA dan IIIA.
Contoh : 11 Na (g) à Na+(g) + e (2, 8, 1) (2, 8)
12 Mg (g) à Mg2+(g) + 2e
-(2, 8, 2) (2, 8)
b) Menangkap Elektron
Pada unsur yang mudah menangkap elektron (mudah membentuk ion negatif) mempunyai afinitas elektron yang besar, misal : unsur golongan VA, VIA dan VIIA
Contoh : 17 Cl (g) + e- à Cl-(g) (2, 8, 7) (2, 8, 8) 16 S (g) + 2e- à S2-(g)
(2, 8, 6) (2, 8, 8)
Atom unsur yang memiliki elektron valensi 1, 2 dan 3 dapat melepas elektron valensi untuk menjadi stabil. Sedangkan atom unsur yang memiliki elektron valensi 5, 6 dan 7 cenderung menangkap elektron untuk menjadi stabil.
(34)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2) Menggunakan Pasangan Elektron Bersama
Unsur yang memiliki energi ionisasi tinggi, sukar melepas elektron (sukar membentuk ion positif). Unsur yang memiliki afinitas elektron rendah, sukar menangkap elektron (sukar membentuk ion negatif). Maka unsur-unsur tersebut cenderung membentuk pasangan elektron yang dipakai bersama. Pasangan elektron bisa berasal kedua atom yang bergabung maupun dari salah satu atom yang bergabung. Untuk atom H menambah satu elektron supaya kulit K penuh berisi 2 elektron(Unggul Sudarmo, 2006 : 40-41).
Contoh
Gambar 2. Contoh Senyawa pada NH3 yang Menggunakan Pasangan
Elektron Bersama untuk Mencapai Kestabilan
c. Lambang Lewis dan Struktur Lewis
Untuk menggambarkan pembentukan ikatan kimia secara sederhana dapat digunakan lambang Lewis dan struktur Lewis.
1) Lambang Lewis
Lambang Lewis adalah lambang unsur yang dikelilingi sejumlah titik yang melambangkan elektron valensinya (Brady, 1994: 272). Berikut ini beberapa contoh dari lambang Lewis :
2He : 2 à Lambang Lewis :
18Ar : 2 8 8 à Lambang Lewis :
Gambar 3. Lambang Lewis He dan Ar
(Parning dkk, 2003: 62)
2) Struktur Lewis
Strukutr Lewis adalah kombinasi lambang Lewis yang menggambarkan perpindahan atau penggunaan bersama pasangan elektron dalam ikatan kimia.
He
Ar
N x H
x x
x x
+ 3 xNxx x x
H H
(35)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Rumus yang dirancang bangun dengan menggunakan lambang Lewis disebut struktur Lewis atau rumus titik elektron. Rumus ini gunakan untuk menjelaskan ikatan kovalen, namun juga dapat digunakan untuk mendiagramkan apa yang terjadi apabila atom-atom bergabung membentuk senyawa ion. Berikut ini beberapa contoh dari struktur Lewis :
ü Struktur Lewis dari H2O
Konfigurasi elektron dari atom unsur H dan atom unsur O :
1H = 1 8O = 2 6
Terbentuknya struktur Lewis dari H2O yaitu tersusun dari dua atom unsur H dengan elektron valensi satu dan satu atom O dengan elektron valensi enam.
Gambar 4. Struktur Lewis dari H2O
ü StrukturLewis dari LiF
Konfigurasi elektron dari atom unsur H dan atom unsur O :
3Li = 2 1 9F = 2 7
Struktur Lewis yang yang terjadi apabila atom-atom bergabung membentuk senyawa ion, yaitu terbentuknya struktur Lewis dari LiF yang tersusun antara atom unsur Li dan F.
Gambar 5. Struktur Lewis dari LiF
Tanda kurung siku di sekitar fluor di ruas kanan digunakan untuk menyatakan bahwa keseluruhan empat pasanga lektron merupakan milik eksklusif ion flourida. Dengan satu elektron diserahterimakan dari lithium ke flour, kulit valensi lithium dikosongi dan ion fluorida berakhir dengan suatu lambang Lewis yang sama seperti lambang salah satu gas mulia (Brady, 1994: 273).
H
O
+ H O H
Struktur Lewis H2O
H
+
Li F Li+ F
(36)
-perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
d. Ikatan Ion
Ikatan ion adalah ikatan yang terjadi akibat perpindahan elektron dari satu atom ke atom yang lain. Terbentuk dari atom yang melepaskan elektron (logam) dengan atom yang menangkap elektron (bukan logam). Atom logam setelah melepas elektron menjadi ion positif sedangkan atom bukan logam akan bermuatan negatif. Ikatan ion terjadi karena adanya gaya tarik-menarik / gaya elektrostatis antara ion positif dan ion negatif. Senyawa yang terbentuk melalui ikatan ion disebut senyawa ionik Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa ikatan ion hanya dapat terjadi apabila atom unsur-unsur yang berikatan mempunyai perbedaan daya tarik elektron (keelektronegatifan) yang cukup besar. Perbedaan daya tarik elektron yang cukup besar memungkinkan terjadinya serah-terima elektron (Michael Purba, 2006: 146).
Ion positif terbentuk karena suatu atom melepaskan elektron. Atom yang cenderung melepaskan elektron membentuk ion positif adalah atom unsur logam. Oleh sebab itu, unsur logam disebut unsur elektropositif. Unsur logam cenderung memiliki energi ionisasi relatif kecil. Unsur logam golongan utama cenderung melepaskan elektron valensinya agar konfigurasi elektron valensinya sesuai dengan konfigurasi elektron gas mulia.
Contoh :
Logam golongan IA cenderung melepaskan 1 elektron. 11Na (g) melepaskan 1 elektron 11Na+(g) + e-
( 2 8 1 ) ( 2 8 )
ü Logam golongan IIA cenderung melepaskan 2 elektron.
20Ca (g) melepaskan 2 elektron 20Ca2+(g) + 2e- ( 2 8 2 ) ( 2 8 )
ü Logam golongan IIIA cenderung melepaskan 3 elektron.
13Al (g) melepaskan 3 elektron 13Al3+ (g) + 3e- ( 2 8 3 ) ( 2 8 )
(37)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Ion negatif terbentuk karena suatu atom menerima elektron. Atom yang cenderung menerima elektron adalah atom unsur nonlogam. Oleh sebab itu, unsur non logam disebut unsur elektronegatif dan mempunyai afinitas elektron yang besar. Secara umum banyaknya elektron yang diterima oleh unusr nonlogam adalah sebanyak kekurangaanya agar sesuai dengan konfigurasi elektron gas mulia terdekat.
Contoh :
ü Unsur golongan VIA, menerima 2 elektron
8O (g) + 2e- menerima 2 elektron 8O2- (g) ( 2 6 ) ( 2 8 )
ü Unsur golongan VIIA, menerima 1 elektron
17Cl (g) + e- menerima 1 elektron 17Cl- (g)
( 2 7 ) ( 2 8 )
(Parning, 2006: 63-64)
Untuk menentukan jenis ikatan yang akan dibentuk oleh suatu pasangan unsur dapat dilakukan dengan memperhatikan posisi unsur itu dalam sistem periodik. Sebagai contohnya unsur pada sisi sebelah kiri sistem periodik misalnya unsur golongan IA (contohnya Na), IIA (contohnya Ca) dan IIIA (contohnya Al) yang tergolong logam. Sebaliknya unsur-unsur yang terletak pada bagian kanan tergolong nonlogam, yaitu unsur-unsur yang cenderung menyerap elektron. Senyawa biner dari logam alkali dengan golongan halogen, seperti NaCl, NaBr, KI, LiF dan CsCl semuanya bersifat ionik. Senyawa dari logam alkali tanah juga bersifat ionik, kecuali beberapa senyawa dari Be (Michael Purba, 2004: 146).
Beberapa contoh senyawa yang berikatan ion :
ü Senyawa NaCl
Proses terbentuknya senyawa NaCl :
Atom unsur Na melepas 1 elektron membentuk ion positif. 11 Na (g) à Na+ (g) + e –
(38)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Atom unsur Cl menangkap 1 elektron membentuk ion negatif. 17 Cl (g) + e - à Cl – (g)
(2, 8, 7) (2, 8, 8)
Gambar 6. Pembentukan senyawa NaCl
(Unggul Sudarmo, 2006 : 42-43)
ü Senyawa MgCl2
Proses terbentuknya senyawa MgCl2 :
Atom unsur Mg melepas 2 elektron membentuk ion positif. 12 Mg (g) à Mg2+(g) + e –
(2, 8, 2) (2, 8)
Atom unsur Cl menangkap 1 elektron membentuk ion negatif. 17 Cl (g) + e - à Cl – (g)
(2, 8, 7) (2, 8, 8)
Gambar 7. Pembentukan Senyawa MgCl2
e. Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi akibat pemakaian pasangan elektron secara bersama oleh dua atom. Terjadi pada atom unsur non logam dengan atom unsur non logam. Beberapa contoh senyawa yang berikatan kovalen :
ü Senyawa Cl2
17 Cl = 2 8 7
Gambar 8. Proses Pembentukan Ikatan Kovalen pada Cl2
Na + Cl Na+ +
[
Cl]
NaCl
-Mg
Cl
+ Mg2++ 2
[
Cl]
MgCl2
-Cl
+
Cl Cl
2 Cl
(39)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
ü Senyawa H20
1 H = 1 16 O = 2 8 6
Gambar 9. Proses Pembentukan Ikatan Kovalen pada H2O
ü Senyawa CH4
6 C = 2 4 1 H = 1
Gambar 10. Proses Pembentukan Ikatan Kovalen pada CH4
(Brady, 1994: 275)
Berdasarkan jumlah ikatannya, ikatan kovalen dibagi menjadi dua yaitu ikatn kovalen tunggal dan ikatan kovalen rangkap.
1) Ikatan Kovalen Tunggal
Ikatan kovalen tunggal adalah ikatan kovalen yang hanya melibatkan sepasangelektron untuk berikatan. Salah satu contohnya yaitu pada senyawa H2.
Gambar 11. Proses Pembentukan Ikatan Kovalen Tunggal pada H2
2) Ikatan Kovalen Rangkap
Ikatan kovalen rangkap adalah ikatan kovalen yang melibatkan lebih dari sepasang elektron untuk berikatan. Ikatan kovalen rangkap dibedakan menjadi dua yaitu :
a) Ikatan Kovalen Rangkap Dua
Contoh senyawa yang memiliki ikatan kovalen rangkap dua yaitu : x
x
H
H + O
H
x x
O H
H H
O H2O
xC
x xx + 4 H
x
C
x x x H
H H
H H
H
H C H CH4
H
H H
(40)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
ü Senyawa O2
Gambar 12. Proses Pembentukan Ikatan Kovalen Rangkap Dua pada O2
ü Senyawa CO2
6 C = 2 4 8 O = 2 6
Gambar 13. Proses Pembentukan Ikatan Kovalen Rangkap Dua pada CO2
b) Ikatan Kovalen Rangkap Tiga
Contoh senyawa yang memiliki ikatan kovalen rangkap tiga yaitu :
ü Senyawa N2
7N = 2 5
Gambar 14. Proses Pembentukan Ikatan Kovalen Rangkap Tiga pada N2 (Brady, 1994: 273-276) Dalam pembentukan ikatan kovalen belum tentu semua elektron valensi digunakan untuk membentuk pasangan elektron bersama. Pasangan elektron yang digunakan bersama oleh dua atom yang berikatan disebut pasangan elektron ikatan (PEI), sedangkan pasangan elektron yang tidak digunakan bersama oleh
N + N N N N N N2
ikatan kovalen rangkap tiga
O + O O O2
ikatan kovalen rangkap dua
O O O
xCx x x
O O
+ O xxC O O C O CO2
ikatan kovalen rangkap dua x
(41)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
C
O O
O H
H
d- d+
d+
kedua atom disebut pasangan elektron bebas (PEB). Contoh pasangan elektron ikatan (PEI) dan pasangan elektron bebas (PEB) pada HCl berikut ini :
H x Cl
x x x x x x
PEI = 1
PEB = 3
Gambar 15. PEI dan PEB pada HCl
f. Senyawa Polar dan Non Polar
Ikatan kovalen disebut polar jika PEI tertarik lebih kuat ke salah satu atom. Kepolaran ikatan disebabkan oleh perbedaan keelektronegatifan zat yang berikatan. Makin besar selisih keelektronegatifan, maka semakin besar kepolaran ikatan (makin polar ikatannya). Contoh senyawa polar :
Gambar 16. Molekul Polar pada H2O
Senyawa H2O memiliki pasangan elektron bebas (PEB) pada atom pusatnya (O). Pasangan elektron akan lebih dekat ke arah atom O yang lebih elektronegatif. Atom yang mempunyai harga keelektronegatifan lebih besar akan menarik pasangan elektron lebih dekat padanya, sehingga atom tersebut menjadi lebih negatif dari pada atom yang kurang kuat gaya tariknya.
Contoh senyawa non polar :
Gambar 17. Molekul Non Polar pada CO2
Pada CO2 merupakan senyawa nonpolar karena pada atom pusatnya tidak memiliki pasangan elektron bebas (PEB) yang dapat menarik kuat salah satu
(42)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
pasangan elektron sehingga pasangan elektron ikatan tertarik sama kuat ke semua atom. Daya tarik atom yang sama kuat tidak menyebabkan terjadinya polarisasi. Tabel 1. Perbedaan Senyawa Polar dengan Senyawa Non Polar
Senyawa Polar Senyawa Non Polar
1. Perbedaan keelektronegatifan sangat besar.
2. Bentuk molekul tidak simetris / asimetris.
3. Atom pusat mempunyai PEB 4. Terjadi polarisasi.
5. Dipengaruhi oleh medan listrik
1. Perbedaan keelektronegatifan sangat kecil atau nol.
2. Bentuk molekul simetris.
3. Atom pusat tidak mempunyai PEB kecuali pada XeF4
4. Tidak terjadi polarisasi.
5. Tidak dipengaruhi oleh medan listrik
Contoh senyawa polar : HCl, H2O, HF, NH3, SO2
Contoh senyawa polar : CO2, H2, O2, Cl2, N2, CCl4, CH4
g. Ikatan Kovalen Koordinasi
Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan dengan pasangan elektronnya berasal dari salah satu atom dan digunakan bersama-sama oleh dua atom (Brady, 1994: 294).
Contoh : SO3
Gambar 18. Pembentukan Ikatan Kovalen Koordinasi pada SO3
h. Perbandingan Sifat Fisika Senyawa Ion dan Senyawa Kovalen
Berikut ini beberapa perbandingan sifat fisika senyawa ion dan senyawa kovalen dalah sebagai berikut :
S O X X X X X
X 3 S
O O O S X X X X X X SO3 ikatan kovalen koordinasi ikatan kovalen rangkap dua O O O
(43)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
1) Titik Didih
Titik didih senyawa kovalen relatif rendah, sedangkan senyawa ion relatif tinggi. Kebanyakan senyawa kovalen mendidih di bawah 200oC, sedangkan senyawa ion umumnya di atas 900oC. Pada suhu kamar semua senyawa ion berupa zat padat, keras tetapi rapuh. Senyawa kovalen pada suhu kamar, ada yang berupa padatan dengan titik leleh yang relatif rendah, ada yang berupa cairan, ada pula yang berupa gas.
Titik didih berkaitan dengan gaya tarik-menarik antar partikel (disebut kohesi), makin kuat kohesi, makin tinggi titik didih. Air (titik didih 100oC) adalah suatu senyawa kovalen. Atom-atom dalam molekul air terikat kuat secara kovalen, tetapi ikatan antar molekul (kohesinya) tidak begitu kuat, sehingga air relatif mudah mendidih.
Natrium klorida (NaCl) adalah senyawa ion, meleleh pada 801oC dan mendidih pada 1517oC. Dalam struktur senyawa ion setiap partikel terikat kuat dengan gaya coulomb. Oleh karena itu, sangat sukar untuk memisahkan partikel tersebut menjadi bentuk uap.
2) Kemudahan Menguap (Volatilitas)
Zat yang mudah menguap, seperti alkohol, cuka dan bensin disebut volatil. Zat-zat yang volatil adalah senyawa kovalen dengan titik didih rendah, sehingga pada suhu kamar sudah cukup banyak yang menguap. Menguap berbeda dengan mendidih, mendidih merupakan perubahan cairan menjadi gas pada titik didihnya sedangkan menguap adalah perubahan padatan atau cairan menjadi uap dan tidak harus pada titik didihnya. Tidak ada senyawa ionik yang volatil.
3) Kelarutan
Senyawa ion cenderung larut dalam air, tetapi tidak larut dalam pelarut organik (seperti petroleum eter, aseton, alkohol dan trikloroetana). Misalnya NaCl larut dalam air namun tidak larut dalam kloroform. Sebaliknya, kebanyakan senyawa kovalen tidak larut dalam air tetapi lebih mudah larut dalam pelarut organik.
(44)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
4) Daya Hantar Listrik
Senyawa ion padat tidak menghantarkan listrik tetapi jika senyawa ion dipanaskan hingga meleleh maka dalam bentuk lelehan dapat menghantarkan listrik. Jika dilarutkan dalam air, senyawa ion dapat menghantarkan listrik. Lelehan atau larutan senyawa ion dapat menghantarkan listrik karena dalam keadaan tersebut ion-ionnya dapat bergerak bebas. Ion-ion yang bergerak menghantarkan listrik. Senyawa kovalen dalam bentuk padat maupun lelehan tidak dapat menghantarkan listrik. Beberapa senyawa kovalen dapat menghantarkan listrik jika dilarutkan dalam air.
Tabel 2. Perbedaan Antara Senyawa Ion dan Seyawa Kovalen
Sifat Senyawa Ion Senyawa Kovalen
1. Titik didih dan titik leleh
2. Daya hantar listrik
3. Wujud Zat
4. Kelarutan dalam air
1. Mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi.
2. Lelehan dan larutannya dapat menghantarkan listrik.
3. Berwujud padat pada suhu kamar (25oC, 1 atm).
4. Umumnya larut.
1. Mempunyai titik leleh dan titik didih yang rendah
2. Lelehannya tidak dapat menghantarkan listrik.
3. Pada suhu kamar berwujud : padat, cair dan gas.
4. Umumnya tidak larut. (Michael Purba, 2006: 159-160)
i. Memprediksi Jenis Ikatan pada Senyawa
Untuk mengetahui jenis ikatan dalam suatu senyawa perlu diperhatikan hal sebagai berikut :
1) Ikatan antara atom unsur logam dengan atom unsur non logam atau ikatan antara ion positif atau aion negatif adalah ikatan ion.
2) Ikatan antara unsur non logam dengan non logam adalah ikatan kovalen. 3) Untuk molekul poliatom ikuti langkah-langkah dalam menuliskan struktur
(45)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Beberapa contoh jenis ikatan pada suatu senyawa :
ü Jenis Ikatan pada Senyawa SO3
Atom S dan O adalah unsur non logam dengan non logam, ikatannya adalah kovalen, dengan S sebagai atom pusat.
Gambar 19. Jenis Ikatan pada SO3
ü Jenis Ikatan pada Senyawa NaOH
Atom Na adalah unsur logam sedangkan atom O dan H adalah unsur nonlogam.
Gambar 20. Jenis Ikatan pada NaOH
(Dewi Tri Nur’aini dan Sabar Cahyono, 2006 : 32)
ü Jenis Ikatan pada Senyawa Na2CO3
Atom Na adalah unsur logam sedangkan atom C dan O adalah unsur nonlogam.
Gambar 21. Jenis Ikatan pada Na2CO3 S ikatan kovalen koordinasi ikatan kovalen rangkap dua O O O O O O S X X X X X X
Na O H Na+ O H
x x x
x xxx
x x
x x
-+ x +
ikatan ion ikatan kovalen tunggal
2 N a + xxC xx + 3 O 2 N a+
C x x x x O O O 2
-ik a ta n k o v a le n tu n g g a l
ik a ta n k o v a le n r a n g k a p d u a
ik a ta n io n
ik a ta n k o v a le n tu n g g a l
(46)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
B. Kerangka Berpikir
Ilmu kimia merupakan salah satu pelajaran yang cukup sulit bagi kebanyakan siswa SMA. Dalam pengajaran kimia di MAN Gondangrejo selama ini, masih banyak siswa yang sulit menangkap materi kimia khususnya Ikatan Kimia karena materinya yang abstrak. Media pembelajaran yang tersedia juga terbatas. Biasanya siswa kurang aktif dalam proses pembelajarannya. Selain itu, metode pembelajaran kimia yang seringkali digunakan adalah metode ceramah saja sehingga semakin membuat siswa tidak tertarik dengan ilmu kimia, bosan dan pada akhirnya tidak paham terhadap materi yang diajarkan guru mereka di kelas.
Siswa sekolah menengah atas yang merupakan anak didik usia remaja memiliki karakteristik suka berkelompok dan kebutuhan mengaktualisasikan diri yang tinggi, maka perlu kiranya dilaksanakan sebuah metode pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar yang sekaligus memberikan kesempatan bagi siswa untuk dapat berinteraksi dengan siswa lainnya dalam sebuah kelompok. Dengan metode pembelajaran yang cocok terhadap kondisi siswa maupun sekolah, diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan demikian diterapkan model pembelajaran Cooperarative
Learning (CL) menggunakan tipe TGT (Team Games Tournament) yang
menekankan pada adanya saling ketergantungan positif antar anggota kelompoknya dan kontribusi anggota untuk kelompok. Dengan metode pembelajaran ini, siswa dibentuk kelompok-kelompok kecil dengan kemampuan yang heterogen. Dari kegiatan tersebut timbul kerjasama yang positif dari diri para siswa. Selain itu dengan belajar secara bersama-sama dalam kelompok dapat meningkatkan pemikiran yang lebih tinggi dan mempertahankan mengingat informasi lebih lama dari pada siswa yang bekerja secara individu. Adanya penilaian kelompok akan memotivasi siswa untuk berkontribusi secara maksimal bagi kelompoknya. Selain itu jumlah siswa di dalam kelas relatif kecil sehingga dengan metode pembelajaran TGT (Team Games Tournament) ini, guru lebih mudah dalam mengontrol dan membimbing siswa dalam kegiatan kelompok di dalam kelas. Dengan semangat belajar bersama ini diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.
(47)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Untuk memperjelas hubungan siswa, model pembelajaran dan hasil belajar ditunjukkan dengan ilustrasi kerangka pemikiran sebagai berikut :
Gambar 22. Bagan Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, dapat dikemukakan hipotesis tindakan adalah ”Pengajaran kimia dengan metode TGT
(Team Games Tournament) lebih efektif daripada dengan metode ceramah
bervariasi terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Ikatan Kimia ”. Metode pembelajaran
Kesulitan memahami pelajaran kimia
Metode Pembelajaran TGT
Materi pokok Ikatan Kimia
Prestasi rendah
Metode Pembelajaran ceramah bervariasi
Membandingkan Prestasi Kognitif dan Afektif
(48)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MAN Gondangrejo, Jl. Solo – Purwodadi Km-12 Karanganyar, pada kelas X semester ganjil tahun pelajaran 2008/2009.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan melalui tahap-tahap sebagai berikut :
Tahap 1 Persiapan dan perencanaan meliputi observasi awal, pengajuan judul, pembuatan proposal, permohonan izin dan penyusunan instrumen. Dilaksanakan selama kurang lebih 4 bulan yaitu bulan Juni sampai September 2007.
Tahap 2 Seminar proposal dilaksanakan pada tanggal 17 September 2008.
Tahap 3 Pelaksanaan meliputi pengambilan data selama 1 bulan yaitu pada akhir Oktober - November 2008.
Tahap 4 Penyelesaian meliputi analisis dan penyusunan laporan selama 6 bulan yaitu bulan Desember 2008 sampai Mei 2009.
B. Metode Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen.
Eksperimen yang dimaksud adalah pengajaran dengan metode TGT (Team Games
Tournament). Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar
kimia siswa pada materi pokok Ikatan Kimia antara pengajaran menggunakan metode TGT (Team Games Tournament) dengan pengajaran metode ceramah bervariasi.
1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah Randomized Control - Group pretest –
(49)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Tabel 3. Rancangan penelitian Randomized Control - Group pretest – Postest Design
Kelompok Pretest Perlakuan Postest
Eksperimen T1 X T2
Kontrol T1 - T2
Keterangan : T1 = Pretest
T2 = Postest
X = Pengajaran dengan TGT (Team Games Tournament)
- = Pengajaran ceramah bervariasi
Langkah-langkah dalam rancangan ini adalah :
a. Memberikan pretest (T1) pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengukur rerata keterampilan kognitif dan afektif sebelum obyek diberi perlakuan.
b. Memberikan perlakuan X pada kelompok eksperimen berupa metode
pembelajaran TGT dan kelompok kontrol berupa metode pembelajaran ceramah bervariasi.
c. Memberikan postest (T2) pada kelompok eksperimen dan kelomok kontrol untuk mengukur rerata prestasi belajar dari aspek kognitif dan afektif yang telah dicapai setelah adanya perlakuan (X dan (-)).
d. Menentukan selisih prestasi antara T1 dan T2 (Gain Score) pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengukur rerata selisih prestasi pretest dan postest dari aspek kognitif dan afektif (Z1 dan Z2).
e. Membandingkan Z1 dan Z2 untuk menentukan perbedaan yang timbul, jika sekiranya ada, sebagai akibat perlakuan.
f. Menentukan tes statistik yang sesuai untuk menentukan apakah perbedaan tersebut signifikan (X dan (-)).
(50)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
2. Prosedur penelitian Prosedur dalam penelitian ini adalah :
a. Menentukan sekolah tempat penelitian.
b. Memakai dua kelas yang ada sebagai penelitian dan satu kelas untuk uji coba. c. Mengadakan uji coba instrument penelitian dan mengolah hasil uji coba. d. Memberikan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa dari aspek
kognitif dan afektif sebelum dilakukan pengajaran materi pokok ikatan kimia.
e. Memberikan pembelajaran menggunakan metode TGT pada kelompok
eksperimen dan pembelajaran menggunakan metode ceramah bervariasi pada kelompok kontrol.
f. Memberikan postest dari aspek kognitif dan afektif pada masing-masing kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
g. Menghitung perbedaan rerata antara pretest dan postest dari aspek kognitif dan afektif untuk masing-masing kelompok.
h. Menggunakan tes statistik pada perbandingan perlakuan kelompok
eksperimen.
C. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X semester ganjil MAN Gondangrejo Karanganyar tahun pelajaran 2008/2009 yang terdiri dari 2 kelas yaitu 19 siswa kelas XA sebagai kelas kontrol dan 21 siswa kelas XB sebagai kelas eksperimen.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar pretest dan postest siswa yang meliputi aspek kognitif dan aspek afektif pada materi pokok ikatan kmia.
2. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran dengan
(51)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data bermanfaat dalam pengujian hipotesis. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes dengan jenis tes obyektif dan cek skala sikap untuk aspek afektif yang dimaksudkan untuk mengungkapkan sejauh mana penguasaan siswa tehadap uraian materi pokok ikatan kimia.
F. Instrumen Penelitian
1. Penilaian Kognitif
Instrumen yang digunakan adalah tes yang berisi soal-soal obyektif dengan 5 alternatif pilihan. Untuk mengetahui kelayakan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini maka perlu ditinjau aspek kelayakannya, apakah soal tersebut memenuhi persyaratan baik dalam hal validitas, reabilitas, taraf kesukaran soal maupun daya pembeda soalnya.
Sebelum tes digunakan, diadakan uji coba soal untuk menguji validitas, reabilitas, taraf kesukaran soal maupun daya pembeda dari soal tersebut.
1) Uji Validitas
Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu instrumen (Suharsimi, 1989 : 160). Validitas yang diuji dalam penelitian ini adalah validitas item atau validitas butir. Validitas item dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebuah item. Uji validitas butir dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product momen dari Karl Pearson sebagai berikut : 2 2 2 2
)
(
)
(
)
(
)
(
[
)
)(
(
Y
Y
N
X
X
N
Y
X
XY
N
r
xyå
-å
å
-å
å
å
-å
=
Keterangan :X : skor butir item nomor tertentu
Y : skor total
rxy : koefisien validitas
N : jumlah subjek
Taraf signifikan yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5% kriteria validitas suatu tes (rxy).
(1)
commit to user
Tabel 11. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Selisih Nilai Afektif
Kelompok Siswa Harga χ
2
Kesimpulan
Hitung Tabel
Selisih Nilai Afektif 0,1823 3,841 Homogen
Dari tabel-tabel diatas dapat diketahui bahwa harga χ2hitung kurang dari χ2
tabel atau berada diluar daerah kritik, sehingga dapat disimpulkan bahwa populasi berasal dari populasi yang homogen.
C. Pengujian Hipotesis
Setelah persyaratan analisis dipenuhi, maka dilanjutkan dengan pengujian hipotesis penelitian. Dalam bagian ini hanya akan disajikan rangkuman hasil analisis untuk pengujian hipotesis.
1. Uji Hipotesis Selisih Nilai Kognitif Kelas Eksperimen TGT (Teams Games
Tournament) dan Kelas Kontrol
Uji hipotesis ini dilakukan dengan uji-t pihak kanan
H0 : µ1 ≤ µ 2 : rata-rata nilai kognitif siswa kelas TGT lebih rendah atau sama dengan siswa kelas Kontrol
H1 : µ 1 > µ 2 : rata-rata nilai kognitif siswa kelas TGT lebih tinggi daripada siswa kelas Kontrol
Berdasarkan hasil rangkuman dapat dibuat tabel sebagai berikut :
Tabel 12. Hasil Perhitungan Uji-t Pihak Kanan Selisih Nilai Kognitif Kelas Eksperimen TGT dan Kelas Kontrol.
Kelas Rata-rata Variansi t
Eksperimen 19,619 188,648
0,385
Kontrol 14,526 75,041
Dari tabel perhitungan diperoleh thitung = 0,385 setelah dikonsultasikan dengan tabel distribusi t pada taraf signifikan 0,05 didapat harga ttabel = 2,024. jadi, keputusan uji thitung < ttabel (0,385 < 2,024). Kesimpulan hipotesis nol (H0) diterima. Dengan demikian rata-rata prestasi belajar untuk aspek kognitif siswa kelas eksperimen lebih rendah atau sama dengan kelas kontrol.
(2)
2. Uji Hipotesis Selisih Nilai Afektif Kelas Eksperimen TGT (Teams Games
Tournament) dan Kelas Kontrol
Uji hipotesis ini dilakukan dengan uji-t pihak kanan
H0 : µ1 ≤ µ 2 : rata-rata nilai afektif siswa kelas TGT lebih rendah atau sama dengan siswa kelas Kontrol
H1 : µ 1 > µ 2 : rata-rata nilai afektif siswa kelas TGT lebih tinggi daripada siswa kelas Kontrol
Berdasarkan hasil rangkuman dapat dibuat tabel sebagai berikut :
Tabel 13. Hasil Perhitungan Uji-t Pihak Kanan Selisih Nilai Kognitif Kelas Eksperimen TGT dan Kelas Kontrol.
Kelas Rata-rata Variansi t
Eksperimen 3.333 7.933
-1,008
Kontrol 4.368 13.357
Dari tabel perhitungan diperoleh thitung = -1,008 setelah dikonsultasikan dengan tabel distribusi t pada taraf signifikan 0,05 didapat harga ttabel = 2,024. jadi, keputusan uji thitung < ttabel (-1,008 < 2,024). Kesimpulan hipotesis nol (H0) diterima. Dengan demikian rata-rata prestasi belajar untuk aspek afektif siswa kelas eksperimen lebih rendah atau sama dengan kelas kontrol.
D. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengajaran kimia dengan metode TGT (Team Games Tournament) pada materi pokok ikatan kimia lebih efektif dan menghasilkan hasil belajar yang lebih tinggi dari pada metode ceramah bervariasi. Hasil belajar yang dimaksud meliputi aspek kognitif dan afektif. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XA sebagai kelas kontrol dan XB sebagai kelas eksperimen. Kemudian kedua kelas diberi perlakuan yang berbeda, kelas XA sebagai kelas kontrol diajarkan dengan pembelajaran ceramah bervariasi sedangkan kelas XB diajar dengan metode pembelajaran TGT (Team Games Tournament).
(3)
commit to user
Dari hasil pretest, kelas kontrol lebih unggul daripada kelas eksperimen yaitu sebesar 10,82 dengan hasil kelas kontrol sebesar 32,63 sedangkan kelas eksperimen sebesar 23,81. Ini menunjukkan perbedaan kemampuan awal siswa. Dapat dilihat pula pada hasil ulangan harian siswa (pada lampiran 36) materi pertama kimia menunjukkan kelas kontrol lebih unggul dari kelas eksperimen. Berdasarkan informasi dari guru kimia, menyatakan bahwa pada kelas kontrol sebelumnya sudah diminta untuk belajar dan membaca materi ikatan kimia sedangkan pada kelas eksperimen belum ada perintah untuk belajar membaca. Hal ini merupakan di luar kontrol peneliti. Siswa kelas kontrol juga memiliki karakter belajar sangat mandiri baik personal maupun keseluruhan sehingga mudah diarahkan untuk belajar mandiri dan relatif diam. Karakteristik kelas eksperimen lebih aktif dan cenderung belum bisa belajar mandiri baik personal maupun keseluruhannya.
Sebelum melakukan uji t-pihak kanan, populasi diuji normalitas dan homogenitasnya. Dari uji normalitas diperoleh bahwa kedua populasi normal dan homogen. Selisih nilai kognitif menunjukkan normalitas dengan metode ceramah bervariasi sebesar 0,159 dan metode TGT (Team Games Tournament) sebesar 0,194. Selisih nilai afektif menunjukkan normalitas sebesar 0,157 untuk metode ceramah bervariasi dan 0,163 untuk metode TGT (Team Games Tournament). Uji homogenitas juga menunjukkan bahwa kedua populasi homogen dengan nilai sebesar 0,0048 untuk selisih nilai kognitif dan 0,1823 untuk selisih nilai afektif. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun kedua populasi memiliki kemampuan awal yang berbeda tetapi memenuhi syarat sebagai populasi.
Dari data induk penelitian dapat dilihat bahwa dengan metode TGT (Team Games Tournament) selisih nilai kognitif sebesar 19,62 dan selisih nilai kognitif dengan metode ceramah bervariasi sebesar 14,53. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar siswa setelah mendapat perlakuan yang berbeda. Namun perbedaan itu tidak cukup signifikan karena setelah dilakukan uji-t pihak kanan untuk pengujian hipotesis diperoleh harga thitung sebesar 0,385 sedangkan ttabel sebesar 2,024. sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai kognitif siswa
(4)
pada pembelajaran TGT (Team Games Tournament) sama atau lebih rendah daripada pembelajaran ceramah bervariasi.
Dari data induk penelitian yang sama dapat dilihat pula bahwa dengan metode TGT (Team Games Tournament) selisih nilai afektif sebesar 3,33 dan selisih nilai afektif dengan metode ceramah bervariasi sebesar 4,37. Hal ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran TGT (Team Games Tournament) maupun ceramah bervariasi tidak memperlihatkan perbedaan hasil belajar pada aspek afektif. Setelah dilakukan uji-t pihak kanan untuk pengujian hipotesis diperoleh harga thitung sebesar -1,008 sedangkan ttabel sebesar 2,024. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata nilai afektif siswa pada pembelajaran TGT (Team Games Tournament) lebih rendah daripada pembelajaran ceramah bervariasi.
Hal ini terjadi karena populasi menunjukkan kemampuan awal siswa yang berbeda dengan kelas dengan metode ceramah bervariasi lebih tinggi daripada kelas dengan metode TGT (Team Games Tournament). Setelah dilakukan postest juga menunjukkan bahwa nilai postest kelas dengan metode ceramah bervariasi lebih tinggi daripada kelas metode TGT (Team Games Tournament). Selisih nilai kognitif dengan metode TGT (Team Games Tournament) sebesar 19,62 yang lebih tinggi daripada kelas dengan metode ceramah bervariasi sebesar 14,53 (Tabel 5) terjadi karena nilai pretest dengan metode ceramah bervariasi lebih tinggi sedangkan batas akhir kemampuan siswa hampir sama dengan metode TGT (Team Games Tournament) yang nilai pretestnya lebih rendah.
Hal ini dapat pula terjadi karena interaksi siswa dengan guru pada kelas kontrol lebih dominan sehingga banyak hal yang diberitahukan pada siswa 9searah) daripada kelas eksperimen yang menuntut siswa belajar mandiri dalam kelompoknya. Namun demikian dapat dilihat pada hasil respon siswa terhadap pembelajaran TGT (Team Games Tournament) pada materi ikatan kimia menunjukkan respon yang positif.
(5)
commit to user
Dari pembahasan diatas dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan metode TGT (Team Games Tournament) tidak lebih efektif daripada dengan metode ceramah bervariasi terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Ikatan Kimia.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa lapangan, salah satu hal yang menyebabkan ketidakefektifan metode TGT (Team Games Tournament) adalah siswa belum terbiasa belajar mandiri dalam kelompok. Padahal metode TGT (Team Games Tournament) identik dengan keaktifan siswa belajar dengan kelompoknya, namun dalam pelaksanaannya masih ada siswa yang tidak aktif sehingga hasilnya belum seoptimal yang diharapkan.
(6)
commit to user
50 BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar aspek kognitif kelas eksperimen TGT (Team Games Tournament) tidak lebih tinggi daripada kelas kontrol (thitung < ttabel = 0,385 < 2,024); serta hasil belajar aspek afektif kelas eksperimen TGT (Team Games Tournament) lebih rendah daripada kelas kontrol (thitung < ttabel = -1,008 < 2,024). Hal ini berarti bahwa prestasi belajar pada pembelajaran kimia pokok bahasan Ikatan Kimia dengan metode TGT (Team Games Tournament) tidak lebih tinggi dibandingkan dengan metode ceramah bervariasi.
B. Implikasi
Pembelajaran kimia dengan menggunakan metode kooperatif model TGT (Team Games Tournament) ternyata belum dapat memberikan hasil belajar yang berbeda dengan metode ceramah bervariasi pada materi pokok Ikatan Kimia. Masih diperlukan variasi metode dan media pendukung lainnya.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka penulis mengemukakan saran untuk penggunaan metode pembelajaran kooperatif TGT (Team Games Tournament) memperhatikan karakter dan kebiasaan belajar siswa di sekolah. Pembelajaran TGT (Team Games Tournament) perlu partisipasi aktif siswa dalam mencapai keberhasilannya.