Pedoman Penyekoran
48
Untuk mencapai tujuan tersebut, modul ini akan memfasilitasi Anda melalui dua kegiatan belajar, yaitu:
1. Kegiatan Belajar 1. Memahami pengertian pedoman penyekoran
2. Kegiatan Belajar 2. Mengembangkan pedoman penyekoran dengan penyekoran
analitik dan penyekoran holistik
A. Kegiatan Belajar 1. Memahami Pengertian Pedoman Penyekoran
Hasil pengukuran, baik melalui tes maupun non tes, menghasilkan data kuantitatif yang berupa skor. Skor ini kemudian ditafsirkan sehingga menjadi nilai. Kesulitan
yang dihadapi adalah menetapkan skor dengan tepat. Disinilah pentingnya pedoman penyekoran. Pedoman penyekoran adalah pedoman yang digunakan untuk
menentukan skor hasil penyelesaian pekerjaan siswa. Dengan pedoman penyekoran, guru akan lebih mudah menentukan skor siswa. Oleh karena itu, selain menyusun
butir-butir instrumen, guru juga perlu mengembangkan pedoman penyekoran. Pedoman penyekoran diperlukan baik untuk tes bentuk pilihan maupun uraian.
1. Penyekoran tes bentuk pilihan
Cara penyekoran tes bentuk pilihan ada dua, yaitu tanpa koreksi terhadap jawaban tebakan dan dengan koreksi terhadap jawaban tebakan.
Pak Usmar adalah seorang guru SD yang baru saja melakukan tes untuk mengetahui penguasaan siswa tentang KD “Melakukan dan menggunakan
sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah”. Untuk menentukan skor siswa, Pak Usmar membuat kunci jawaban langkah demi
langkah penyelesaian soal yang telah dibuatnya dengan diuraikan menurut urutan tertentu. Jawaban siswa dianggap benar jika jawabannya sesuai
dengan kunci jawaban yang telah disiapkan tersebut. Menurut Anda, apakah teknik penyekoran Pak Usmar tersebut benar?
Pengembangan Instrumen Penilaian Pembelajaran Matematika SDSMP
49
a. Penyekoran tanpa koreksi terhadap jawaban tebakan
Untuk memperoleh skor siswa dengan teknik penyekoran ini digunakan rumus sebagai berikut:
Skor = 100 Keterangan:
B : banyaknya butir yang dijawab benar N : banyaknya butir soal
Penyekoran tanpa koreksi saat ini banyak digunakan dalam penilaian pembelajaran matematika. Namun teknik penyekoran ini sesungguhnya
mengandung kelemahan karena kurang mampu mencegah peserta tes berspekulasi dalam menjawab tes. Hal ini disebabkan tidak adanya resiko bagi
siswa ketika memberikan tebakan apapun dalam memilih jawaban sehingga jika mereka tidak mengetahui jawaban mana yang paling tepat maka mereka leluasa
memilih salah satu pilihan secara sembarang. Benar atau salahnya jawaban sembarang ini sesungguhnya tidak menunjukkan tingkat kemampuanpenguasaan
siswa. Semakin banyak jawaban tebakan siswa akan semakin besar penyimpangan skor yang diperoleh dengan kemampuan penguasaan kompetensi
siswa yang sesungguhnya.
b. Penyekoran dengan koreksi terhadap jawaban tebakan Untuk memperoleh skor siswa dengan teknik penyekoran ini digunakan rumus
sebagai berikut: Skor =
Keterangan B :
banyaknya butir soal yang dijawab benar S :
banyaknya butir yang dijawab salah P :
banyaknya pilihan jawaban tiap butir. N :
banyaknya butir soal Butir soal yang tidak dijawab diberi skor 0.